Haulain Kamilain Thufan Al Aqsha (Dua Tahun Sempurna) Oleh: Budi Ashari Di sini, di negeri ini pagi datang lebih dulu. Seperti biasa, mataha...
Haulain Kamilain Thufan Al Aqsha
(Dua Tahun Sempurna)
Oleh: Budi Ashari
Di sini, di negeri ini pagi datang lebih dulu. Seperti biasa, matahari mengirimkan sapa kehangatannya dan suasana yang akrab dengan ketenangannya.
Gaza juga sudah mulai tenang walau belum sepenuhnya. Bisa jadi Gaza tak sempat mengenang peristiwa hari ini di dua tahun lalu. Karena korban masih terus berjatuhan; jiwa dan harta. Darah dan air mata belum lagi berhenti.
Tapi nadi bumi hari ini berdenyut lebih keras, karena mengenang peristiwa dua tahun lalu.
Haulain Kamilain (dua tahun sempurna). Persis seperti pagi ini, 7 Oktober 2023, penjajah Israel dikejutkan luar biasa, dibangunkan dari tidur mereka dan tiba-tiba mimpi buruk itu mereka lihat di hadapan belalak mata mereka. Dan mimpi buruk itu sebentar lagi berubah menjadi musibah maha dahsyat yang sudah mereka duga.
Tapi bagaimana keadaan sesungguhnya di Gaza? Dan yang paling penting, bagaimana cara membacanya?
Keadaan yang sering memenuhi kelopak kita adalah kehancuran Gaza rata dengan tanah, dengan korban ratusan ribu jiwa. Air mata kita pun tak tertahankan dengan kesedihan menghunjam di dada setiap muslim dan mereka yang masih memiliki nilai dasar kemanusiaan. Hingga akhirnya keluar kata dari lisan sedih: Kita kalah.....
Sementara potret Israel dan Amerika tak pernah jelas terpotret. Seakan semakin menguatkan bahwa mereka adalah bangsa tak tersentuh oleh dampak apapun. Tapi benarkah demikian?
Kalaupun ada berita tentang dukungan para aktifis atau pergerakan para pelajar kampus-kampus Amerika atau bahwa walk out yang hanya menyisakan segelintir negara di ruang sidang PBB, kita pun tak tahu apa artinya itu semua bagi Gaza dan apa pengaruhnya bagi Israel dan Amerika.
Ini bukan hanya masalah cara pandang. Ini bukan hanya adu analisa. Tapi ini adalah fakta dan cara membaca yang benar berdasarkan kaidah-kaidah yang sudah menetap di bumi sekian lama tentang interaksi manusia.
7 Oktober 2025, perang belum berhenti sepenuhnya. Tapi ia telah mereda dan tanda bahwa ia akan berhenti permanen sudah terlihat jelas. Hari ini sudah berhasil diselesaikan pertemuan utusan Hamas dengan negara-negara perantara di Syaram Syekh, Mesir, yang membahas ajuan Trump, Presiden Amerika. Utusan Hamas dihadiri dua orang hebat yang selamat dari upaya pembunuhan dengan pengeboman di Doha, Qatar beberapa waktu yang lalu; Khalil Hayyah dan Zahir Jabbarin. Untuk sementara diberitakan bahwa pertemuan awal ini menghasilkan titik terang yang positif.
Trump mengajukan beberapa usulan untuk perdamaian kali ini. Jika dibaca, dipastikan tidak semua poinnya menyenangkan para mujahid, Gaza dan kita semua. Jika Hamas memberikan sinyal positif, apakah ini tanda kekalahan mujahidin Gaza. Lagi-lagi inilah cara membaca. Kita dipastikan salah menyimpulkan jika hanya air mata yang diperas dan perasaan yang menjadi hakimnya.
Terlalu banyak pelajaran dan dampak besar Thufan Al Aqsha bagi Islam, muslimin dan kemanusiaan. Dengan lebih detail, semoga bisa saya bahas setelah melihat kejelasan nasib pertemuan Mesir dan Gaza.
Tapi sebagai salah satu tolok ukur penting untuk menjawab penasaran awal kita dengan semua pertanyaan di atas adalah pernyataan sehari yang lalu dari Muhammad Nazzal, anggota biro politik Hamas yang membantah statemen beberapa pengamat yang menyesalkan bahwa Thufan Al Aqsha terjadi hanya dengan keputusan tiga orang saja. Berikut kalimat Muhammad Nazzal,
"Kita tidak bicara tentang individu, ini tentang kepemimpinan. Apalagi pembicaraan untuk membuat perlawanan besar yang tidak biasa, mampu mengubah wajah Palestina dan meninggalkan dampak besar setelahnya telah dibahas sejak tahun 2012. Thufan Al Aqsha memang bukan mengakhiri semua konflik."
Kita tunggu...
Semoga Allah berikan pahala agung, kasih sayang dan kesabaran bagi seluruh masyarakat Gaza, sipilnya dan mujahidnya.
(Dua Tahun Sempurna)
Oleh: Budi Ashari
Di sini, di negeri ini pagi datang lebih dulu. Seperti biasa, matahari mengirimkan sapa kehangatannya dan suasana yang akrab dengan ketenangannya.
Gaza juga sudah mulai tenang walau belum sepenuhnya. Bisa jadi Gaza tak sempat mengenang peristiwa hari ini di dua tahun lalu. Karena korban masih terus berjatuhan; jiwa dan harta. Darah dan air mata belum lagi berhenti.
Tapi nadi bumi hari ini berdenyut lebih keras, karena mengenang peristiwa dua tahun lalu.
Haulain Kamilain (dua tahun sempurna). Persis seperti pagi ini, 7 Oktober 2023, penjajah Israel dikejutkan luar biasa, dibangunkan dari tidur mereka dan tiba-tiba mimpi buruk itu mereka lihat di hadapan belalak mata mereka. Dan mimpi buruk itu sebentar lagi berubah menjadi musibah maha dahsyat yang sudah mereka duga.
Tapi bagaimana keadaan sesungguhnya di Gaza? Dan yang paling penting, bagaimana cara membacanya?
Keadaan yang sering memenuhi kelopak kita adalah kehancuran Gaza rata dengan tanah, dengan korban ratusan ribu jiwa. Air mata kita pun tak tertahankan dengan kesedihan menghunjam di dada setiap muslim dan mereka yang masih memiliki nilai dasar kemanusiaan. Hingga akhirnya keluar kata dari lisan sedih: Kita kalah.....
Sementara potret Israel dan Amerika tak pernah jelas terpotret. Seakan semakin menguatkan bahwa mereka adalah bangsa tak tersentuh oleh dampak apapun. Tapi benarkah demikian?
Kalaupun ada berita tentang dukungan para aktifis atau pergerakan para pelajar kampus-kampus Amerika atau bahwa walk out yang hanya menyisakan segelintir negara di ruang sidang PBB, kita pun tak tahu apa artinya itu semua bagi Gaza dan apa pengaruhnya bagi Israel dan Amerika.
Ini bukan hanya masalah cara pandang. Ini bukan hanya adu analisa. Tapi ini adalah fakta dan cara membaca yang benar berdasarkan kaidah-kaidah yang sudah menetap di bumi sekian lama tentang interaksi manusia.
7 Oktober 2025, perang belum berhenti sepenuhnya. Tapi ia telah mereda dan tanda bahwa ia akan berhenti permanen sudah terlihat jelas. Hari ini sudah berhasil diselesaikan pertemuan utusan Hamas dengan negara-negara perantara di Syaram Syekh, Mesir, yang membahas ajuan Trump, Presiden Amerika. Utusan Hamas dihadiri dua orang hebat yang selamat dari upaya pembunuhan dengan pengeboman di Doha, Qatar beberapa waktu yang lalu; Khalil Hayyah dan Zahir Jabbarin. Untuk sementara diberitakan bahwa pertemuan awal ini menghasilkan titik terang yang positif.
Trump mengajukan beberapa usulan untuk perdamaian kali ini. Jika dibaca, dipastikan tidak semua poinnya menyenangkan para mujahid, Gaza dan kita semua. Jika Hamas memberikan sinyal positif, apakah ini tanda kekalahan mujahidin Gaza. Lagi-lagi inilah cara membaca. Kita dipastikan salah menyimpulkan jika hanya air mata yang diperas dan perasaan yang menjadi hakimnya.
Terlalu banyak pelajaran dan dampak besar Thufan Al Aqsha bagi Islam, muslimin dan kemanusiaan. Dengan lebih detail, semoga bisa saya bahas setelah melihat kejelasan nasib pertemuan Mesir dan Gaza.
Tapi sebagai salah satu tolok ukur penting untuk menjawab penasaran awal kita dengan semua pertanyaan di atas adalah pernyataan sehari yang lalu dari Muhammad Nazzal, anggota biro politik Hamas yang membantah statemen beberapa pengamat yang menyesalkan bahwa Thufan Al Aqsha terjadi hanya dengan keputusan tiga orang saja. Berikut kalimat Muhammad Nazzal,
"Kita tidak bicara tentang individu, ini tentang kepemimpinan. Apalagi pembicaraan untuk membuat perlawanan besar yang tidak biasa, mampu mengubah wajah Palestina dan meninggalkan dampak besar setelahnya telah dibahas sejak tahun 2012. Thufan Al Aqsha memang bukan mengakhiri semua konflik."
Kita tunggu...
Semoga Allah berikan pahala agung, kasih sayang dan kesabaran bagi seluruh masyarakat Gaza, sipilnya dan mujahidnya.
https://t.me/budiasharioffical/902
COMMENTS