Judul: GENOSIDA GAZA 2023 - Memahami Realitas dan Mengambil Sikap Tim Penulis: Fajri Matahati Muhammadin, Hadza Min Fadhli Robby, Hasbi Asw...
Judul: GENOSIDA GAZA 2023 - Memahami Realitas dan Mengambil Sikap
Tim Penulis: Fajri Matahati Muhammadin, Hadza Min Fadhli Robby, Hasbi Aswar, Khairul Munzilin, Mohamad Rezky Utama, Pizaro Gozali Idrus, Prihandono Wibowo, Ramdhan Muhaimin, Rizki Damayanti, Rizki Dian Nursita, Rizky Hikmawan, Rizki Rahmadini Nurika, Unis Sagena.
Desain Cover: Si Fulan
Tata Letak: Dimaswids
Cetakan I, Desember 2023
Tebal: 172 hlm
PENERBIT: PUSTAKA PELAJAR
***
Ringkasan buku
Tahun 2023 menandai 75 tahun penjajahan Israel atas Palestina. Kekerasan yang terjadi sejak tanggal 7 Oktober 2023 telah menyebabkan jatuhnya ribuan korban penduduk sipil di Gaza. Serangan demi serangan dilakukan oleh Israel tanpа mengindahkan peringatan, desakan, dan hukum internasional yang menjadikan kekerasan yang dilakukan oleh Israel layak untuk disebut sebagai sebuah gerakan 'genosida'.
Buku 'Genosida Gaza 2023: Memahami Realitas dan Mengambil Sikap" mencoba untuk menangkap dan mengulas berbagai fenomena yang terjadi sejak genosida yang tejadi pada tanggal 7 Oktober 2023 yang meliputi manuver dan strategi Israel, krisis Zionisme, kejahatan perang Israel, peran negara-negara Islam dalam penyelesaian konflik, gejolak publik di dunia maya, serta menjelaskan bagaimana posisi penulis dalam menyikapi fenomena tersebut.
Tentang INSIERA
Insiera didirikan pada hari Jumat 12 Februari 2016 oleh para akademisi dari tujuh Universitas Islam di Indonesia, yakni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Abdurrab Riau, dan Universitas Darussalam Gontor Ponorogo.
Kajian hubungan internasional dalam tradisi Islam sangatlah kaya. Islam sebagai fokus kajian juga telah menjadi tren dan kebutuhan dalam Kajian Hubungan Internasional masa kini. Insiera bermaksud menggali lebih dalam hubungan dan kontribusi studi keislaman (dirasah Islamiyyah) terhadap Hubungan Internasional. Selain itu, Insiera juga terus menyebarkan nilai-nilai dan perspektif Islam dalam studi Hubungan Internasional di Indonesia.
***
DAFTAR ISI
SAMBUTAN The Indonesian Islamic Studies and International Relations Association (INSIERA)
SAMBUTAN Institute for Global and Strategic Studies (IGSS), Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. MANUVER HAMAS DAN MITOS KECANGGIHAN MOSSAD - Pizaro Gozali Idrus
II. IRONI DEFENCE STRATEGY ISRAEL TERHADAP PALESTINA: BERTAHAN UNTUK MENJAJAH? - Unis Sagena
III. KRISIS ZIONISME DAN MASA DEPAN NEGARA ISRAEL - Hadza Min Fadhli Robby
IV. POLITIK DALAM NEGERI ISRAEL -NETANYAHU- DAN PERANG ISRAEL-GAZA - Mohamad Rezky Utama
V. KEJAHATAN PERANG OLEH HAMAS? - Fajri Matahati Muhammadin
VI. PREVENTIVE DIPLOMACY DALAM PERANG DI GAZA TAHUN 2023 - Rizki Rahmadini Nurika
VII. BABAK BARU KONFLIK PALESTINA-ISRAEL: URGENSITAS DAN EFEKTIVITAS SUARA NEGARA-NEGARA ISLAM DALAM PENYELESAIAN KONFLIK - Rizki Damayanti
VIII. PALESTINA DALAM PASIFNYA DUNIA ISLAM - Ramdhan Muhaimin
IX. KRISIS PALESTINA-ISRAEL: INDONESIA BISA APA? - Prihandono Wibowo
X. HEGEMONI ISRAEL DAN UPAYA KONTERHEGEMONI PIHAK PRO-PALESTINA - Khairul Munzilin
XI. RESONANSI DUKUNGAN TERHADAP GAZA VS SENSOR DI JAGAT MAYA - Rizki Dian Nursita
XII. BUKAN PENGUASA, TAPI PUBLIK HARUS MENGAMBIL ALIH UPAYA PEMBEBASAN PALESTINA - Hasbi Aswar
XIII. ‘PEPESAN KOSONG’ SOLUSI DUA NEGARA - Ramdhan Muhaimin
XIV. APAKAH NEGARA ARAB MENGACUHKAN PALESTINA? SEBUAH REFLEKSI - Rizky Hikmawan
BIODATA PENULIS
***
SAMBUTAN
The Indonesian Islamic Studies and International Relations Association
(INSIERA)
Konflik dan perang adalah tragedi dalam kehidupan manusia terlebih hubungan antar negara. Salah satu tujuan dan ide dasar lahirnya Ilmu Hubungan Internasional adalah keinginan untuk mencegah terjadinya konflik ataupun perang dan menciptakan perdamaian serta Kerjasama antara negara.
Namun sejarah mencatat, kehidupan damai tanpa perang hanya harapan kosong. Perang Dunia Pertama yang memakan korban ribuan hingga jutaan nyawa manusia, saat terhenti, ternyata tidak membuat negara-negara jera. Terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa (LBB) terbukti tidak mampu menghentikan sengketa dan konflik kepentingan antar negara, hingga pecah Perang Dunia kedua, yang menewaskan jutaan jiwa.
Kemenangan Sekutu di tahun 1945, yang melahirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), juga tidak efektif menghentikan perang Arab - Israel, setelah deklarasi "sepihak" Israel sebagai sebuah negara di tanah Palestina. Tragedi penindasan hingga pembunuhan, yang dilakukan tantara Israel terhadap masyarakat Palestina, untuk merebut dan menguasai sedikit demi sedikit tanah mereka tidak berhenti hingga hari ini. Negara-negara Arab yang dahulu gigih membela Palestina, satu persatu mundur, bahkan menormalisasi dan mengakui Israel sebagai negara. Beberapa negara yang tersisa, juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Palestina ditinggalkan berjuang sendiri, tidak ada satupun negara Arab yang berani tampil nyata membela dengan memberikan bantuan senjata. Bahkan bantuan makanan dan obat obatan sebagai simbol kemanusiaan, nyatanya tidak mudah terdistribusikan dan masuk bebas ke jalur Gaza.
Perjuangan negara-negara yang berusaha membela Palestina melalui jalur diplomasi, juga gagal dan sia-sia. Apapun resolusi untuk menghentikan perang di veto negara adidaya dan sekutunya. Dewan Keamanan PBB yang selama ini dianggap sebagai polisi dunia, nyatanya bermuka dua. Bertindak tegas terhadap negara negara "tidak berdaya", tapi tetap membela kejahatan negaranegara "asuhannya".
Apa yang menimpa rakyat dan tentara Palestina, yang dipaksa melawan kekuatan adidaya Israel dan Amerika, mengingatkan kita pada kisah Bani Israel di dalam Al Qur'an, yang tertindas Fir'aun dan bala tentaranya, dengan mukjizat Nabi Musa AS, Allah SWT tenggelamkan sang penguasa dzolim, ke dasar lautan bersama pasukannya yang luar biasa. Namun apa balasan yang diterima Nabi Musa as dan Nabi Harun as yang membawa misi kenabian; tidak berlangsung lama, setelah mereka diselamatkan justru kembali kepada kekafiran dan pengkhianatan dengan menjadikan anak sapi sesembahan, hanya setelah 40 hari ditinggalkan Nabi Musa untuk menerima wahyu dan perintah dari Allah SWT. Inilah karakteristik Bani Israil, yang hari ini bisa kita lihat dengan nyata mereka membombardir Gaza, membunuh ribuan nyawa tidak berdosa, baik dari para wanita lemah, dan juga anak-anak serta rakyat sipil yang tidak bersenjata.
Perjuangan bangsa Palestina hari ini, membela negara dan agama, melawan kekuatan "raksasa" Israel dan Amerika, juga mengingatkan kita kisah Thalut melawan Jalut, yang Allah SWT abadikan kisahnya dalam surat Al Baqarah ayat 249-252. Pada ayat 249 dikisahkan, bagaimana Allah SWT menguji Thalut dan pasukannya yang dalam keadaan lelah dan haus dengan anak sungai, namun Allah SWT melarang minum dari air sungai tersebut kecuali hanya seteguk dari seciduk tangan saja. Ternyata mayoritas dari pasukan tersebut mengabaikan larangan dan minum sebanyak-banyaknya. Akibatnya pelanggaran larangan tersebut melemahkan semangat dan kekuatan perjuangan mayoritas pasukan, bahkan banyak yang menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu melawan Jalut dengan pasukannya yang dikenal kuat dan gagah perkasa, ungkapan ini tentu lahir dari lemahnya iman dari mayoritas pasukan. Namun, dalam kondisi ini, munculah sebagian pasukan yang memiliki keimanan yang tinggi dan kepercayaan sempurna bahwa kekuatan dan sedikitnya pasukan dan minimnya senjata bukan alasan untuk tidak memenangkan pertempuran dalam membela kemerdekaan dan kebenaran, jika Allah SWT mengizinkan.
Gambaran optimisme sebagian kecil pasukan Thalut digambarkan dan diceritakan dengan ungkapan indah yang artinya: orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Inilah rasa optimisme, yang saat ini Allah curahkan dalam hati setiap pejuang yang membela tanah air, kehormatan dan agama mereka, demi kemerdekaan Palestina!
Kisah perjuangan Thalut melawan Jalut ditutup dengan ayat ke 251 dari surat Al-Baqarah, yang berbunyi: yang artinya "Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya". Ayat ini memunculkan rasa optimisme dan keyakinan akan lahir dan muncul Thalut-Thalut baru, Daud-Daud baru yang akan memerdekakan Palestina dan mengusir penjajah Israel & Amerika sebagai representasi Jalut masa kini.
Dr. (Cand) Rudi Candra, LC, M.A.
Sekretaris Umum Insiera
***
SAMBUTAN
Institute for Global and Strategic Studies (IGSS),
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Perang yang terjadi di Gaza saat ini adalah sebuah malapetaka dunia. Pembantaian oleh Zionis Israel yang telah berlangsung 75 tahun ini hanya dapat terjadi karena pembiaran yang terus dilakukan oleh institusi politik dunia saat ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa misalnya bahkan sejak awal telah menjadi bagian dari terbentuknya entitas penjajah Israel.
Sampai sekarang institusi ini tidak berdaya untuk membela Palestina, bahkan dalam perang yang terjadi sejak 07 Oktober 2023 lalu, banyak relawan dari UNRWA (The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) yang menjadi korban Tindakan brutal Israel.
Seharusnya hal ini menjadi cambukan keras buat dunia dan kita semua, untuk lebih serius merespon penjajahan di tanah Palestina dan mencegah terjadinya pembantaian yang terjadi terus menerus.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah mendesak reformasi PBB melalui langkah-langkah sistematis yang dilakukan oleh aliansi negara-negara pro-kemerdekaan Palestina. Hal ini tidak mustahil dilakukan sebab, mayoritas anggota PBB masih berpihak pada norma anti Penjajahan.
Gerakan non-blok sebagai wadah gerakan antipenjajahan juga seharusnya dapat diaktifkan dan dimasifkan kembali untuk menyuarakan nasib Palestina sampai proses dekolonialisasi Palestina berhasil dilakukan. Tentunya, langkah-langkah yang bersifat jangka pendek juga penting dilakukan seperti mendesak negara-negara yang punya kekuatan di PBB untuk menekan Israel menghentikan serangan dan memastikan bantuan-bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza dengan aman.
Dan masyarakat sipil juga bisa melakukan peran penting selain ikut mendesak para pembuat kebijakan baik domestik maupun internasional, juga dapat mengambil sikap tegas terhadap isu pembantaian dan penjajahan Palestina.
Disamping itu, perlu juga terlibat aktif melakukan edukasi ke publik agar masyarakat paham dan tidak salah paham memandang isu ini. Sebab, perang Palestina ini juga dibingkai oleh gerakan-gerakan pro-Israel untuk menggiring opini publik agar membenarkan Tindakan Israel di Palestina.
Membiarkan opini pro-Israel ini bergulir akan membuat publik bingung dan akhirnya tidak atau berhenti mengambil sikap untuk membela kaum yang terjajah.
Oleh sebab itu, kami mengapresiasi usaha yang dilakukan oleh Komunitas Insiera bersama IGSS UII untuk menerbitkan kumpulan esai ini. Semoga ini menjadi wadah edukasi ke publik khususnya di Indonesia agar dapat memahami masalah lebih jernih dan selalu berpihak pada kepentingan Palestina yang terjajah.
Direktur IGSS UII
Gustrieni Putri, S.IP., M.A
***
PENGANTAR
Perang yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 menyisakan luka yang sangat dalam bagi rasa kemanusiaan kita. Israel membantai masyarakat tanpa ampun, membunuhi para jurnalis, dokter, relawan kemanusiaan, memblokade bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan sederetan kekejaman Israel yang dipertontonkan terhadap dunia.
Apa yang kita saksikan sekarang hanyalah bagian dari cerita panjang pendudukan dan penggusuran warga Palestina sejak tahun 1948 lalu. Jika ini tidak berupaya dihentikan, cerita akan terus berlanjut entah sampai kapan. Dan cerita-cerita pilu itu akan terus berulang setiap waktunya.
Memang yang melakukan pembantaian adalah Israel tapi dunia juga punya saham di sana dengan tidak mengambil langkah strategis untuk mencegah keberulangan ini.
Padahal begitu banyak perjanjian internasional sudah dibentuk dengan misi perlindungan terhadap hak-hak manusia, tapi tetap saja kepentingan materiil, ekonomi dan kuasa selalu menjadi tolak ukur diatas segala-galanya.
Beruntungnya, akal sehat publik tidak bisa ditipu meski berbagai propaganda dilakukan untuk menormalisasi eksisten penjajahan Israel baik oleh Israel dan jaringan zionisnya maupun oleh Amerika Serikat Bersama aliansinya.
Ini berarti bahwa peluang politik untuk memerdekakan Palestina dari penjajah Zionis masih terbuka lebar yaitu melalui politik arus bawah, politik yang digerakkan oleh kelompok-kelompok masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran dan selalu menyuarakan keberpihakan kepada Palestina.
Kumpulan tulisan yang dirangkai dalam sebuah buku ini adalah bagian dari ikhtiar Insiera bekerjasama dengan Institute for Global and Strategic Studies, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta untuk terlibat dalam jihad gagasan untuk mengopinikan dan mengedukasi publik mengenai dinamika perang yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Kami berharap bahwa sedikit upaya ini dapat dihitung sebagai amal-amal kebaikan untuk kemerdekaan masyarakat Palestina dan menghentikan penjajahan, pendudukan, serta kekejaman Israel.
Tim Penulis
***
Download ebook pdf nya:
COMMENTS