(Isi Buku) Masalah Palestina - M. Natsir



Judul: Masalah Palestina

Penulis: M. Natsir

Penerbit: Hudaya, bekerja sama dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Tahun Terbit: 1970

***

Diterbitkan ulang:

Ya Aqsha Media

https://ya-aqsha.blogspot.com/

2025


*** 


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 


BAB I. YAHUDI MENDUDUKI PALESTINA

Fungsi Masjid

Keistimewaan Masjidil Aqsha

Sifat-sifat orang Yahudi

Setelah berada di Palestina

Tanggapan PBB dan sebagian Orang Kita

Belajarlah dari Pengalaman


BAB II. PERTEMPURAN YANG MEMBAWA KEKALAHAN

Bantuan Negara-negara Besar 

Clash dan kekalahan

Perkembangan baru di dunia Arab

Perpecahan dan Mabda yang menyebabkan kabur

Sebab-sebab kekalahan


BAB III. GERAKAN ZIONIS

Zionis dan cita-citanya

Penjajahan dengan agama mereka

Keruntuhan Akhlaq dan Aqidah 

Rusia dan Amerika sama-sama membantu

Orang Yahudi dan Komunisme

Antara Zionisme dan Kristen


BAB IV. PALESTINA MASALAH KITA

Palestina adalah soal Islam dan soal ummatnya

Undangan

Daerah itu seperti yang saya lihat

Muktamar Alam Islamy

Beberapa Keputusan

Penutup


BAB V. HAKEKAT MASALAH PALESTINA

Muktamar

Masalah Palestina yang sederhana

Unsur Agama

Menghancurkan Ummat Islam

Amerika

Rusia


BAB VI. NEGARA-NEGARA DI SEKITAR PALESTINA

Mesir

Kudeta di Sudan

Bagaimana Lebanon?

Yaman dan Negara-negara Teluk Persia

Keruntuhan Akhlak dan Moralitas Baru

Pameran Pornografi


BAB VII. CUACA CERAH DAN HARAPAN

Perkembangan yang memberi harapan

Fedayeen yang masih muda dan bersih

Perhatian terhadap mereka

Indonesia dalam pandangan mereka

Latihan dan Perang


***

KATA PENGANTAR


Kami terbitkan uraian ini bekerja sama dengan Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (Pusat), dengan judul "Masalah Palestina"; berasal dari dua buah ceramah yang diucapkan Pengarang di Masjid Al Munawwarah, Tanah Abang Jakarta, sekembalinya dari perlawatan ke-Timur Tengah menghadiri sidang-sidang "Mu'tamar Alam Islamy", yang diadakan di sana setiap tahun.


Masalah Timur Tengah, khususnya masalah Palestina, sampai waktu akhir-akhir ini merupakan masalah yang semakin hangat dibicarakan, menjadi topik berita dalam koran-koran dunia, bahkan juga di negeri kita ini.


Kami percaya bahwa penerbitan ini, tidak saja membawakan kesan, tapi juga memberikan bahan pemikiran dalam menanggapi masalah dan peristiwa yang sedang terjadi itu, dimana kaum Muslimin turut tersangkut didalamnya.


Jakarta, akhir September 1970


PENERBІТ 


***


BAB I

YAHUDI MENDUDUKI PALESTINA


Fungsi Masjid


Masjid adalah tempat kita melakukan ibadat; tempat menghubungkan jiwa kita dengan Allah s.w.t. Disamping itu: Masjid pun merupakan tempat dimana ummat Muhammad saw. menghubungkan dirinya satu sama lain sebagai Mu'minin. Mereka adalah orang-orang yang beriman yang mempunyai sifat-sifat khas, sehingga mereka dapat dinamakan Mu'minin (orang-orang yang beriman).


Ciri-cirinya ialah sebagaimana digambarkan dalam salah satu ayat Al-Quran, akhir surat Al-Fatah, sbb:


مُحَمَّدٌ رَسولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذينَ مَعَهُ أَشِدّاءُ عَلَى الكُفّارِ رُحَماءُ بَينَهُم ۖ تَراهُم رُكَّعًا سُجَّدًا يَبتَغونَ فَضلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضوانًا ۖ سيماهُم في وُجوهِهِم مِن أَثَرِ السُّجودِ ۚ 


"Muhammad itu adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya keras terhadap kaum kafir, berkasih-sayang sesama mereka; engkau lihat mereka ruku, sujud, karena mencari karunia dan keredhoan dari Allah; tanda-tanda mereka, pada wajah mereka, terbayang "sinar iman" dari bekas sujud......" (Al Fath 29)


مُحَمَّدٌ رَسولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذينَ


"Muhammad itu Rasulullah; dan orang-orang yang disekitarnya, — yakni orang-orang yang dipimpinnya, dibinanya dari Masjid, dan dari masjid kelapangan hidup sehari-hari; dibinanya dalam kancah perjuangan hidup, dari hidup berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat dan bernegara, berdamai, berperang, semuanya itulah orang-orang yang berada disekitar Rasulullah saw.


Salah satu sifat yang karakteristik bagi mereka ialah:


أَشِدّاءُ عَلَى الكُفّارِ رُحَماءُ بَينَهُم ۖ


Yaitu: "Tegas terhadap orang yang kafir. Jadi ada demarkasi yang terang antara Mu'min dan orang kafir. Antara mereka sama seiman dan secita-cita, ada hubungan persaudaraan, ada ikatan batin yang erat sekali. Jikalau dilihat pada lahirnya cirinya ialah:


تَراهُم رُكَّعًا سُجَّدًا يَبتَغونَ فَضلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضوانًا ۖ


Orang-orang yang beriman itu kita lihat, bahwa mereka itu sama-sama ruku' dan sama-sama sujud menyembah Allah, tahu disiplin, tahu akan waktu, tertib dan teratur, baik yang lahir ataupun yang batin, baik mu'amalah sesama manusia ataupun dalam beribadah terhadap Allah swt. Cita-cita mereka dalam segala amal dan perbuatannya, selalu mencita-citakan dan meng-idam-idamkan karunia dan keredhoan Allah swt semata-mata.


سيماهُم في وُجوهِهِم مِن أَثَرِ السُّجودِ ۚ


Pada wajah mereka terbayang "sinar iman" yang memancar dari dalam qalbu mereka, sebagai tanda orang yang pandai ruku' dan bersujud kepada Allah swt.


Itulah diantara sifat-sifat Mu'minin yang dibina oleh Rasulullah, di zaman Rasulullah sendiri. Sifat Mu'min yang mudah-mudahan dapat kita lanjutkan membinanya dari Masjid tempat kita bershalat dan masjid tempat kita membina ummat.


Keistimewaan Masjidil Aqsha


Maka Masjidil Aqsha mempunyai sifat yang demikian dan lebih istimewa lagi. Masjidil Aqsha adaiah tempat Rasulullah s.a.w. Isra’ kepadanya dan Mi'raj daripadanya. Masjidil Aqsha adalah merupakan kiblat yang pertama bagi ummat Muhammad s.a.w. apabila melakukan shalat. Adapun Ka'bah yang sekarang adalah kiblat yang kedua. Masjidil Aqsha adalah salah satu daripada tempat di dunia ini yang bagi ummat Islam merupakan satu tempat yang dicintainya. Selama ummat Islam itu dapat membaca Al-Qur'an dimana digambarkan dan dilukiskan, Masjidil Aqsha itu tempat yang suci, disekitarnya diberkati oleh Allah s.w.t. sebagai tempat pertama dan orang-orang yang beriman terdahulu dari kita semua itu menujukan shalatnya ke arah Masjidil Aqsha.


Masjidil Aqsha itu merupakan satu rebutan sekarang ini, bahkan semenjak dahulu. Rebutan dari orang-orang yang menganggap dirinya sebagai ummat pilihan antara ummat manusia, yang menjadi wali-wali Allah diatas segala manusia, yang disebutkan dalam Al-Qur'an, peringatan kepada orang Yahudi demikian:


قُل يا أَيُّهَا الَّذينَ هادوا إِن زَعَمتُم أَنَّكُم أَولِياءُ لِلَّهِ مِن دونِ النّاسِ فَتَمَنَّوُا المَوتَ إِن كُنتُم صادِقينَ


"Katakanlah (kepada orang Yahudi itu): Hai orang Yahudi ! jikalau kamu benar-benar orang yang istimewa sebagai wali Allah diatas segala manusia, maka cobalah kamu minta supaya lekas-lekas mati, nanti kamu akan tahu apakah benar kamu orang yang dipilih oleh Allah”. (Al Jumuah: 6)


Begitulah Al-Qur'an menggambarkan bahwa orang-orang Yahudi menganggap dirinya sebagai satu bangsa yang istimewa diatas segala manusia ini, pilihan Tuhan.

Mempunyai sifat takabur adalah salah satu dari cirinya. Merasa dirinya itu lebih besar, lebih tinggi, lebih mulia dari seluruh manusia.


Sifat-sifat orang Yahudi


Ada beberapa sifat lagi daripada orang-orang itu. Sifatnya itu, dimana mereka berada, mereka ibarat ulat hinggap diatas daun pisang. Daun pisang hancur berlobang-lobang dibuatnya, sedang badannya gemuk, persis seperti ulat diatas daun. Oleh karena itu, memang bangsa itu semenjak berabad-abad merupakan bangsa yang dibenci dimana-mana. Malah beberapa puluh tahun yang lalu, sebelum perang dunia ke-II, mereka itu diusir dari Eropa Barat dan Eropa Timur. Mereka menjadi orang-orang yang dibenci. 


Di zaman Hitler berkuasa, mereka dimasukkan dalam Kamp, dan kabarnya beberapa juta mereka itu dibunuh. Mereka berpencaran lari keluar Eropa, dapat hinggap duduk di tanah-tanah ummat Islam, di negara yang disebut Timur Tengah dan Negara-negara Arab. Disana Mereka itu tidak diburu-buru, tidak dibunuh malah diberi tempat supaya hidup kembali sebagai pedagang, sebagai pengusaha. Walaunun mereka itu dikejar-kejar dari tempat aslinya di Eropa, tetapi ditengah-tengah ummat Islam, mereka itu dapat perlakuan yang baik tidak di ganggu. Di kota-kota besar, umpamanya di Baghdad, Mesir, Beirut dan Turky, mereka boleh berdagang, boleh berusaha, tidak diganggu.


Setelah berada di Palestina


Mereka rupanya puas, dapat hidup ditengah-tengah orang Islam yang sangat ramah-tamah terhadap mereka itu. Pada tahun 1949 mereka sudah mendapat hidup di daerah Palestina. Kesempatan masuk kesana diberikan oleh Inggris. Mereka memproklamirkan satu Negara yang bernama Israel. Tadinya mereka hidup menumpang, diberi kesempatan hidup tinggal disana. Tetapi kemudian orang yang punya rumah mereka usir, dengan kekuatan senjata, dibantu oleh Inggris dan dibantu oleh Negara-negara besar, seperti Amerika. Semenjak itu, tidak kurang daripada satu juta tiga ratus orang Arab yang asli, orang Islam yang asli tinggal ditempat itu diusir dari rumah tangganya. Mereka diusir dari tanahnya, untuk ditempati oleh orang Yahudi yang memproklamirkan Negara mereka menjadi "Negara Israel". Bertebaran mereka disekitar Palestina.


Tanggapan P.B.B. dan sebagian Orang Kita


Soal itu dibawa ke P.B.B. (Perserikatan Bangsa-bangsa) tapi Perserikatan Bangsa-Bangsa cuma menampung nasib orang-orang yang diusir itu saja, sedangkan orang Yahudinya dibantu. Amerika dengan segala usahanya didalam P.B.B. dapat mencapai persetujuan, mengakui Israel sebagai Negara ditanah yang dirampas nya dari ummat Islam. Demikianlah sejarahnya.


Tidak pernah ada batas yang disahkan oleh Israel dan daerah-daerah yang disekitarnya. Yang ada hanya demarkasi. Semenjak tahun 1949 yang lalu hanya ada: demarkasi-line, kata orang kita.


Kejadian ini tidak banyak dapat perhatian kita sekarang ini. Asal-usulnya tidak dimengerti benar oleh sebagian daripada orang-orang yang pintar-pintar di negeri kita ini. Ada orang pintar-pintar kita menerangkan, bahwa bangsa Yahudi itu berhak hidup di Israel. Kasihan mereka hidup ditengah-tengah orang Arab. Kenapa orang Arab hendak menghancurkan Israel, suatu bangsa yang kecil, yang baik, yang tidak bersenjata apa-apa itu. Begitu gambaran mereka. Dan jikalau Israel itu memerangi bangsa Arab baru-baru ini, itu adalah untuk mempertahankan hak hidupnya ditanah itu, oleh karena terus terancam oleh orang Arab.


Ada juga yang berkata: "Ini soalnya soal Arab saja. Mentang-mentang orang Arab Islam, mengapa kita repot-repot". Ya. memang orang pintar yang berkata begitu.


Belajarlah dari Pengalaman


Kita hanya bisa memperingatkan suatu hal kepada orang-orang pandai itu. Umpamanya: Di kota Semarang dulu di waktu Belanda mengusir penduduk kota itu mundur ke pedalaman sampai ke Magelang atau ke Purwokerto, para pengungsi berpencaran di kota-kota itu. Tentara Belanda dan Inggris duduk di kota Semarang. Yang ada, adalah demarkasi antara tentara kita dengan tentara NICA itu. Begitu pula umpamanya orang-orang kita yang di Surabaya. Sesudahnya Surabaya diduduki, maka pengungsi-pengungsi lari ke Mojokerto dari situ ke Gresik, ada juga terus ke Malang. Yang ada, adalah demarkasi. Sekarang pengungsi-pengungsi itu bertebaran di Jawa Tengah, Jawa Timur. Si NICA ini terus menyerang ke Jogjakarta. Kita semuanya ribut hendak membantu pengungsi ini, dan berusaha supaya tentara pendudukan di Semarang dan Surabaya jangan meluas. Lalu orang pintar berkata:

"Wah tentara NICA itu berhak hidup. Kasihan dia, mentang-mentang orang Surabaya dan orang Semarang itu orang Islam, apa kita musti bantu dia itu, dia orang NICA itu berhak hidup!


Begitulah persis apa yang terjadi di Israel, yang ada hanya demarkasi, garis demarkasi sampai sekarang. Bukan satu garis yang telah ditentukan, berdasarkan hak-hak asasi manusia sebagai negara yang berdaulat.


Itu satu.


Jadi supaya pandangan kita jangan dikaburkan oleh orang-orang yang pintar-pintar bagaimana pokok persoalannya, saya berikanlah satu contoh yang terang tadi itu. Bagaimana kalau tentara NICA dengan orang-orang Belanda yang dibawanya ke dalam menyerbu ke Magelang atau Purwokerto, ke Malang umpamanya, memperluas daerah recomba nya itu. Bagaimana itu? Apakah kita harus menganggap recomba itu berhak hidup disana? Jangan kita ganggu-ganggu". 


Persis itulah keadaannya.


***

 

BAB II

PERTEMPURAN YANG MEMBAWA KEKALAHAN


Bantuan Negara-negara Besar


Dengan bantuan Negara-negara besar, maka semenjak tahun 1949 telah terjadi beberapa kemajuan-kemajuan didalam negeri, di Israel. Negara-negara besar terutama Amerika, Inggris dan lain-lain, mencoba mengadakan keseimbangan yang dinamakan oleh mereka "titik keseimbangan di Timur Tengah", supaya Negara-negara Islam jangan terlampau kuat, dan Israel juga jangan terlampau kuat. Jadi keadaan keseimbangan itu ialah, Israel diberi senjata, orang Arab diberi senjata, tetapi diransum sedikit-sedikit.


Lambat laun bangsa Yahudi itu semakin tumbuh dan tambah kuat; mereka mencoba memperluas daerahnya. Selain maju disaat-saat yang tertentu "maju kedepan" yaitu menyerang seperti terjadi di tahun 1956 yang lalu, mereka mencoba-coba juga dengan diplomasi.


Di zamannya Roosevelt masih jadi Presiden Amerika maka diminta oleh kaum Yahudi yang kaya-kaya antara lain Rotschild, seorang milioner atau miliarder, supaya bersedia jadi perantara terhadap Raja Saud dari Saudi Arabia untuk membeli tanah disekitar kota Madinah, sebagai tempat orang Yahudi tinggal.


Seperti dahulunya juga di Palestina, datang pengungsi dari Eropa tinggal disana untuk dapat membeli tanah. Nah! sekarang mau diungsikan lagi beberapa famili Yahudi kesekitar Madinah. Katanya, karena mereka itu dulu adalah sebagian orang-orang yang tinggal disekitar kota Madinah, yang dalam Riwayat Islam dikenal sebagai Banu Nadhir, dan Banu Quraizah. Suku-suku itulah yang telah berkhianat kepada Rasulullah dahulu. Untuk itu mereka akan membayar berapa saja. Memang orang kaya yang akan membayarnya; dan dia bernama: "Rotschild".


Maka diwaktu itu Raja Ibnu Saud yang tua, sekarang sudah meninggal, terus terang mengatakan kepada Roosevelt: "Jangankan tanah yang ada disekitar Madinah itu, satu genggam pasir pun saya tidak akan mau menjualnya dengan emas sebesar gunung".


Maksud mereka memang untuk melakukan taktik dari sedikit ke sedikit melangkah membeli tanah, sesudah itu dengan segala macam akal diusir penduduknya, kemudian menduduki beberapa tempat dengan senjata, sesudah itu memproklamirkan Negara. Alhamdulillah taktik yang kedua ini dapat digagalkan.


Clash dan kekalahan


Tahun 1956 sampai 1959 terjadi clash antara penduduk asli dari Palestina dan negara-negara Arab disekitarnya dengan bangsa Yahudi. Tujuh Negara Arab menghadapi satu Negara Israel. Beberapa bulan lamanya berperang, hasilnya ialah kemenangan bagi Israel, dan kekalahan bagi tujuh Negara Arab.


Dalam tahun 1956 kami mengadakan Mu'tamar Alam Islamy di Damaskus, untuk membahas kenapa jadi kalah? Di waktu itu saya pernah bertanya dalam kongres kepada orang-orang yang mengerti persoalannya: "Apa gerangan yang menjadi sebab kekalahan kita itu, padahal kita tujuh orang, mereka satu?" Di jawab oleh Sekretaris Jendral daripada Mu'tamar Alam Islamy itu: "Justru karena kita tujuh, kita ini kalah, walaupun jumlah kita besar".


Salah satu dari kelemahan ummat Islam itu, tidak dapat bersatu menghadapi musuh. Itu juga yang jadi salah satu sebab kekalahan di tahun 1956, ketika terjadi peperangan pendobrakan yang besar dari Israel, dibantu secara terang-terangan oleh Inggris dan Perancis. Dipergunakan mereka kesempatan perpecahan itu untuk menghadapi Gamal Abdel Nasser yang menasionalisasikan Terusan Suez. Akıbatnya, mereka dapat melebarkan daerahnya, diadakan demarkasi-line baru lagi.


Kita berusaha supaya Islam dapat mencari kekuatan lebih dahulu. Kalau tadi bertujuh menghadapi Israel, mudah-mudahan di masa yang akan datang bersatu menghadapinya.


Perkembangan baru didunia Arab


Akan-tetapi semenjak tahun 1954 sampai 1964, sepuluh tahun lamanya perkembangan di Negara-negara Islam, terutama di dunia Arab, bukan mempersatukan semua tenaga menghadapi Israel itu. Perkembangan inilah yang memecah belah lagi. Pecah belah lebih daripada sebelumnya, apa yang menyebabkan, pecah belah itu? Yang menyebabkan pecah belah itu terutama ialah masuknya Ideologi baru bagi ummat Islam disana. Yang mereka namakan Isytirakiyah qaumiyah, sosialisme kebangsaan. Setelahnya Negeri Mesir mengalami satu revolusi, revolusi yang di mulai dengan satu falsafah yang baik sekali penggarisannya oleh Gamal Abdel Nasser tahun 1954 dan 1955. Falsafah Revolusi itulah yang membangkitkan kepercayaan kepada diri sendiri yakni pada bangsa Arab. Mengembalikan kepada 'izzatunnafs, selfrespect. 


Gamal Abdel Nasser meletakkan dasar-dasar revolusi dengan satu analisa yang bernama "Philosofy of the Revolution". Bagus kalau kıta baca, tetapi lambat laun yang terjadi bukanlah berdirinya satu falsafah revolusi, akan tetapi satu revolusi darı satu falsafah. Bertukar daripada mabda yang pertama. Kalau tadinya hendak melaksanakan ajaran-ajaran Islam, tetapi kesudahannya bertentangan dengan Islam; kalau tadinya hendak menghidupkan seluruh ummat yang berada di sekitar Masjidil Aqsha di Timur-Tengah untuk mendapatkan satu pimpinan, satu markas revolusi, kesudahannya yang terjadi pecah belah.


Maka semenjak itu masuklah faham-faham Materialisme. Sosialisme yang tadinya sosialısme Isiam namanya, lambat-laun namanya Sosialisme-Nasional, Isytirakiyah qaumiyah. 


Kalau tadınya İslam merupakan satu konsep yang hendak dilaksanakan diabad ke-XX ini, maka lambat laun Islam itu hanya merupakan suatu alat untuk mencapai orang Islam sebanyak-banyaknya, hendak dibawa kesatu faham Isytirakiyah-qaumiyah itu. Islam tidak lagı dijadikan aqidah, mabda hidup, tetapi Islam sekedar untuk memanggil orang banyak, untuk diarahkan kepada jurusan yang lain. Begitu yang terjadi di Mesir, begitu yang terjadi di Suriah, dan menjalar ke Iraq, menjalar ke Afrika Utara.


Perpecahan dan Mabda yang kabur


Maka Negara-negara di sekitar Palestina yang terlibat dalam persoalan ini, selain tidak pernah dapat bersatu tadinya, fahamnya dan aqidahnya sudah terpecah pula menjadi dua. Apabila sudah terpecah dua, maka mudah sekali didapat slogan-slogan dan semboyan-semboyan untuk tuduh-menuduh satu sama lain. Timbullah beberapa semboyan atau cap-capan seperti di negeri kita ini juga, sehingga seringkali terdengar yang satu bernama kaum progressif, mutaqaddimin, dan yang satu menamakan yang lain itu kaum raj-'ijjin yaitu kaum kontra-revolusioner. Yang şatu revolusioner, yang lain kontra-revolusioner, yang satu progressif, yang lain lagı reaksioner.


Begitulah, mabda-nya sudah kabur. Dikaburkan oleh perpecahan beberapa Negara yang tidak pernah dapat bersatu untuk menghimpun tenaga dalam satu cara yang tertib untuk menghadapi musuh.


Jikalau dalam perang tahun 1949, berbulan-bulan lamanya baru ummat Islam Arab dapat dikalahkan, dan Israel menang berkat bantuan daripada orang-orang Amerika, Inggris dan lain-lain miliyoner-miliyoner orang Yahudi yang banyak sekali dibelakangnya, tapi toh Arab dapat bertahan berbulan bulan. Maka tahun 1956, hanya lima belas hari mereka dapat bertahan. Tahun 1967 tiga jam. Begitulah perkembangannya.


Jadi makin berkembang Isytirakiyah qaumiyah itu, makin pecah-belahlah ummat Islam sama ummat Islam, mangkin dangkallah aqidah dan keimanan ditengah-tengah ummat itu, maka mangkin cepat datangnya kekalahan. Kalau tadi enam bulan, sesudah itu lima belas hari, yang akhir tiga jam. Barangkali kalau terus-menerus tidak usah apa-apa, satu menit juga sudah kalah.


Kalau disini jauh dari tempat itu, kita terkejut kenapa ini tiba-tiba timbul perang, masih satu minggu begitu, tetapi sebenarnya hanya tiga jam. Sebab sesudah tiga jam itu, tidak ada lagi satu ekor kapal terbangpun dari pihak kita. Yang mempunyai kapal terbang diantara orang kita orang Islam, yaitu Mesir, tidak ada lagi seekorpun yang bisa terbang. Pukul setengah delapan pagi tanggal 5 Juni, sudah hancur semua. Perlawanan perang di abad ke-XX ini tanpa kapal terbang tidak bisa, kecuali kalau perang Gerilya dimana ada hutan-hutan lebat seperti di Vietnam dan di Indonesia ini.


Disana kalau perang di zaman abad ke-XX ini kalau tidak ada dekking kapal terbang boleh dikatakan tidak bisa. Sebab jangankan tentara, seekor kambing berjalan dibawah, diatas tanah, sudah kelihatan dari kapal terbang. Tanahnya datar, bukit-bukitnya batu, tidak ada tempat bersembunyi sama sekali.


Sebab-sebab kekalahan


Sekarang kalau kita bertanya apakah sebabnya, maka tiba-tiba lantas perang, dan lekas kalah itu? Banyak teori yang dikemukakan. Saudara akan bisa membaca banyak analisa-analisa orang, dalam buku-buku, brosur-brosur yang sekarang ini sudah terbit dan disiarkan dimana-mana. Tetapi dalam garis besarnya, sebenarnya kekalahan bangsa-bangsa Arab terakhir ini sebabnya sebagaimana dikatakan tadi ialah karena perpecahan nya bertambah lebar. Sesudah persatuannya pecah, aqidah nya pun pecah pula. Lahir nya pecah, bathin nya pun pecah. Memang negara-negara Arab itu selama ini unggul juga dalam melengkapi senjata mereka. Mesir melengkapi ratusan kapal terbang, ada kapal selam dari Rusia, MIG segala macam, memang cukup nampaknya. Oleh karena itu penyiar dari Shautul-Arab, radio Mesir, kadang-kadang terdengar juga suaranya, merasa dirinya kuat. Ada satu penyiar dari Shautul Arab itu yang populer sekali, namanya Ahmad Said. Kalau dia berpidato di muka corong untuk menggembirakan orang banyak dan mengejek-ejek musuh, memang klas satu. Dalam beragitasi Ahmad Said itu adalah guru besarnya. Di hari yang terakhir sebelum 5 Juni itu, dia mengatakan: "Kita sudah mempunyai kekuatan yang sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi qadar".


Yah, begitulah caranya berpropaganda dari Shautul Arab. Qadar bisa diatasi dengan kapal terbang. Itu omong apa namanya? Kita heran, apakah yang omong ini masih percaya kepada Tuhan?


"Dan nanti kalau Israel itu perang dengan kita, kita hanyutkan semua laki-laki, wanita, orangtua, anak-anak mereka. Akan kita hanyutkan semua ke laut itu dengan gampang. Kekuatan kita sudah melewati kekuatan Qadar. Dan kalau Israel itu mau perang, kita akan sambut dengan "ahlan-wasahlan".


Nah, begitulah agitasi di kalangan mereka menghadapi Israel itu.


Kita bertanya : "Dimanakah lagi letaknya keimanan?"


***

BAB III

GERAKAN "ZIONIS"


Zionis dan cita-citanya


Bangsa Yahudi itu mempunyai suatu gerakan internasional, namanya "Zionis". Kaum Zionis itu meletakkan dasar-dasar perjuangannya semenjak akhir abad ke-19. Salah satu Kongres besar mereka ditahun 1897, menetapkan cita-citanya kaum Zionis itu. Cita-citanya hendak menegakkan kembali Negara Kerajaan Daud yang pernah jaya berabad-abad yang lalu. Dan mereka memusatkan cita-citanya, pada kembali menegakkan "Haikal". Yaitu masjid nya seperti zaman dahulu itu, persis ditempat Masjidil Aqsha. Itu ditanamkan dalam jiwa tiap-tiap orang Zionis sebagai satu tujuan hidup dari pada mereka, kaum Yahudi itu. Jadi mereka masuk kesana bukanlah hanya sekedar untuk menumpang hidup sebagai pengungsi, akan tetapi mempunyai cita-cita hendak menegakkan kembali satu negara yang sudah lama silam itu, dengan cara-cara bagaimanapun: dengan menjajah, dengan mengusir orang yang asli disana, tidak peduli, demi cita-cita agamanya, "Zionis".


Gerakan Zionisme itu adalah gerakan agama, bukan agama politik saja. Gerakan agama dengan aksi politik Zion. Zionisme itu dinamakan menurut nama satu bukit: Zion, dekat disitu. Jadi ditanamlah satu cita-cita hidup untuk mendirikan satu Negara. Negara dari kaum Yahudi yang Bertebaran di seluruh dunia ini. Dan taraf pertama ialah akan mendirikan Haikal kembali, ditempat Masjidil Aqsha sekarang ini. Itu yang ditujunya.


Jadi soalnya bukan soal hak hidup menumpang atau tidak, tapi soalnya satu cita-cita agama yang hendak dicapai dengan aksi politik dan perang. Demikianlah soalnya.


Selain daripada itu, sudahlah mereka mendapat tempat dalam Negara Israel yang tidak diakui, batasnya hanya demarkasi yang saya sebutkan tadi, demi mengharapkan bantuan dari Negara-negara besar, di dinding tembok Parlemen nya mereka tuliskan dengan huruf-huruf besar kata-kata: "Sebenarnya Israel itu batasnya sebelah Barat ialah Sungai Nil, dan sebelah Timur batasnya ialah Eufrat sampai Baghdad". Peta bumi Israel yang mereka cita-citakan telah digambarkan semenjak tahun 1897. Jadi dari sungai Nil sebelah Barat, sebelah Timur Eufrat, dan Madinah termasuk didalamnya. Itulah Negara Israel yang mereka impikan dari dulu. Mereka masukkan kota Madinah karena katanya dahulu disana pernah hidup Banu Nadzir dan Banu Quraizah.


Penjajahan dengan agama mereka


Jadi mereka hendak mengadakan penjajahan sebagaimana tiap-tiap Imperialis dan Kolonialis hendak mengadakan penjajahan. Akan tetapi penjajahan mereka ini akan lebih daripada sekedar untuk mengambil kekayaan sebagaimana yang diperbuat oleh Imperialis Kapitalis itu, karena dimaksudkan juga untuk mengisi dengan cita-cita keagamaan dan aqidah.


Menurut berita yang mutawatir, didaerah-daerah itu, entah betul entah tidak, tetapi ada gambar-gambarnya di surat kabar, bahwa serdadu-serdadu Israel kalua sudah masuk atau menuju ke medan perang di sinai, mereka mengeluarkan talmud (taurat) dari sakunya. Mereka baca taurat itu ditengah medan perang, untuk menegaskan cita-cita keagamaan. Agama itu mereka akui sebagai satu sumber kekuatan bathin yang besar sekali, bagi orang yang sedang berjuang, mempertaruhkan jiwa dan raga nya. Maka tiap-tiap serdadu Israel yang pergi perang tentu dalam saku-saku nya ada talmud.


Di pihak yang melawan Zionis, yang bertemu dalam saku-saku mereka bukan Qur'an. Menurut surat kabar Mesir "Al-Ahram" yang terbit 4 hari sebelum 5 Juni itu menerangkan, bahwa berjuta-juta potret-potret tukang dansa, tukang nyanyi sudah dicetak dan dibagi-bagikan kepada prajurit-prajuritnya yang akan pergi ke medan perang. Begitu beda nya alam pikiran daripada orang Yahudi yang hendak dihadapi dan lawannya itu. Yang satu membawa potret-potret tukang dansa, yang satu mencari ilham dari kitab agama, yang satu mencari ilham dari pada motion pictures. Jadi dapat dipahami kalau kesanggupan perang mereka lama nya cuma 3 jam.


Keruntuhan Akhlaq dan Aqidah


Kita boleh menganggap ini lucu atau tidak. Tapi ini suatu hal yang menyedihkan. Bagi kita ummat Islam hanya bisa menangis, melihat keruntuhan akhlaq, keruntuhan aqidah, keruntuhan keimanan. Kalau orang luar tentu akan melihat senang dan dengan mengejek. Tetapi bagi kita yang masih merasakan beriman, seketika kita harus sedih. Karena salah satu ciri dari ummat Muhammad itu ialah:


 

"Sebagai tubuh yang satu, apabila salah satu bagian dari jasad yang tunggal itu merasa sakit, maka seluruh badan itu merasa sakit".


Dan ketika ada ummat Islam yang dipermak, kita ummat Muhammad yang lain tidak ada alasan untuk tertawa atau merasa sabar. Akan tetapi kita harus segera memperbaikinya. Kalau tidak, seluruh badan kita akan kena infeksi.


Jangan disangka ini hanya terjadi ditempat yang jauh saja, di kalangan kitapun akan terjadi infeksi yang demikian. Seakan-akan ambruklah ke seluruh tubuh badan ummat Islam.


Itulah yang harus kita sadari dalam menghadapi soal Israel, soalnya bukan soal sepotong tanah yang bernama Palestina. Soalnya kita menghadapi suatu gerakan aqidah, gerakan kepercayaan yang beraksi dengan teratur dan tertib. Bukan disatu tempat saja, akan tetapi di seluruh dunia ini. Kita berhadapan dengan satu gerakan agama yang beraksi politik internasional, yang satu sama lain bantu-membantu. Kalau Negara Israel itu adalah bikinan daripada Zionis, kaum Yahudi, maka yang telah memecah-belah dan memperdangkal kepercayaan daripada ummat Islam di sekitar Palestina itu adalah Komunis dengan apа yang dinamakan isytirakiyah-qaumiyah itu. Maka orang dapat melihat bahwa antara dua itu, Yahudi dan Komunis ada kerjasama yang erat, yang satu mengosongkan jiwa dan yang satu memperkuat senjata.


Rusia dan Amerika sama-sama membantu


Kalau orang Rusia memberikan senjata kepada orang Arab, adalah untuk Pembeli tempat tumbuh bagi isytirakiyah. Maka Amerika memberikan senjata kepada orang Israel, supaya Negara itu dapat berdiri kuat. Bagi mereka tidaklah perduli apakah ada isytirakiyah disana atau sosialisme atau komunisme. Tetapi asal anak kandungnya, Israel, dapat terjamin, itulah yang penting.


Rusia mengakui Israel. Jangan disangka bahwa Rusia itu ingin menghancurkan Israel, bahkan telah diakuinya dan diberinya senjata sebagaimana kita juga pernah diberi senjata untuk pembeli simpati mereka. Tapi senjata-senjata nya yang tidak dapat dipergunakan lagi ditempat mereka. Tempo hari kita juga diberi Kapal-kapal selam, tapi dari 12 buah kapal selam itu, cuma dua yang dapat dipakai. Semua itu untuk pembeli simpati dari kita dan untuk melapangkan jalan bagi ideologi komunisme itu.


Antara faham Zionis dan Komunis sebagai faham yang materialistis, sebenarnya tidak jauh berbeda. Faham Zionis dengan Komunis itu bisa dikatakan beradik-berkakak, atau dalam bentuk hubungan antara paman dengan keponakan.


Orang Yahudi dan Komunisme 


Kita tahu bahwa Komunis Marxisme itu keluar dari otaknya Karl Marx, Yahudi tulen. Jadi keluar dari otaknya orang Yahudi, masak Komunis akan berlawanan dengan anaknya sendiri. Waktu Lenin mengambil alih teori-teori yang ilmiyah dan falsafah daripada Marxisme itu, mematangkannya hingga menjadi satu cara dan tehnik perjuangan dari kaum Komunis, maka dikumpulkanlah beberapa orang yang pintar-pintar untuk mengatur taktik dan strategi nya secara bagaimana untuk mengembangkan cita-cita Komunisme di seluruh dunia.


Lenin berfikir bukan lagi didalam rangka nasional tetapi internasional, maka di waktu yang pertama kali itu dikumpulkanlah 4 orang ahli yang pintar-pintar, yang semuanya orang Yahudi, antara lain bernama Karl Rader.


Karl Rader inilah yang menciptakan slogan-slogan yang kita dengar sekarang daripada orang Komunis, seperti slogan-slogan yang harus dipakai untuk memasuki satu Negara atau satu daerah. Karl Rader itulah yang paling pertama menyusun kata-kata Anti Imperialisme dan Anti Kapitalisme, sebagai slogan untuk menarik perhatian orang yang sedang berjuang mencapai kemerdekaannya. Kata-kata "demokrasi rakyat", semuanya slogan-slogan semacam itu ditentukan, bukan karangan nya orang-orang Komunis yang ada di Indonesia, tidak! Itu sudah ada kitabnya, yang dibikin oleh satu panitia dari orang-orang Yahudi yang dikumpulkan oleh Lenin.


Jadi antara Komunisme dan Zionisme adalah bersaudara. Kalau tidak bersaudara tentu dalam hubungan paman dengan keponakan, atau anak dengan bapak. Kedua-dua nya sebenarnya satu badan. Kalau diibaratkan seekor ular, ular nya kepala dua, yang satu bermuka sebagai Zionis dan yang satu bermuka sebagai Komunis.


Ular itulah yang menggelung Negara-negara di Timur Tengah sekarang, yang satu kepala nya di Israel, yang satu kepala nya menggelung di dunia lain, menghadapi ummat Islam yang sedang dalam serba kesulitan.


Kita telah mengetahui keadaan yang demikian, maka benar-benar kita tidak dapat bersikap masa bodoh, walaupun tempat nya terlampau jauh buat kita. Dunia kita di abad ke-XX ini pada lahir nya sudah merupakan dunia yang kecil sekali. Kalau kita katakan itu jauh, yah berapalah jauhnya, kalau hendak dicapai dengan kapal terbang paling lama 24 jam. Kita pergi dari sini sore, besok sore kita sudah sampai. Berapa jam saja, seperti kita memakai waktu yang singkat untuk pergi kesana. Orang sana hendak ke sini pun waktunya singkat. Itu di tilik pada jarak nya.


Tadi saja mengatakan, antara Zionis Yahudi dengan Komunisme sebagai satu faham yang materialistis merupakan seekor ular yang berkepala dua.


Antara Zionisme dan Kristen


Bagaimana pula hubungan antara Zionisme dengan kaum Katholik yang juga bersifat internasional? Sebagaimana saudara mengetahui barangkali, selama berabad-abad antara kaum Katholik dan Yahudi sangat bertentangan. Sebab kalau menurut kaum Kristen, maka Yahudi itu adalah satu golongan yang telah menganiaya dan menyalib Nabi 'Isa. Jadi pertentangan jiwa itu besar sekali, tapi setahun yang lalu Paus yang sekarang ini telah mengeluarkan satu ajaran nya, membebaskan kaum Yahudi dari dosa menyalib Yesus Kristus itu, jadi "Sudah clear" kata orang sekarang.


Bagaimana pula dengan orang Kristen yang lain? Dengan orang Kristen yang lain sudah ada perdamaian. Dengan orang Protestan di Inggris, orang Yahudi telah lama melakukan ibadahnya secara beramai-ramai dalam satu Gereja. Sudah ada pendekatan yang akrab. Tersiar di koran-koran di Timur Tengah itu, banyak plakat-plakat yang bagus-bagus, dimana Gereja Protestan itu bersama-sama dengan kaum Zionis Yahudi mengajak jemaat kedua-duanya untuk mengadakan shalat bersama-sama pada suatu tempat atau Gereja di hari Minggu. Ini semuanya sudah merupakan satu cara penyusunan tenaga dengan cara tertib dalam satu shaf. Sebelah kiri Yahudi, dari yang materialisme Komunis sampai kepada yang beragama, dan sebelah kanan dari Katholik dan Protestan. Ini bukan karangan, ini bukan analisa dibikin-bikin, ini hanya satu konklusi dari fakta-fakta yang nyata.


Kalau sudah begitu, apalagi yang musti dihadapi oleh mereka yang sudah bersama-sama itu? Yang tinggal yaitu orang Islam saja. Yang sedang mereka hadapi itu, ialah Islam dan orang Islam.


***

 

BAB IV

PALESTINA MASALAH KITA


Palestina adalah soal Islam darn soal ummatnya


Jadi, apa yang terjadi di Palestina atau di daerah Timur-Tengah itu pada 5 Juni yang lalu itu, bukan satu kejadian yang explosif, yang hanya mengenai itu saja. Itu hanya satu gejala daripada satu perkembangan, satu bentrokan duniawi yang alami, yang internasional. Kalau ditilik dari sudut politik saja, yaitu hanya satu gejala saja; kalau kita tidak awas kita anggap ini suatu kejadian regional atau lokal, dan kita masa bodoh, - baik sebagai politikus atau sebagai seorang Islam atau seorang yang sama-sama beriman -. Maka jangan terkejut, jikalau nanti ditengah-tengah Afrika, umpamanya di Uganda atau di Tanzania, atau di Kenya nanti akan meletus sebagaimana yang terjadi disana itu, dan tidak mustahil. Jikalau kita menganggap soal itu soal lokal, lalu kita tidur Kembali, jangan terkejut kalau di Asia Tenggara ini muncul pula satu markas Zionis yang dekat sekali dengan kita disini.


Maka Zionisme, Komunisme, ketiga-tiganya itu merupakan aqidah-aqidah yang beraksi dengan rencana dan international. Kalau kita ummat Islam hendak membentengi diri dari semua itu, yang menghadapkan matanya kepada ummat Islam sekarang ini, maka ketahuilah, bahwa kita hanya bisa menghadapi itu dengan aqidah Islamiyah. Tetapi bukan aqidah Islamiyah yang dibawah bibir, yang kosong daripada 'amal. Akan tetapi aqidah yang beramal, yang inter-Islamic sekurang-kurangnya, kalau tidak Internasional.


Maka oleh karena itulah kita harus melihat, bahwa soal Palestina itu bukanlah soal lokal, bukanlah soal orang Arab, bukanlah semata-mata soal territorial, tapi adalah soal Islam dan ummat Islam seluruhnya.


Undangan


Dalam rangka inilah saya pergi di penghabisan bulan Juli permulaan bulan Agustus, melawat ke daerah tersebut, yaitu daerah yang paling terdekat dengan kejadian itu. Saya pergi kesana tidak atas nama salah satu golongan Pemerintah atau salah satu Vested Interest atau apa-apa. Saya pergi kesana, di undang oleh kawan, yaitu kawan-kawan yang tadinya pernah saya kenal di tahun 1952, 1956, sama-sama bekerja pada waktu itu dalam Mu'tamar 'Alam Islamy. Mu'tamar Islam 'AAM namanya di Damaskus. Kami itu sudah pernah membahas masalah ini berulang-ulang dalam Mu'tamar di Damaskus tahun 1956. Di akhir tahun 1959 ada juga satu Mu'tamar di Baitul Maqdis sendiri, waktu itu saya bisa mengirimkan satu pidato dengan perantaraan radio kesana untuk membahas soal Palestina itu. Itu mereka ingat. Yang mengundang saya itu ialah beberapa teman saja, tidak merupakan satu Kongres. Teman-teman itu masuk dalam satu front, Islamic front, Jama'atul Islamiyah namanya. Ketua dari Jama'atul Islamiyah itu adalah salah satu kawan-kawan yang sudah sama-sama menghadapi soal Palestina ini. Oleh karena itu andaikata pun tidak ada undangan itu, rasa-rasanya jikalaulah ada kekuatan, ada kesempatan, rasanya saya juga akan ingin sekali ke sana. Tetapi kebetulan ibarat kata orang pucuk dicita ulam tiba. Jadi undangan datang berbarengan dengan keinginan hendak pergi kesana.


Kami berkumpul disana beberapa orang, ada yang dari Pakistan, ada yang dari Iraq, ada yang dari Suriah, dari Tunisia dan kami sendiri. Yah, sebagai orang sama-sama baru kena mushibah, apa yang mau dibilang selain daripada: "Kita pelajarilah apa sebenarnya yang telah terjadi. Hendak bagaimana kita ini nanti?"


Daerah itu seperti yang saya lihat


Kami berkeliling melihat-lihat keadaan pengungsi-pengungsi yang ada disana. Pengungsi itu bertebaran 170.000 jumlahnya. Ada yang kehilangan rumah tangga, yang tua, yang muda, yang kaya, dan yang miskin. Setelah menyeberang sungai Yordan, mereka itu bertebaran dalam tenda-tenda, di perkampungan tenda-tenda yang ada disana.


Saya bersama-sama teman itu melihat bagaimana keadaan mereka ini di dalam tenda-tenda. Ada tenda-tenda yang bagus pakai kero, pakai pipa, yang pakai dinding-dinding ibarat rumah, ada tenda yang pakai merk Iran, artinya tenda ini hadiah dari orang Iran, ada Pakistan, Turki, India, dari ummat Islam di India. 


Saya tidak pernah melihat tenda yang bermerk Indonesia. Agak sedih juga hati kita melihat yang demikian itu. Mencolok sekali tidak adanya merk kita di tengah-tengah merk-merk orang lain itu. Jadi sebagai orang Indonesia, saya tidak bisa mengangkat muka kepada kawan-kawan disana itu. Sampai sekarang belum ada satu butir pil Bandung pun yang dikirim kesana. Tetapi di surat kabar seringkali disebut kita akan mengirim ini, akan mengirim dokter, akan mengirim obat-obat, akan mengirim selimut.


Tetapi sampai sekarang sebutir pil Bandung pun bikinan kita itu - tidak ada sampai kesana. Itu agak sedih. Walaupun mereka tidak tanyakan terang-terangan kepada saya, akan tetapi kalau saya melihat di tengah perkemahan itu, rasa-rasanya mata mereka bertanya kepada saya. Mereka itu melihat saya yang pura-pura tidak melihat. Cuma saya berharap-harap mudah-mudahan di negeri kita ini, Panitia Penolong Pembantu Korban Agresi Israel, yang sudah didirikan semenjak beberapa bulan itu, mudah-mudahan hendaknya dapatlah menunjukkan sekedar untuk simbolik, bahwa masih ada Ummat Islam disini yang ingin mengulurkan tangannya kepada Saudara-saudaranya yang menderita disana.


Kita doakan saja dan kita harap supaya Saudara-saudara pun turut pula hendaknya menyumbang ala kadarnya, entah berupa uang, entahkah berupa apa saja.


Mereka tinggal di tempat yang berbatu-batu, tanah, padang pasir, di musim panas bukan main panasnya, musim dingin, bukan main dinginnya, Sekarang musim dingin sudah mulai datang, bulan Nopember, Desember, Januari dan Pebruari itu musim dingin. Yang penting bagi mereka, bagaimana mereka dapat memanaskan tenda, kemah, tidak bisa dengan listrik, tidak bisa dengan apa-apa 170.000 orang itu kalau tidak ditolong dari luar tidak akan terlayani oleh satu Negara Yordan yang begitu kecil dan keuangannya tidak cukup. Kalau tidak ada bantuan, akan bergelimpangan mereka itu mati kedinginan. Bukan Indonesia saja yang mereka harapkan membantu, Negara yang lain-lain juga membantu. Tetapi hendaknya Ummat Islam ini janganlah absen dengan cara yang mencolok.


Alhamdulillah, mereka itu tidak memperlihatkan kekecewaannya kepada kita Ummat Islam. Saya dapat mengatakan bahwa orang Yordan itu masih ingat kepada kita, jasa-jasanya Saudara Almarhum Abdullah Aidid, bekas Duta Republik Indonesia yang sudah meninggal disana dan dimakamkan di Baitul Maqdis. Mereka masih ingat kepada Saudara Abdullah Aidid dan hubungan bathin dengan Indonesia itu boleh dikatakan salah satu sumbangan daripada Saudara Almarhum Abdullah Aidid itu disana. Di Waktu saya sampai di Amman, mereka selalu mengatakan, memuji-muji akhlak budi-pekerti dari Saudara Almarhum Abdullah Aidid itu. Jadi rupanya itulah yang menjadi modal hubungan baik antara mereka dengan kita sebagai Ummat Islam, sehingga hubungan itu belumlah rusak.


Di waktu kami bersama-sama dengan kawan-kawan dari Pakistan dan lain-lain datang kesana, agak terobat juga hati mereka sedikit. Ibarat orang yang baru kematian, atau orang yang salah satu anggota keluarganya sakit parah lalu didatangi, walaupun tidak membawa obat, maka datangnya itu sudah merupakan salah satu dari pada bentuk obat hati. Alhamdulillah, itulah salah satu daripada ma'na nya kedatangan kami ke tempat itu untuk berziarah, untuk ta'ziyah, untuk menunjukkan perhatian tentang kejadian yang demikian.


Muktamar Alam Islamy


Perjalanan kami selanjutnya ialah didorong oleh keinginan untuk mengadakan pertukaran fikiran, bertukar fakta dengan fakta, dengan para pemimpin dari negara yang sekitarnya itu. Baik di kalangan Pemerintah atau di kalangan rakyatnya. Tujuh Negara kami datangi, berbicara bertukar-fikiran dengan Presiden-presiden, atau kalau Negaranya itu Kerajaan, dengan Raja, dengan Perdana Menteri, dengan Menteri Luar Negeri, mereka membahas soal Zionis dan agresi Israel ini.


Selain daripada itu dengan Pemimpin-pemimpin rakyatnya pun demikian, sehingga masing-masing bisa menyumbangkan fikirannya sebagai anggota-anggota dari satu ummat, Ummat Muhammad s.a.w.


Pada pertengahan bulan September yang lalu, secara mendadak diadakan satu Mu'tamar Alam Islamy khusus untuk itu saja. Tidak banyak persiapan waktu, kongres ini boleh dikatakan kongres darurat, tetapi dikunjungi oleh lebih banyak anggota dari zaman-zaman yang tidak darurat. Ada kira-kira tujuh puluh anggota yang datang dari 21 Negara, sampai Negara-negara yang baru dalam perjuangan kemerdekaan seperti Eriteria, umpamanya, juga turut hadir. Dari Afrika Selatan, dari Turki, dari Iran, dari Indonesia sebelah Timur, dari Maroko sebelah Barat, semuanya hadir. Lima hari lamanya kongres itu.


Beberapa Keputusan


Kongres itu meletakkan dasar-dasar perjuangan Ummat Islam di masa depan, khususnya dalam menghadapi Israel dan Zionisme ini. Dan pada umumnya didalam cara-cara menyesuaikan langkah sekurang-kurangnya antara Ummat Islam yang bertebaran di seluruh dunia ini. Diantara keputusan dalam Kongres Islam Mu'tamar Alam Islamy di Amman itu ialah:


Pertama: Disepakati dan disetujui bahwa persoalan ummat Islam, bukan persoalan lokal. Jadi tidak bisa dihadapi hanya secara lokal, akan tetapi harus dihadapi secara bersama-sama. "Kal jasadil wahid", baik di dalam dunia Arab ataupun di luar dunia Arab, dimanapun orang Islam itu berada.


Kedua: Menyerukan kepada semua Pemerintah-pemerintah Islam atau pemerintah dimana orang Islam merupakan mayoritas, supaya bersama-sama mempersatukan dalam satu Mu'tamar Puncak daripada Pemerintah-pemerintah itu, untuk sama-sama menghadapi segala persoalan-pesoalan dan untuk bersama-sama pula merintis jalan ke depan dalam hal-hal yang dapat dipersamakan satu sama lain. 


Ketiga: Supaya jangan kita terlampau banyak menoleh ke kiri atau ke kanan artinya ke blok-kiri atau blok-kanan; supaya negara-negara Islam mulai pulalah melihat dalam diri sendiri dalam mencari kekuatan-kekuatan lahir dan kekuatan bathin, baik berupa sumber-sumber alam dan sumber-sumber tenaga manusia. Memang kita sangat ketinggalan, akan tetapi toh satu kali ditujukan perhatian kepada kekuatan diri sendiri.


Keempat: Menyerukan kepada seluruh Ummat Islam selain dari Pemerintah-pemerintah supaya bersama-sama menyadari diri kita berada di tengah-tengah lawan-lawan yang sekarang Menyusun tenaganya baik berupa agama ataupun yang tidak berupa agama - supaya menghentikan segala percekcokan antara kita masing-masing -, supaya sama-sama kita menghadapi persoalan ini berdasarkan ukhuwwah Islamiyah yang erat.


Penutup 


Pada waktu ini sudah sedikit suasana putus asa tadi di Timur Tengah. Mereka merasa bahwa mereka itu mereka tidak terpencil; bahwa di luar kalangan orang Arab itu mempunyai teman-teman seperjuangan. Dalam saat-saat yang pertama mereka menerima pukulan, itulah yang menimbulkan kembali harapan baru. Maka itu pulalah salah satu yang menyebabkan sadarnya kembali Pemerintah-pemerintah dari Negara-negara yang berdekatan dengan Israel. Seperti Negara Mesir dengan negara Saudi Arabia, yang sebelum terjadi peperangan agresi Israel, sedang pecah belah, telah berkumpul di Khartoum pada permulaan September yang lalu, sehingga mereka itu mencari penjelasan tentang persengketaan yang terjadi di Yaman. Persengketaan itu sudah mulai diselesaikan. Memang belum selesai tetapi kedua belah pihak sudah bersedia untuk menganggap soal Yaman itu harus diselesaikan oleh Yaman sendiri, tanpa campur tangan orang luar, yaitu dari Mesir ataupun Saudi Arabia.


Gejala-gejala yang baru ini menimbulkan haraрan, ialah bahwa perpecahan-perpecahan yang menyebabkan kelemahan, tadinya, lambat laun akan menjelma menuju persatuan langkah. Konferensi Puncak dari Negara-negara Arab di Khartoum itu telah menentukan garis-garis yang konkrit dalam menghadapi berbagai persoalan. Mereka mengadakan satu garis strategi di dalam melakukan politik luar negerinya, dan sudah tolong menolong antara satu sama lain. Negara-negara yang tadinya sudah mendapat kerugian yang besar, yaitu Mesir, Yordania, Suriah, umpamanya digotong-royongkan membantunya oleh Negara-negara lain, yaitu Saudi Arabia, Libya dan Kuwait, sehingga negara-negara yang sudah luka parah itu tidak lagi melihat kepada Russia atau Amerika untuk minta bantuan. Akan tetapi sudah keluar dari kantong keluarganya sendiri. Boleh dikatakan fonds untuk membantu mereka itu tidak kurang dari seratus tiga puluh lima juta pound sterling satu tahun. Cuma tiga negara yang menanggungnya: Libya, Saudi Arabia dan Kuwait, untuk keperluan Mesir, Yordan dan Suriah. 


Ditumbuhkannya ukhuwwah Islamiyah, untuk menghilangkan percekcokan yang lama, untuk mengobat luka-luka parah antara satu sama lain. Terasalah keperluannya bantu-membantu dengan melupakan yang satu sama lain kepada kesalahan-kesalahan yang lama itu.


Itulah salah satu daripada keputusan Konferensi Puncak di Khartoum itu. Dan mudah-mudahan kalau kita perhatikan suara-suara yang terdengar di kalangan ummat Islam disana baik para pemimpin yang ada di pemerintahan, atau para Pemimpinnya yang tidak di Pemerintahan, ada satu lagi tema yang terdengar dari suara-suaranya itu ialah:

"Kita kalah, lantaran kita lupa kepada Allah. Oleh karena itu kita harus mencapai kemenangan dengan kembali kepada Allah SWT".


Ini adalah kesadaran baru yang merupakan harapan baru. Mereka mengulangi ayat-ayat Al Qur'an:


وَلا تَكونوا كَالَّذينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنساهُم أَنفُسَهُم ۚ أُولٰئِكَ هُمُ الفاسِقونَ


"Janganlah kamu seperti orang yang lupa kepada Allah. maka Allah melupakan diri mereka sendiri". (Al Hasyr : 19)


Itu keluar dari mereka sendiri, bukan dari kita. Artinya dari kami yang datang. Dan itu menunjukkan bahwa pukulan yang hebat itu merupakan satu peringatan yang besar, dan mudah-mudahan dengan demikian akan timbullah satu revival kehidupan baru daripada keyakinan kepada agama kembali, dan kesadaran akan kesalahan-kesalahan yang sudah itu dengan instrospeksi yang berani untuk mengoreksi yang demikian itu. 


Ini terdengar semuanya di kalangan pemimpin-pemimpin dan ahli-ahli fikir mereka dan mudah-mudahan inilah pula hikmah daripada pukulan hebat yang dirasakan tadi itu. Dan kita berharap, kita di Indonesia ini, ummat Islam di Indonesia hendaknya pula menganggap bahwa ini adalah satu peringatan yang kita harus turut ingat. Kalau tidak, Allah akan memberikan peringatan seperti itu pula ditengah-tengah kita sendiri nanti.


Mudah-mudahan janganlah demikian.

***


BAB V

HAKEKAT MASALAH PALESTINA


Muktamar


Akan saya coba menguraikan selayang pandang "situasi dan masalah" yang kita hadapi. Pada umumnya juga menjadi pokok-pokok persoalan ummat Islam, sehingga menjadi pembicaraan dalam "muktamar" yang saya ikut serta didalamnya.


Terlebih dahulu akan saya terangkan tentang adanya satu "muktamar", yaitu Badan Internasional yang bernama: "RABITHAH ALAM ISLAMY" berkedudukan di Mekkah, beranggotakan kira-kira 70 orang dari seluruh dunia. Masa ber"muktamar"nya (berapat) badan itu tiap-tiap setahun sekali, yang jatuh di bulan Rajab. Kemudan ada sebuah lagi dengan nama "MUKTAMAR ALAM ISLAMY" yang lebih tua dari semua Muktamar-muktamar, dan didirikan sejak tahun 1932. MUKTAMAR ALAM ISLAMY ini diketuai oleh bekas Mufti Palestina dan seorang pejuang: Syaikh Amin Muhammad Amin Al Husaini yang telah berumur 80 tahun. Namun beliau berjuang bukan saja untuk Palestina, tetapi juga untuk persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kepentingan Ummat Islam seluruhnya. Adapun saya sendiri menjadi anggota dari kedua Muktamar itu.


Sebagai anggota saya katakan, bahwa sidang-sidang dari muktamar itu biasanya diadakan dalam bulan Rajab, akan tetapi untuk tahun ini dilangsungkan dalam bulan Sya'ban yang baru lalu, dan untuk itulah kepergian saya kesana.


Selain daripada itu, ada pula Organisasi Islam Asia Afrika yang berpusat di Jakarta, sebagai salah satu organisasi Islam sedunia, yang diketuai oleh Pak Syaikhu. OIAA didirikan di zaman rezim Sukarno dahulu, dan sekarang masih terus ada.


Sesudah selesainya sidang-sidang RABITНАН ALAM ISLAMY, maka diadakan pula sidang-sidang gabungan antara muktamar-muktamar itu. Semuanya ada lima sidang, dan sesungguhnya hanya empat kali yang benar-benar sidang gabungan. Di Mesir tidak ada muktamar seperti itu, Akan tetapi diadakan satu bagian dari Pemerintah Mesir, kantor yang mengurus soal-soal yang menyangkut dengan masalah Islamiyah. Jadi mereka dianggap juga ikut memperhatikan ummat Islam umumnya. Berhubung dengan itu, Mesir diwakili oleh Dr. Uwaidah (seorang Kolonel) yang ditunjuk oleh Presiden Gamal Abdel Nasser untuk mengepalai badan (organisasi) itu.


Itulah para muktamar, dan badan-badan yang mengadakan pertemuan melangsungkan konferensi di Mekkah, selama beberapa minggu yang lalu itu.


Masalah Palestina yang sederhana


Adapun acara pokok yang dibicarakan adalah/menyangkut dengan masalah-masalah yang meliputi persoalan Palestina. Akan tetapi berbeda dengan zaman-zaman yang lalu, soal Palestina itu tidak lagi menjadi pembicaraan yang berpanjang-panjang atau berlarut-larut. Sebab soal Palestina sesudah dilihat dari segala macam sudut, - dari depan, dari belakang, dari kiri kanan, dari atas dan bawah -, semuanya sudah diteliti dengan seksama. Semuanya sudah dikupas dan dibahas, sehingga tidak ada lagi yang akan dibicarakan.


Sekarang, soalnya sangat sederhana sekali. Ada satu bangsa yang diusir oleh bangsa lain. Bukankah itu sangat sederhana? Mereka diusir dari rumah tangganya sendiri, kemudian dijajah. Sesudah dijajah, rumahnya diduduki, atau rumahnya dibongkar. Soalnya sama saja seperti sewaktu kita tinggal di rumah kita sendiri, pada suatu tengah malam datang orang dengan bedil ditangannya, lalu kita diusirnya.... dan menduduki rumah kita itu. Jadi, sangat simple. Tidak usah memakai analisa-analisa yang panjang-panjang, menyangkut-pautkan dengan "hak asasi" segala. Tidak perlu.........! Negara ini diduduki oleh manusia-manusia yang sama manusianya, sesama cucu Adam. Ia tinggal disana dan menempatinya. Lantas ada orang yang mau duduk disitu, dengan mengusir orang yang ada, si empunya rumah. Memang demikianlah caranya. Cara-cara mengusir dan menindas itu telah tinggi mutunya berkat pengalaman-pengalaman seperti yang dipraktekkan oleh Kempetai, sudah hafal oleh mereka. Ada pengalaman yang diberikan oleh Nazi Jerman, yaitu bagaimana menyiksa, bagaimana merampok, dan lain-lain, bagaimana menipu, semuanya yang sudah mereka pelajari dan ketahui. Tanpa demikian mereka tidak akan dapat memanfaatkan ilmu-ilmu bagaimana merampok, bagaimana mengusir orang, bagaimana membela diri di masyarakat ramai, seperti yang telah mereka pelajari dari pengalaman. Bahkan mereka mempunyai cara-cara dan teknis yang lebih halus dalam berbuat seperti itu. Yah, soalnya tetap tidaklah begitu sulit.


Unsur Agama


Selain daripada itu, disitu ada "unsur agama". Apakah unsur agama itu? Dari manakah "mabda'-nya" (titik tolaknya) yang merupakan dorongan dalam Tindakan itu? Sebermula titik toloknya adalah ajaran dari agama Yahudi itu sendiri. Mereka yakin benar bahwa Negara itu kepunyaan mereka. Merekalah yang punya daerah itu, dan mereka harus kembali kesana. Mereka akan mengadakan suatu "Kuil Haikal" di Palestina akan ganti Masjidil Aqsha. Mereka menganggap "Masjidil Aqsha" sebagai duri dalam daging bagi mereka. Karena itu mereka ingin menghancurkannya. Ini dari mabda'nya (awalnya), bukan buatan sekarang saja. Sewaktu mendirikan ZIONISME, inilah yang menjadi batu semangat pendorong bagi kaum Yahudi. Pendiri dan pemimpin gerakan itu pada akhir abad ke-XVII pada (1897) Theodore Herzl telah menggariskan demikian pada KONGRES ZIONIS sedunia di kota Base!. Waktu itu dia mengatakan: "Kita harus kembali kesana dan apa yang dinamakan Masjidil Aqsha itu harus diganti dengan mendirikan "Haikal".


Sekarang mereka telah melaksanakannya satu demi satu dalam masa 60-70 tahun. Selangkah demi selangkah. Jadi soalnya bukanlah semata-mata ingin memiliki sepotong tanah, karena tanah lain masih banyak, bahkan lebih luas dan subur dari daerah itu, seperti di benua Afrika umumnya. Akan tetapi ini adalah "unsur agama". Bukanlah soal ini semata-mata soal sekuler, dan soal agamis.


Yang kedua adalah untuk menghancurkan Ummat Islam. Dan yang kedua ini bukan datangnya dari orang Yahudi saja. Malahan juga dari orang-orang yang hendak memakai Yahudi untuk menikam Islam dari pusatnya sendiri.


Walaupun bagaimana, Islam itu lahirnya jelas di Saudi Arabia, Tuhan telah memilih daerah Saudi Arabia sebagai tempat lahrinya agama kita, tidak di Indonesia misalnya. Jika Tuhan tadinya memilih tentu mungkin saja. Akan tetapi itu sudah terjadi demikian atas kehendak Nya juga. Baik, dan itu telah kita terima. Daerah itulah yang menjadi hak ramai, dan tanah airnya ummat Islam dalam arti rohaniyah.


Soal inilah yang akan digoncang terus menerus oleh mereka. Selalu ampernya masalah ini menjadi bergerak, tidak pernah tenang.


Amerika Serikat


Lebih-lebih negara besar sekarang ini berusaha mati-matian, seperti Amerika Serikat yang memperjuangkan hak demokrasi, hak asasi manusia, yang sudah mengirimkan bantuan bertahun-tahun ke Vietnam Selatan untuk membela demokrasi, membela hak asasi dan segala macam. Coba bayangkan bagaimana Amerika menghabiskan satu juta dollar setiap hari, demi membela demokrasi. Banyak sudah anak-anak mereka yang mati disana, melebihi dari di Korea Selatan dahulu. Di waktu membicarakan masalah Israel ini, dia tidak pernah menyebut istilah-istilah seperti hak asasi manusia. Jadi berlainan sekali antara apa yang diomongkan dan apa yang dimaksud dengan omongannya. Tidak dapatlah diharapkan Amerika akan membela orang-orang yang tertindas di Palestina itu. Tidak mungkin. Sebab sejarah lahirnya Israel itu adalah dengan bantuan dan inisiatif dari negara-negara besar itu sendiri di dalam Perserikatan Bangsa-bangsa. Mana mungkin dia akan menghapuskan anaknya. Yah tidak bisa dan tidak akan mungkin.


Rusia


Rusia juga begitu. Bukankah Rusia memberikan senjata kepada Mesir? Namun demikian dia tidak akan rela apabila Israel dihilangkan. Tidak bisa......! Dia mengakui Israel. Paling banyak dia mengatakan: "Kembali ke garis kedudukan tanggal 5 Juni". Demikian paling banyak yang dapat dikatakannya. Akan menghapuskan Israel yang sudah dilakukan dengan cara yang tidak halal, hanya dilegalisir sepihak oleh PBB, dan dengan memungkiri segala janji dalam perang dunia ke-II, nyata tidak mungkin.


Jadi dalam strateginya semua negara-negara besar itu, terhadap Israel tetap sama. Perlainannya hanyalah dalam taktiknya saja.


Keuntungan yang diperdapat oleh Moskow dan kawan-kawannya tetap ada. Dengan permainan semacam itu dia pura-pura menolong "pihak Arab", katanya. Mereka mengatakan: "Pihak Arab", dan tidak pernah menyebut-nyebut Islamnya. Seolah-olah dengan memberikan senjata pada pihak Arab demi memperkuat "sosialisme". Tentu menjadi pertanyaan bagi kita, "apakah Amerika membiarkan begitu, bukankah mereka tidak sesuai dengan sosialisme?". Memang pada lahirnya demikian. Akan tetapi bagi Amerika, Sosialisme adalah lebih baik dari pada Islam. Dia akan menerima sosialisme sekuler seperti ini. Sosialisme ini pun tangannya sebenarnya sangat lemah, dan harus menadahkan kepada para Penggede itu.


Kita lihat umpamanya Somali masuk Amerika sana. Sebab sekurang-kurangnya Somali tidak menjadi pusat baru dari perkembangan kekuatan Islam. Di Sudan terjadi "cup", sekarang menganut politik yang sama dengan Mesir, seperti yang dikatakan oleh Gamal Abdel Nasser, "Sosialisme Arab, atau isytirakiyah Qoumiyah". Amerika senang akan hal ini, malah bersedia membantu kalau Nasser mau menerima, dan toh bantuan itu tidak akan efektif juga. Mungkin pula merugikan..., sebab Amerika tidak ada sosialis sama sekali. Kepentingan Amerika tidak ada sama sekali.


Benar, pernah terjadi kantor USIS di Mesir dibakar orang. Bagi orang Amerika sebuah kantor USIS itu tidak ada artinya. Yang paling ditakuti sesungguhnya oleh mereka, baik Barat atau Timur, Kapitalis maupun Sosialis/Komunis, adalah berkembang nya Islam.


***


BAB VI

NEGARA-NEGARA DI SEKITAR PALESTINA


Mesir


Mesir menerima bantuan dari Rusia berupa senjata. Akan tetapi senjata itu cukup untuk bertahan saja, dan tidak dapat untuk menyerang atau membalas. Ada tenaga opsir Rusia yang diperbantukan sampai kepada peleton sebagai instruktur. Apabila si opsir Rusia ini memerintahkan supaya menyerbu, sudah tentu si Kepala Peleton akan menjalankannya. Dan apabila dia tidak menjalankan sebenarnya juga tidak jadi apa. Jadi kran sesungguhnya di tangan orang komunis. Akan tetapi dalam politis mereka itu karena dengan demikian ada teman. Kawan yang memberikan senjata di waktu kita tidak mempunyainya. Cukup untuk mempertahankan diri. Itu juga sudah syukur, walaupun tidak cukup untuk menghancurkan Israel. Sudah diberi sekedar untuk menjaga diri. Dan taktis pun tidak lepas sama dari sekali dari pengawasan orang yang memberi senjata itu. Yang terang sekali bagaimana persamaan nya strategi antara dua, yakni Komunis (Rusia) dengan Amerika ini di Waktu akan perang 5 Juni itu. Keduanya meminta kepada Nasser jangan menyerbu lebih dahulu kalau mau perang juga. Nanti bisa sulit bagi dunia internasional menjelesaikannya. Jangan, jangan menyerbu lebih dahulu...... !! Gamal Abdul Nasser menerima dengan husnuzzhan, dengan baik sangka dan dia terima permintaan itu. Sesuai dengan permintaan tersebut Gamal Abdul Nasser tidak mau menyerbu lebih dahulu, dan kesempatan ini telah dipergunakan dengan baik oleh pihak lawan. Mereka menyerang lebih dahulu. Dalam waktu 2 jam saja 400 pesawat terbang Mesir binasa. Pukul 10.00 pagi semuanya sudah selesai. Daerah itu ialah daerah padang pasir yang terbuka. Oleh sebab itu pertempuran dengan pesawat terbang tidak mungkin. Gerakan tentara Israel pada pagi itu tidak ada yang melindunginya.


Sebagaimana yang diberitakan oleh surat-surat kabar di seluruh dunia bahwa Amerika dan Rusia meminta dengan sangat sebagai teman kepada Gamal Abdul Nasser supaya jangan sekali-kali menyerang lebih dahulu. Sebaliknya kepada anak angkatnya (Israel) mereka mengatakan: "Ayoh...... !!" Namun si anak sudah mengerti, walaupun tidak sampai dikatakan demikian. Lantas dia memulai, menyerang dan memukul dalam kesempatan yang pertama yang menentukan sekali.


Permainan itu berlaku di Timur Tengah, sudah lebih kurang 6 bulan yang lalu. Untuk tepatnya 6 bulan berselang.


Coup de etat di Sudan


Sudan dilanda coup diktator militer yang la-diniyah (sekuler). Kemudian menyusul Libya, juga terjadi coup sekuler. Sudah itu Somali telah menjadi sekuler pula. Bukanlah mereka menjadi Kristen atau menjadi Komunis. Tetapi menetralisir aqidah Islam itu dalam tangga pertama. Urat nadi aqidah Islamiyah dilonggarkan sekerupnya, supaya gampang dibawa kemana-mana. Padahal Sudan menjadi harapan dari Ummat Islam di Afrika, untuk menjadi markas bagi Gerakan Islamiyah. Mereka sedang mengatur konstitusi yang akan diperjuangkan berdasarkan Islam, dengan tidak menyebut Rukun Islam menjadi Hukum. Itulah yang sedang mereka perjuangkan. Sudan didapat pula dalil rash-nya. Dua minggu sesudah itu terjadilah "coup". Sesudah hampir-hampir tercapai cita-cita ummat Islam dengan jalan demokrasi dalam majelis konstituante untuk menetapkan Undang-undang Dasar atas Hukum Islam, maka tiba-tiba pihak penguasa mengambil jalan memotong. Demikianlah caranya mereka menemui kegagalannya.


Bagaimana Lebanon?


Apabila saudara-saudara melihat peta dalam tahun ini untuk memperhatikan letaknya "Haramain", - Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha -, yang merupakan tempat-tempat yang tak ternilai mulianya dalam agama kita -, (mudah-mudahan Allah tetap memeliharanya), akan jelaslah bahwa daerah-daerah itu dikelilingi oleh orang-orang yang tidak ridha Islam tumbuh.


Soal Palestina hanya sebagian dari persoalan itu. Yang sangat dirasakan aktifnya adalah kezhaliman yang sangat mencolok mata. Kita lihat di bagian Utara, Libanon, yang orang Islamnya hanya 44% saja, sedang orang Kristen Lebanon tidak lagi merasa sebagai orang Arab, tadinya masih merasa ada ikatan antara mereka yang Islam dan Kristen. Dasar pengikat itu adalah sesama Arab. Sekarang orang Kristen Lebanon yang diketuai oleh Presiden Helou tidak lagı merasa sebagai orang Arab. Jika mereka mengatakan "Al Arab" maka yang dimaksud bukanlah diri mereka sendiri. Keadaan itu adalah karena racun "la diniyah" dan kolonialisme seperti halnya di negeri kita dahulu. Di Indonesia dahulu disebar-luaskan oleh Snouck Hurgronje yang assosiasi politiknya hendak melonggarkan semangat beragama kita. Di Lebanon pun demikian halnya, dan telah berhasil dengan sangat baik. Walhasil orang-orang Kristen Lebanon memandang soal Palestina sebagai "bukan soal mereka". "Kita mau aman" kata mereka, lalu mempergunakan ungkapan: "Kedaulatan Lebanon tidak boleh diganggu.....!!" Dan jadilah Lebanon dalam keadaan kacau balau.


Di selatan dari Lebanon adalah Israel sampai ke daerah Sinai. Diseberangnya, di sebelah Barat, ada Mesir yang sosialistis. Kemudian Ethiopia diselatannya lagi. Dalam kerajaan ini Kristen dan Zionisme bekerja sama sangat erat. Orang Islamlah yang selalu menjadi sasaran penindasan di daerah Eriteria.


Zionisme Israel memberi bantuan yang bukan main banyaknya kepada negara ini. Orang Yahudi mendatangkan tenaga sebagai pelatih dan expert kesini, seperti halnya dengan Singapura. Sebagai imbalannya diadakan kerjasama perdagangan, pengembangan modal dan ekonomi dengan jalan joint enterprise dalam usaha eksploitasi mineral yang ada di daerah itu. Ada modal Yahudi sendiri yang ikut aktif berusaha sehingga dalam tahun-tahun belakançgan ini investasi semakin berlipat ganda. Akan tetapi Ummat Islam Eriteria masih terus melaksanakan jihad dan mengadakan perlawanan.


Semula kita menyangka bahwa daerah yang melengkung itu akan dapat membentengi Sudan yang telah sosialistis.


Yaman dan Negara-negara Teluk Persia


Yaman Selatan juga telah lebih kiri dan lebih sosialis dari negara tetangganya. Di sebelah atas adalah Suriah. Walaupun namanya Sudan sosialis, tapi sebenarnya tidak ada sosialisme. Memang demikianlah kebanyakan Negara-negara yang menamakan dirinya Sosialis itu.


Teluk Persia meliputi beberapa negara kecil. Ada Kuwait, ada Bahrain, ada Abu Dhabi, ada Dubai, dan lain-lain yang kecil-kecil dengan penduduk 6000 orang saja. Akan tetapi mereka kaya raya. Penduduk yang 6000 itu sedang lagi berusaha mengadakan perikatan dalam bentuk federasi. Akan tetapi federasi ini tidak kunjung selesai. Ada saja kesulitan dan kekusutan, sehingga sukar dicapai ketenangan.


Keruntuhan Akhlak dan New Morality


Apa yang kita alami disini berupa keruntuhan akhlak, juga dengan sistimatis dilakukan di Timur Tengah. Pusatnya di kota Beirut, yakni negara post-transit.


Apabila saudara melihat surat kabarnya, rasanya tidak usahlah saudara datang ke kota Beirut. Satu halaman di surat kabar itu didapati kolom khusus untuk merangsang keruntuhan akhlak. Dengan cara-cara yang didasari modernisasi dan lain-lain istilah yang digunakan untuk itu. Surat kabar "Al Arabi" dalam bahasa Arab, kita sangka suatu majalah yang tinggi mutunya berisikan masalah-masalah kebudayaan, juga diselipkan didalamnya artikel-artikel yang menjadikan orang Islam jauh dari faham kekolotan dalam agama, atau orang ta'ashub (seperti yang dikatakan mereka). Orang-orang yang berpegang teguh kepada agama dikatakannya orang-orang yang fanatik dan amat tercela. Segala tekhnik pemberantasan kelahiran diuraikan dalam Al Arabi. Makin lama makin sekuler. Kalau saja bandingkan, dulu sewaktu saya datang dan saya baca surat kabar itu ditempat tukang cukur, maka saya dapati bahwa segi-segi ilmiahnya yang tinggi itu, kini telah merosot dan lebih diarahkan kepada sekulerisme dan amoral. New morality yang kita mulai kenal sudah kelihatan dimana-mana. Waktu saya datang di salah satu negeri itu dahulu belum pernah saya lihat Wanita memakai miniskirt, meskipun mereka tidak lagi memakai jurk yang agak dalam. Tetapi kini...... masya Allah!!, apalagi dikalangan anak sekolah. Ini rupanya suatu tendenz yang sama dimana-mana. Melonggarkan keimanan, melonggarkan aqidah, melonggarkan ketaatan kepada agama, dalam taraf pertama dijalankan demikian.


Pameran Pornograți


Di Denmark orang mengadakan pameran pornografi. Disiar luaskan kemana-mana bahwa disana ada pameran porno. Dari seluruh dunia orang datang, juga dari negara-negara Arab sendiri. Ditękankan pula dalam surat kabar itu bahwa dari negara-negara Islam pun banyak orang Arab berdatangan. Memang tidak ada perincian namanya. Hal itu juga menyinggung soal kepercayaan. Self confidence mulai hilang. Kepercayaan untuk berdiri sendiri mulai lenyap, maka hilanglah Kepribadian sendiri. Yah, kalau sang bapak telah pergi kesana apalagi. Semua itu dibiarkan saja.


Hal itu disebar luaskan dengan siaran demikian rupa. Entah benar atau tidak, tetapi mungkin ada juga benarnya. Apa sebab mereka siarkan demikian mencolok mata bahwa pornografi dan pameran itu sangat sukses?? Dari barat dan dari timur, dari Amerika datang kesana berduyun-duyun. Dalam waktu yang relatif singkat mereka dapat memasukkan 90 miliar US dollar. Jadi new morality drive rupanya sama dimana-mana, disini dan dilain tempat. Kita dapat mengatakan bahwa didunia ini kita tidak dapat "uzlah" memincilkan diri. Itu betul...... memang benar bahwa new morality ini semulanya di Amerika, lalu mengalir kesini. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda adanya satu usaha yang teratur rapi, mempunyai tehnik segala dibelakangnya. Semuanya adalah negatif, tidak ada yang mengarah pada yang positif......?


***

BAB VII

CUACA CERAH DAN HARAPAN


Perkembangan yang memberi harapan


Kalau saya perhatikan apa yang saya dengar sehari-hari diluar sidang-sidang Muktamar, sebenarnya ada perkembangan-perkembangan yang bersifat memberi harapan pada diri saya. Tadinya masalah kecil Palestina seolah-olah dianemerkan kepada Negara-negara besar Islam yang berada disekitarnya. Urusannya diselenggarakan oleh Liga Arab dengan 13 atau 14 Negara-negara Anggota. Ada komandonya sendiri, begitu juga di negara-negara Mesir, Yordan, Suriah, Irak dan lain-lain. Dengan adanya perebutan pengaruh dan kekuasaan antara Barat dan Timur didaerah ini, menjadikan masalah ini tidak terdapat kecocokan perhitungan. Jadinya selalu kalah di pihak negara-negara Islam itu.


Sekarang ada tenaga ketiga, atau dapat dikatakan juga tenaga kedua yang menghadapi masalah ini dengan cara sesederhana mungkin. Mereka adalah putera-putera dari tanah Palestina itu sendiri, yang ingin kembali ke rumah tangganya yang telah dirampas orang lain. Bukankah sangat sederhana jalan pikiran mereka: "Siapa yang melawan akan kami hadapi dengan perang menyabung nyawa kami, demi untuk mengusir/mengenyahkan perampok itu !!!


Fedayeen yang masih muda dan bersih


Mereka adalah "Fedayeen" Palestina, sebagai inti dari gerakan itu, dan amat menarik perhatian generası muda disekitarnya, walaupun tadinya mereka seolah-olah acuh tak acuh. Di musim panas mahasiswa yang berlibur selama satu atau dua bulan, banyak diantaranya yang tidak pulang ke rumah orang tuanya, tetapi mengikuti latihan bersama Fedayeen. Bila telah selesai, mereka pun kembali ke sekolah masing-masing. Walaupun mereka tidak ikut bersama Fedayeen menyerbu musuh, akan tetapi mereka dengan itu ingin menunjukkan bahwa perjuangan ini juga berlaku bagi mereka. Mereka didaftarkan sebagai cadangan yang siap sedia menunggu panggilan untuk dinas aktif. 


Dengan demikian tumbuh satu generasi dan munculnya tidak involved sama sekali. Generasi baru ini tidak terlibat dengan vested interest ini itu.... Tidak masuk politik yang tinggi-tinggian, baik Moskow maupun Washington. Tidak, sama sekali tidak.....!! Mereka masih bersih, belum ada campuran, maju serentak ke depan. Mereka hanya berikrar: "Melawan semata-mata untuk membela tanah air dengan dasar Islam ......"


Hal inipun hendak dikacaukan pula. Sebagaimana kita ketahui di daerah Lebanon baru-baru ini timbul bentrokan senjata antara tantara Lebanon dan Fedayeen. Akhirnya ternyata juga bahwa tidak satupun Negara Arab yang berani menghadapi mereka secarа frontal. Jumlahnya memang kecil, akan mudah di sapu dengan pesawat terbang umpamanya. Tetapi tidak ada satupun yang berani berbuat demikian.


Timbullah suatu semangat jihad yang benar-benar sudah muak dengan segala macam cara permainan yang tidak menentu sampai sekarang ini. Ini adalah modal yang tumbuh. Alhamdulillah, telah memperlihatkan efektivitasnya didalam menghadapi persoalan Palestina dan juga dalam masalah lain. Suatu test case telah terjadi baru-baru ini di Lebanon, dan nyata sekali bahwa orang tidak kuat menantang arus secara konfrontatif menghadapi pahlawan-pahlawan Fedayeen.


Perhatian terhadap mereka


Tidaklah semua Fedayeen itu orang Islam, walaupun memang kebanyakannya pemuda-pemuda Muslimin. Juga ada yang beragama Kristen, bahkan ada pula yang avonturir, seperti halnya di Indonesia dahulu ketika menghadapi Belanda. Waktu perjuangan, kita tidak semuanya manusia biasa, bahkan ada juga yang serupa malaikat, dan campur dengan orang-orang avonturir. Namun sebagai mab'da atau inti-nya, adalah mereka yang benar-benar sehati dan secita-cita. Inilah yang merupakan harapan baru bagi dunia Islam. Mereka mendapat sokongan moril dan materil dari seluruh dunia Islam, juga dari orang Kristen sendiri. Orang-orang yang tadinya berpolitik; Politisi Kristen, lambat laun menjadi sadar akan kezhaliman ini. Dahulu pun sebenarnya mereka sudah mulai sadar akan hal ini, tetapi tidak tahu kemana menyalurkan bantuan. Kalau pun ada tempat memberikan bantuan, itupun dirasakan sebagai orang-orang yang zhalim pula. Sekarang sudah ada wadahnya, tempat mencurahkannya yang lebih bersih dan mengandung harapan yang lebih baik.


Di Inggris umpamanya anggota parlemen-nya kini sudah tergerak hatinya hendak menulis terang-terangan di surat kabar "Time". Bekas menteri luar Negeri Inggris sengaja pergi ke Palestina dan waktu Kembali ke London ditulisnya beberapa artikel mengenai bagaimana kezhaliman-kezhaliman orang Yahudi seperti yang telah diperhatikannya dengan mata kepala sendiri di Palestina.


Jadi kini ada tenaga-tenaga yang tumbuh dalam perkembangan baru, yang tidak pernah terlibat, masih bersih dan ikhlas untuk perjuangan pembebasan Palestina.


Adapun di negara-negara yang sedang ada "oup" seperti yang saya sebutkan diatas tadi, mereka rupanya masih terpesona dengan keadaan-keadaan yang baru berjalan. Akan tetapi rupanya disana cukup ada tenaga-tenaga yang menjadi rem dari meluncurnya sama sekali. Tenaga-tenaga itu sesuai dengan harapan kita hendaknya dapat memberikan sumbangan yang lebih positif kepada Islam. Akan tetapi harapan itu tidak terlaksana karena mereka sedang menghadapi masalah- masalah dalam negerinya sendiri. Menurut keterangan teman-teman yang datang dan meloloskan diri dari sana, keadaan belum memberikan harapan dan bolehlah kita anggap bahwa mereka masih dalam perlombaan dan persilatan yang masih terus berkembang ...... kun fayakun...... sudah lepas.


Indonesia dalam pandangan mereka


Akan tetapi ada satu hal yang sangat nyata ialah bahwa mereka menadahkan suatu pengharapan yang tinggi kepada Indonesia, walaupun amat sukar dapat dipenuhi. Harapan itu bukanlah berupa bantuan materiil: Indonesia inilah tempat memulangkan segala persoalan, sebab rakyatnya 90 juta jiwa yang beragama Islam. 


Dari angkanya saja sudah lebih banyak dari pada Ummat Islam di negeri itu. Indonesia memang kaya raya, sangat subur tanahnya. Mereka merasakan benar Indonesialah yang lebih akrab kepada mereka, dan lebih dahulu berhubungan dengan mereka di Timur Tengah. Malahan sebelum India, Indonesialah yang selalu mencari, menerobos dinding yang dibuat oleh penjajahan dahulu sebagai pemisah antara ummat Islam disini dengan disana. Jadi, bagi mereka Indonesia tidak bisa lain, kecuali teman yang dapat dipercayai.


Maksud saya, mungkin nanti badan Pembela Masjidil Aqsha akan mengirimkan sumbangan yang keluar dari hati yang suci, muka yang jernih, bagaimanapun sedikitnya. Mereka akan sangat gembira dengan sumbangan itu, walaupun sebagai perlambang persahabatan saja.


Sekarang mereka telah mengkaji dan memperdalam tentang kebudayaan Indonesia, dan sejarah Indonesia yang baru, tidak seperti dahulu lagi. Dahulu mereka sangat tercengang dengan besarnya daerah Indonesia dalam peta bumi. Mereka tahu sudah pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Kalimatan, dan seterusnya. Pengetahuan mereka itu semakin diperdalam. Apabila kita dapat mengeluarkan majalah dalam bahasa Arab yang memperkenalkan lebih jauh tentang Indonesia, sungguh-sungguh akan mereka hargai benar.


Latihan dan Perang


Tenaga-tenaga muda seperti yang saya terangkan diatas terus melatih diri dan terus terjun ke medan gerilya. Bagaimana caranya perang gerilya di tanah yang begitu luas, terbuka, tentu tidak masuk akal. Vietnam dapat melakukannya bertahun-tahun sampai ke masa kini. Akan tetapi apa yang tidak masuk akal itu sekarang tetap berlangsung. Dan terjadilah hal-hal yang ajaib, seperti halnya dengan perang gerilya yang lain. Rupanya hal itu memang demikian.


Tahun yang lalu saya dapat kesempatan pergi ke tempat latihan mereka : Fedayeen. Dekat sebuah desa, namanya Zaka', kira-kira 60 mil dari kota Amman, dimana ada latihan untuk kompi gerilyawan Palestina.


Dalam latihan itu ada 4 orang yang beragama Kristen. Mereka mengatakan: "Inna nashara ......". Kedatangan saya kesana didahului, -sebulan lebih dahulu-, oleh pemboman atas desa Zaka'. Setengah hari lamanya Zaka' dibom dari udara oleh pihak musuh. Berturut-turut selama empat hari, dan tiap-tiap hari selama sejam desa itu dihujani dengan bom, terus menerus. Apa yang terjadi? Dua orang luka parah, dan dua orang tewas. Dua orang yang syahid itu bukanlah karena ditimpa bom. Rupanya diantara bom yang dijatuhkan itu, entah dari jenis napalm, atau dum-dum, atau bom lain, ada yang tidak meletus, tergeletak di tanah pasir di sekitar tempat itu. Seorang kopral diperintahkan untuk menyelamatkan sisa-sisa bom yang tidak meledak itu. Maka bersama seorang kawannya diangkutnyalah bom-bom itu ke tempat yang lebih aman untuk diselamatkan. Rupanya si Kopral dan temannya itu menjadi asyik dan mencoba menjadi montir bahan-bahan peledak yang belum meletus itu. Kemudian datang dua orang kawannya lagi karena ingin tahu. Takdir sudah menentukan bom itu meledak, dan jatuhlah korban seperti yang diterangkan diatas. Memang mereka turut korban, namun bukan di saat bom dijatuhkan dari udara. Dan orang yang mendapat luka-luka, sesudah dirawat beberapa lamanya telah sembuh kembali. Karena mereka adalah mahasiswa, maka oleh komandannya disuruh kembali ke bangku kuliah di kampus Universitasnya, yaitu American University di kota Beirut. 


Banyak diantara mahasiswa itu bukan dari mahasiswa Islam, tetapi dari luar, umpamanya dari Amerika, Eropa dan lain-lain, dimana mereka telah menganggap dirinya satu dengan Fedayeen dalam mental. "Kita harus mengambil dan mengendalikan persoalan ini dengan kekuatan sendiri.. Syukur kalau ada orang yang membantu. Ini adalah perjuangan kita generasi Islam di zaman ini". Demikian tekad mereka.


Semangat ini telah tumbuh, dan Insya Allah inilah yang akan menjadi alasan bagi Allah S.W.T. untuk menolong ummat Islam !!! Tuhan tidak akan memberikan pertolongan tanpa alasan. Tentu harus ada alasan.


Demikianlah cerahnya cuaca seperti yang saya lihat disana. Ada ufuq langit yang cerah, walaupun tidak secerah yang bisa dilihat dari sekarang dengan bukti yang konkrit, riil. Namun suatu pertumbuhan dari satu tenaga, renaissance daripada Islam.


Insya Allah.....


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.


***

PIDATO M. NATSIR

Dalam Kongres Pertama Organisasi Islam Afrika Asia 

Tanggal 6 s/d 11 Oktober 1970

BANDUNG


APPROACH BARU UNTUK PENYELESAIAN MASALAH PALESTINA


Masalah Palestina pada intinya adalah perampasan hak dan tanah air rakyat Palestina oleh kaum Zionis internasional yang mendirikan negaranya ditengah-tengah wilayah bangsa Arab.


Dengan demikian masalah Palestina menjadi: 


1. Masalah hak asasi rakyat Palestina yang tanah airnya dirampas oleh bangsa lain. 


2. Masalah politik ekspansi Israel yang tidak puas dengan sekedar "national Home" ala Balfour Declaration tahun 1917, dan tidak pula puas dengan Rencana Pembahagian Palestina oleh PBB tahun 1947, dimana dia sudah mendapat lebih dari 56% (persen) dari daerah Palestina untuk penduduknya yang hanya kira-kira sepertiga dari jumlah penduduk seluruhnya. Dan sesudah tahun 1948 terus memperluas daerahnya dengan jalan agresi untuk merampas wilayah negara-negara Arab disekitarnya. Memang tujuan asli dari gerakan Zionisme adalah untuk mendirikan suatu negara Yahudi yang berwilayah dari sungai Nil sampai ke sungai Eufrat, dan ke selatan sampai ke kota Madinah.


3. Masalah kebenaran dan keadilan yang sekaligus merupakan masalah perikemanusiaan yang bersifat universal, dan karena itu juga merupakan persoalan Islam dan persoalan ummat Islam seluruh dunia, yang berkewajiban untuk menegaskan kebenaran dan keadilan dimana saja diatas dunia ini. Lebih-lebih lagi karena Masjid al-Aqsha dan daerah sekitarnya, yang menjadi kiblat pertama dan tanah suci ke-III ummat Islam, telah menjadi korban nafsu ekspansi kaum Zionis Yahudi.


Dalam pertentangan yang terjadi antara kaum Zionis/Israel dengan rakyat Palestina dan bangsa Arab sekitarnya, selama ini, negara-negara besar, didorong oleh kepentingan-kepentingan mereka, yang tidak perlu identik dengan kepentingan rakyat Palestina, bangsa Arab, dan kaum Muslimin seluruhnya, telah menyebabkan masalah Palestina menjadi arena pertentangan dari Negara-negara besar itu, dan telah menyebabkan masalahnya bertambah gawat.


Dengan demikian negara-negara besar dan PBB pada umumnya berkewajiban dan ikut bertanggung jawab untuk mencari penyelesaian yang adil dan terhormat bagi masalah ini.


Di samping suatu hal yang merupakan syarat mutlak dalam menanggulangi masalah yang multi kompleks ini ialah diwujudkannya persatuan yang kompak antara sesama negara-negara Arab, dan persatuan antara rakyat Palestina yang berjuang dengan negara-negara Arab itu, agar dapat memanfaatkan kekuatan bersama ini dalam menangkis agresi dan ekspansi Israel.


Persatuan yang demikian itu akan dapat memudahkan penyaluran partisipasi ummat dan negara-negara Islam, yang memang merasa berkewajiban untuk turut serta dalam  menanggulangi persoalan ini, tanpa terganggu oleh adanya perselisihan intern antara bangsa Arab. 


Sebagai ummat Islam kita berkeyakinan bahwa hanya dengan kembali pada ajaran-ajaran Islam, persatuan dan kekuatan itu dapat dicapai, suatu hal yang sebagaimana kita ketahui telah ditegaskan juga dalam KTT Islam di Rabat tahun yang lalu.


Dalam menanggulangi masalah Palestina yang pelik ini, telah dicobakan beberapa konsepsi seperti :


1. Resolusi PBB tanggal 29 Nopember 1947 mengenai pembahagian wilayah Palestina. Resolusi ini tidak dipatuhi dan terus dilanggar oleh orang Yahudi dengan melakukan ekspansinya secara berturut-turut. Rakyat Palestina secara prinsipil menolaknya, karena dengan pembahagian itu, PBB telah melanggar piagamnya sendiri, karena PBB hanya berhak mengajukan rekomendasi, dan bukan membuat suatu hukum yang mengikat. Di lain pihak, tindakan PBB ini juga dianggap inkonstitusional karena bertentangan dengan hak asasi bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, dan karenanya, bertentangan pula dengan tujuan untuk mana Organisasi internasional ini didirikan. Dengan menolak hak bangsa Arab untuk menentukan nasibnya sendiri, yang pada waktu itu merupakan dua pertiga dari jumlah penduduk seluruhnya, maka PBB telah melanggar prinsip-prinsipnya sendiri.


2. Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 22 Nopember 1967 yang juga ditolak oleh kedua belah pihak, karena pihak Yahudi terlebih dahulu ingin mengadakan perundingan langsung dengan negara-negara Arab, dan juga tidak ingin Kembali ke garis sebelum perang Juni 1967, tetapi meminta jaminan-jaminan tertentu. Israel tidak mau meninggalkan seluruh daerah yang didudukinya, terutama kota Yerusalem. Pihak Arab merasakan bahwa Resolusi itu melegalisir hasil agresi Israel untuk ke sekian kalinya.


3. Usul Perdamaian Rogers, yang juga belum dapat dilaksanakan, malah menimbulkan perpecahan antara negara-negara Arab dan pertumpahan darah di kalangan besar Arab sendiri, dan usul ini secara mutlak ditolak oleh rakyat pejuang Palestina. Besar kemungkinannya, apabila usul perdamaian Rogers ini terus dipaksakan akan menimbulkan perpecahan dan pertumpahan darah yang lebih hebat lagi. Ini berarti menambah aspek baru yang menyedihkan. Hasilnya adalah bertambah gawatnya masalah, dan bukan penyelesaian.


Landasan pemikiran negara-negara besar dan PBB dalam mendirikan negara Israel adalah untuk menyelesaikan "Masalah Yahudi" di dunia, telah terbukti merupakan landasan yang salah, sebab disamping tidak dapat menyelesaikan "Masalah Yahudi" itu, juga telah menimbulkan masalah baru yang lebih berbahaya sehingga mengancam perdamaian dunia.


Selain dari itu, Israel merupakan suatu negara yang berdasarkan rasialisme yang telah disadari oleh dunia sebagai suatu hal yang tidak ada tempat nya dalam dunia dewasa ini.


Oleh karena itu, gagalnya semua konsepsi ini dalam mencarikan penyelesaian, menyadarkan kita bahwa penyelesaian masalah ini harus diusahakan dengan suatu approach yang baru sama sekali, dengan titik tolak yang baru pula, yang lebih sesuai dengan fitrah dan nilai-nilai hidup yang lebih tinggi.


Gagalnya semua konsepsi itu adalah lantaran salah landasan. Yang dipakai jadi landasan ialah keinginan hendak melindungi dan menyelamatkan kaum Yahudi yang ditimpa kezhaliman pogrom/pembunuhan massal di Russia, kezhaliman fasis dan Nazi di Eropa Barat, dengan cara yang pada hakekatnya, memindahkan kezhaliman itu dari Russia dan Eropa Barat, kepada bangsa Arab di tanah Arab, dengan cara menindas hak hidup dan hak asasi penduduk asli di wilayah itu. Kita percaya bahwa suatu kezhaliman tidak dapat dihilangkan dengan menimbulkan kezhaliman yang baru di lain tempat.


Karena itu kami menyarankan, agar Muktamar ini melakukan seruan sebagai berikut:


1. Menyerukan kepada negara-negara Arab dan bangsa Arab pada umumnya, khususnya kepada rakyat Palestina, memulihkan dan menggalang persatuan barisan, kesatuan pemikiran dan langkah-langkah, sesuai dengan ajaran Islam, terutama dalam saat-saat yang kritis ini, dan untuk masa selanjutnya, agar terdapat suatu penyelesaian yang adil dan terhormat bagi masalah Pallestina ini.


2. Menyerukan pulihkan semua hak-hak yang sudah dirampas dari rakyat Palestina itu. Jangan dibiarkan mereka lapuk dan hancur di padang-padang pasir. Dan didirikannya suatu negara Palestina, yang tidak bersifat rasial Yahudi atau rasial Arab, tetapi adil dan demokratis, yang akan menjadi wadah bagi bangsa Arab dan Yahudi Palestina, dengan hak asasi dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, tanpa diskriminasi, dimana tumbuh keragaman hidup antar agama, dan masing-masing golongan keagamaan, baik Islam, maupun Kristen dan Yahudi, hidup bersama dengan damai dan tolong menolong.


3. Menyerukan kepada PBB untuk meninjau Kembali semua kebijaksanaan yang telah ditempuhnya selama ini dalam usahanya untuk menyelesaikan masalah Palestina, dan melakukan approach baru, bersama-sama dengan semua pihak yang bersangkutan, melakukan approach baru yang menjamin ke arah terbentuknya suatu negara Palestina yang tersebut diatas.


4. Menyerukan kepada semua kalangan yang bertanggung jawab, para ahli pikir dan intelijensia, yang kita percaya cukup banyak terdapat di semua golongan, baik di Timur maupun di Barat baik di kalangan Islam, maupun Kristen dan Yahudi, agar mereka semua, sesuai dengan kedudukan masing-masing, turut aktif mengarahkan pendapat dunia pada tercapainya gagasan yang tersebut diatas, yang lebih sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi.


Barangkali sepintas lalu ada orang yang berpendapat bahwa gagasan ini terlampau ideal untuk dapat dilaksanakan. Barangkali ada yang mengatakan: Ini adalah suatu "dream", mimpi. Tetapi kita bertanya: Sudah 20 tahun lamanya PBB dan negara-negara besar "bermimpi" hendak menyelesaikan persoalan Yahudi, dengan memindahkan kezhaliman dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti yang terjadi sekarang ini di Timur Tengah. "Mimpi" itu sekarang ternyata terang benderang, sudah merupakan suatu "nightmare", suatu mimpi yang jelek sekali, yang membawa kita ke jalan yang buntu, yang kian kemari kian banyak menumpahkan darah dan airmata.


Kalau gagasan ini hendak dinamakan "impian", maka "impian" ini mempunyai suatu kelebihan. "Impian berdasarkan nilai-nlai perikemanusiaan". Bukan suatu "mimpi" yang berlandaskan hukum rimba, survival of the fittest, siapa yang lebih kuat itulah yang boleh hidup, dan siapa yang lemah dibiarkan mati.


Mari kembali kepada sunnatullah, yang membawa kita kepada gagasan hidup dan memberi hidup.


Kami percaya, bahwa andai kata gagasan ini saat ini belum dapat dilaksanakan, akan tetapi suatu saat orang mau tak mau akan kembali kepadanya.


فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَآءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى ٱلْأَرْضِ


"Buih itu pasti akan hilang lenyap, tetapi apa yang bermanfaat untuk manusia akan tetap dibumi.” (Ar Ra’d: 17)


Saudara Ketua,

Saudara-saudara Muktamirin yang terhormat.


Ingin saya menutup pandangan umum saya ini, dengan satu seruan lagi, seruan yang kelima:


Di waktu kita bersidang ini, dan di waktu kita nanti meneruskan berbagai usaha untuk mencari penyelesaian soal Palestina, yang menghendaki jangka panjang, sekarang ini lebih kurang satu setengah juta rakyat Palestina, yang sudah diusir dari rumah tangga dan kampung halaman mereka hidup bertebaran dalam perkemahan dari kain, terpal, bilik, bertebaran di negara-negara sekitar Palestina, di Yordan, Suriah dan Lebanon.


Sudah dua puluh tahun mereka berada dalam penderitaan yang bertubi-tubi, dan jumlah mereka makin banyak, setiap ada agresi baru dari pihak Zionis. Anak-anak mereka lahir dan dibesarkan dalam perkemahan, di tepi-tepi padang pasir yang tandus, tanpa hari depan.


Kewajiban kita adalah berusaha, dan meningkatkan usaha kita masing-masing, di tempat kita masing-masing, untuk meringankan penderitaan mereka. Penderitaan mereka setelah timbulnya bencana perang saudara di Yordania baru-baru ini, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.


Mereka memerlukan makanan dan pakaian, selimut dan perawatan, obat-obatan dan tenaga-tenaga ahli untuk rawatan.


Marilah ķita serukan dari mimbar Muktamar yang terhormat ini, kepada pemerintah-pemerintah negara kita masing-masing, dan kepada masyarakat kita masing-masing agar memberi pertolongan sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing. 


ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ


"Cintailah orang yang tinggal dibumi, pasti orang yang tinggal dilangit akan mencintai kamu pula.” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)


***


Download ebook pdf nya:

Posting Komentar untuk "(Isi Buku) Masalah Palestina - M. Natsir"