Berikut pernyataan Imarah Islam Afghanistan atas kesyahidan Syaikh Dr. Na’il bin Ghazi — semoga Allah merahmati dan meridhai beliau: Bagi se...
Berikut pernyataan Imarah Islam Afghanistan atas kesyahidan Syaikh Dr. Na’il bin Ghazi — semoga Allah merahmati dan meridhai beliau:
Bagi seorang Muslim, kematian bukanlah akhir kehidupan. Ia hanyalah sebuah perpindahan dari satu kehidupan menuju kehidupan lain. Jika hendak diungkapkan lebih tepat, kematian bagaikan berpindah dari keadaan “mimpi dalam tidur” menuju keadaan “terjaga sepenuhnya”; hidup di dunia ini hanyalah mimpi, sementara mati adalah kebangkitan darinya. Maka, ia bisa berujung pada negeri kebahagiaan dan kesejahteraan, atau menuju jurang neraka dan kesengsaraan.
Orang yang cerdas dan beruntung adalah ia yang berusaha sungguh-sungguh agar kebangkitannya dan tempat perhentiannya kelak adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang penuh dengan kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati manusia.
Dan sebaik-baik serta semulia-mulia kematian adalah kematian syuhada, sebagaimana disebutkan keutamaan dan kedudukannya yang tinggi dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi ﷺ.
Betapa banyak syuhada di Gaza yang mulia; mereka orang-orang bertakwa dan bersih yang tidak kita kenal—namun Allah mengetahui mereka. Dan betapa banyak pula syuhada yang—insyaAllah—kita kenal, kita doakan, dan kita bergembira atas pilihan Allah menjadikan mereka meraih kedudukan mulia syahadah. Kita berharap Allah menjadikan kita sebagai pengganti untuk menutup kekosongan yang ditinggalkan mereka di medan dakwah, perbaikan, serta pembelaan terhadap agama Allah dan syariat-Nya yang dahulu mereka isi dengan kehadiran mereka dan semerbak harum perjuangan mereka.
Di antara syuhada mulia itu adalah Syaikh Dr. Na’il bin Ghazi — seorang da’i yang jujur, tulus, dan penuh pengabdian untuk umat serta persoalan-persoalannya. Ikatannya di garda terdepan Gaza yang penuh kemuliaan, kondisi hidup yang sulit akibat pengepungan dan perang yang terus-menerus, serta kesibukannya dalam dakwah di sana, tidak menghalanginya untuk memberikan nasihat kepada umatnya, menguatkan mereka dalam persoalan besar di Timur maupun Barat, serta membela mereka dari fitnah para munafik dan upaya pelemahan dari para pembawa kebatilan.
Allah menganugerahkan kepada Syaikh Na’il kemampuan berkhutbah dan berbicara di hadapan khalayak dengan kefasihan dan daya tarik yang langka, disertai pandangan yang bijak, pemikiran yang lurus, serta perasaan yang menyala namun penuh kebijaksanaan. Dengan semua karunia Allah ini, beliau tidak rela mengurung dirinya dalam lingkup geografis yang sempit yang membatasi dakwahnya, atau menjadikan dakwahnya hanya terbatas di sekitarnya saja, apalagi sampai menjadi—na‘ūdzubillāh—suara yang melemahkan umat, memecah belahnya, dan mengalihkannya dari pertempuran besar dan utama dengan menciptakan perselisihan fatamorgana yang sia-sia, sebagaimana dilakukan banyak orang yang mengaku berilmu padahal ilmu sejati jauh dari mereka. Mereka rela menjadi pion kehancuran dan kerusakan di tangan para penguasa dan pemilik kekuasaan!
Syaikh yang mulia ini menolak kecuali untuk menunaikan zakat dari ilmu dan kemampuan yang Allah karuniakan kepadanya, sebagaimana yang dicintai dan diridhai Allah. Ia mengarahkan seruan dan bimbingannya kepada seluruh umat, bukan hanya pada lingkup sempitnya. Afghanistan dan para mujahidnya pun mendapat banyak manfaat dari untaian kata-kata beliau yang penuh makna dan khutbahnya yang sarat hikmah.
Setelah agresi biadab yang dilancarkan oleh entitas Zionis penjajah terhadap Jalur Gaza, Syaikh Dr. Na’il menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan risalah dan menegakkan hujjah atas umat: membangkitkan semangat orang-orang yang ragu dan duduk berpangku tangan, membantah orang-orang yang melemahkan dan menebar kebimbangan, serta mendukung para mujahid di medan tempur Gaza dan di mimbar-mimbar yang menyatu dengan konfrontasi melawan musuh barbar itu. Beliau terus melakukan hal itu hingga akhirnya bertemu Allah sebagai syahid pada hari Jumat, 3 Dzulhijjah 1446 H, bersama seluruh anggota keluarganya – semoga Allah menerima mereka – dalam serangan pengecut yang menargetkan tenda beliau di selatan Jalur Gaza.
Maka, menuju rahmat Allah, ketenangan, keridhaan, dan surga-Nya yang tinggi, wahai pahlawan dakwah, mimbar, dan pena.
Kesyahidan Syaikh Dr. Na'il hanya akan semakin dan semakin mengobarkan tekad kita untuk membersihkan Al Quds dari entitas kanker yang keji ini, yang ditanam secara paksa oleh para penjajah di jantung dunia Islam dan Arab. Menargetkan simbol-simbol syi'ar Islam dan jihad tidak akan mengakhiri konflik yang berkobar antara kebenaran dan kebathilan. Sebaliknya, hal itu hanya akan mengobarkan api kebenaran, melahap dan memusnahkan semua kebathilan.
Gaza yang suci—sebagaimana Syaikh suka menyebutnya atau menyebutnya dengan pandangan jihad—dengan luas 300 kilometer perseginya akan mengubah keseimbangan konflik dengan musuh yang telah dikutuk oleh Rabb semesta alam ini, dan akan menjadi titik balik utama dalam mendorong ummat ini menuju apa yang telah Allah firmankan kepada kita dalam Kitab-Nya yang Mulia:
﴿فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا﴾.
"dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al Isra': 7)
Majalah Ash Shumud, Imarah Islam Afghanistan, edisi 235, Muharram 1447.
https://www.alsomood.af/%d8%a7%d9%84%d8%b4%d9%8a%d8%ae-%d8%af-%d9%86%d8%a7%d8%a6%d9%84-%d8%a8%d9%86-%d8%ba%d8%a7%d8%b2%d9%8a-%d8%a5%d9%84%d9%89-%d8%b1%d8%ad%d9%85%d8%a9-%d8%a7%d9%84%d9%84%d9%87-%d9%88%d8%b1%d8%b6%d9%88/
COMMENTS