EKSISTENSI FREEMASONRY DALAM KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI (Masa Khalifah Abdul Hamid II 1293 – 1328 H/1876 – 1909 M) Skripsi Diajukan untuk ...
EKSISTENSI FREEMASONRY DALAM KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI
(Masa Khalifah Abdul Hamid II 1293 – 1328 H/1876 – 1909 M)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Alauddin Makassar
Oleh
Muh. Marif Afdal
NIM: 40200115112
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
Sumber:
https://repositori.uin-alauddin.ac.id/21212/
***
Eksistensi Freemasonry Dalam Kekhalifahan Turki Utsmani, Masa Khalifah Abdul Hamid II (1293 – 1328 H/1876 – 1909 M)
Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani merupakan peristiwa yang kompleks bagi dunia Islam, pada saat itu Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, pada Abad ke-17 M., Kekhalifahan Turki Utsmani mengeluarkan kebijakan Desentralisasi yang memberi peluang para musuh kerajaan untuk menyusun kekuatan dan menjadi pesaing di bidang ekonomi dan politik.
Kekhalifahan Turki Utsmani pada saat itu berada di situasi sulit, ia menghadapi tekanan-tekanan yang sistematis dan terorganisir di internal dan eksternal, dari dalam Kekhalifahan ia menghadapi berbagai permasalahan yang sulit, ia menghadapi gerakan sekularisasi yang dilakukan Young Turk Movement (Gerakan Turki Muda) dan Committee of Union and Progress (Komite Persatuan dan Kemajuan), sedangkan dari luar Kekhalifahan ini juga menghadapi separatisme dari negara – negara yang ia kuasai seperti Albania, Bulgaria, Herzegovina, Hongaria, Kroasia, Kosovo, Montenegro, Rumania, Serbia, dan Yunani.
Melemahnya kekhalifahan Turki Utsmani secara umum di pengaruhi beberapa faktor seperti kondisi internal di pemerintahan tak cakap, kemerosotan ekonomi dan sosial, dan yang tak bisa dihindari munculnya kekuatan Eropa yang membuatnya posisinya tenggelam. Faktanya kondisi internal maupun eksternal dalam Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki hubungan dengan gerakan Freemasonry, gerakan inilah yang merancang kejatuhan kekhalifahan Turki Utsmani melalui agen – agen dan organisasi yang di bentuknya, juga persekongkolan dengan pihak lainnya.
Freemasonry adalah gerakan rahasia yang diidentikkan dari keberadaan Yahudi, sebagai tunggangannya. Tujuan dari gerakan Freemasonry adalah mewujudkan Tatanan Dunia Baru yang Sebagian ahli meyakini bahwa moto ini menunjukkan cita-cita mereka untuk mewujudkan dunia baru yang dikuasai Freemasonry. (Herry Nurdi, Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia (Cet I; Jakarta: Cakrawala Publishing, 2005), hlm 92)
Umumnya sebagian ahli sejarah beranggapan bahwa Freemasonry berawal mula dari Perang Salib. Meskipun Freemasonry baru terbentuk dan diakui secara resmi di Inggris pada awal abad ke-18, sebenarnya organisasi tersebut mengakar jauh hingga ke Perang Salib di abad-12 yang umumnya dikenal sebagai suatu ordo tentara salib yang dinamakan Ksatria Templar, namun pada tahun 1307 ordo ini di tumpas karena terbukti melakukan “Bid’ah” mereka menolak iman Kristiani ini dan menghina Yesus, namun ada beberapa anggota ini yang berhasil lolos dan melarikan diri ke Skotlandia dan mengembangkan Aliran mereka di sana dan mulai menyebarkan pengaruh sampai ke negara-negara Eropa salah satunya adalah Inggris. (Harun Yahya, Global Freemsonry, terj. Halfino Berry, Ancaman Global Freemasonry (Cet 1; Bandung: Dzikra, 2005), hlm 5-13)
Gerakan ini memiliki karakteristik menentang keagamaan, mereka tidak menentang adanya ketuhanan, walaupun gerakan ini identik dengan Yahudi, tetapi gerakan ini memiliki fokus yang lebih ke arah Ateisme, itulah mengapa pergerakan mereka selalu identik dengan gerakan yang melawan keagamaan.
Gerakan ini melakukan pergerakan secara tertutup dan terorganisir, memiliki banyak identitas untuk menyamarkan identitas mereka yang sebenarnya.*
*Di antara perkumpulan Freemasonry yang berwajah sosial adalah Rotary Club, Lions Club, dan B’Nai Brith Club. Selain itu ada pula yang berwajah kebatinan, di antaranya adalah Qabbalah, Rohiya, Bahaiah, dan Teosofi. A.D. El Marzdedeq, Jaringan Gelap Freemasonry, Sejarah dan Perkembangannya Hingga ke Indonesia (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2007), hlm. 48-58)
Freemasonrylah yang berperan penting dalam menggerakkan revolusi di berbagai negara, Pada tahun 1789 di Perancis, Freemasonry secara diam-diam melatar belakangi Revolusi Perancis dengan menggerakkan sebuah klub politik bernama Jakobin. Pada tahun 1872 di Jerman, Freemasonry melalui agennya “Kaum Liberal Nasional” mengkampanyekan “Kulturkampf” (perang budaya) yang bertujuan untuk mengontrol pemikiran Bangsa Jerman. Pada tahun 1800-an di Italia Freemasonry melalui agennya sebuah kelompok bernama “Carbonari”. Kelompok ini bekerja sama dengan gerakan Italia Muda untuk menyekulerkan masyarakat dan menghilangkan Dominasi Gereja pada saat itu. (Halfino Berry, Ancaman Global Freemasonry, hlm. 154-167)
Di Kekhalifahan Turki Utsmani, Freemasonry bergerak dengan melakukan infiltrasi dan menyamarkan identitas mereka, Freemasonry beraktivitas secara rahasia dan terorganisir, menyusupkan kader-kadernya ke dalam berbagai institusi pemerintahan dan juga berbagai profesi lainnya di lingkungan masyarakat*, mereka juga membentuk organisasi politik yang bekerja untuk meruntuhkan sistem khalifah di Kekhalifahan Turki Utsmani, yaitu Gerakan Turki Muda dan Komite Persatuan dan Kemajuan.
*Muhammad Harb, Memoar Sultan Abddul Hamid II, terj. Abdul Halim, Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1998) h. xxii.
Keterkaitan kedua organisasi ini dengan Freemasonry juga diungkap dalam catatan harian Sultan Abdul Hamid II. Ia mengatakan:
“Saat ini harus dilakukan pembenahan terhadap sejarah, tentang siapa orang- orang yang menamakan dirinya sebagai “Orang-orang gerakan Turki Muda” atau “Gerakan Turki Muda “(Turkiye Fatat)”, dan juga tentang status mereka sebagai anggota Freemasonry. Aku berhasil mengetahui bahwa mereka semua kenyataannya dapat dianggap sebagai bagian dari Freemasonry, dan mereka sangat erat hubungannya dengan Freemasonry perwakilan Inggris.
Masa yang penting bagi Gerakan Freemasonry di dalam Kekhalifahan Turki Utsmani terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Hamid II, ia adalah Khalifah ke-35, pemerintahannya berlangsung dari 1876 hingga 1909. Ia di angkat menjadi khalifah menggantikan saudaranya, Khalifah Murad V. Pemikirannya terhadap gagasan pan-Islamisme membuat tokoh-tokoh sekularisme dan nasionalis tidak suka kepadanya, bahkan berusaha untuk menggulingkan Khalifah Abdul Hamid II dari Kekuasaannya.
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Abdul Hamid II selalu mengawasi Freemasonry melalui Intelijen ia selalu memata-matai semua pergerakan Freemasonry, Ia menugaskan banyak intelijen untuk mengawasi Freemasonry, salah satunya adalah Ismail Bahir Basya, namun, ia terbunuh secara misterius pasca revolusi tahun 1908. Bagi Freemasonry, Khalifah Abdul Hamid II merupakan masalah serius, oleh karena itu konflik antara Freemasonry dan Khalifah Abdul Hamid II terjadi sangat sengit.
Khalifah memiliki karakteristik yang cukup tegas. Islam sebagai ideologi dan asas Kekhalifahan Turki Utsmani saat itu terancam oleh ideologi-ideologi Barat yang di sebarkan olah kalangan pelajar Turki Utsmani. Sejak pertengahan Abad ke-19 kalangan pelajar Turki Utsmani telah di pengaruhi pemikiran Revolusi Perancis yang melahirkan pemerintahan demokratis. Tokoh-tokoh muda beraliran nasionalis sekuler bermunculan, seperti Ali Syafaqat Bek, Dhiya Pasha, Ibrahim Taimu, Midhat Pasha, dan Namik Kemal. Mereka adalah awal mula dari Gerakan Utsmani Muda, Gerakan Turki Muda dan Komite Persatuan dan Kemajuan, dan mereka juga adalah anggota Freemasonry. Di masa Pemerintahan Khalifah Abdul Hamid II mereka akhirnya berhasil melemahkan Internal Kekhalifahan Turki Utsmani.
Pemerintahan Khalifah Abdul Hamid juga mengalami kekacauan ekternal pada wilayah-wilayah kekuasaannya, khususnya di negara-negara Balkan. Tahun 1876 M/1293 H pemberontakan terjadi di Herzegovina yang dilakukan oleh penduduk Montenegro dari Serbia. (Ali Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm. 509)
Demikian pula di Bulgaria yang dilakukan oleh orang-orang Kristen Bosnia dan Herzegovina. Pemberontakan-pemberontakan tersebut mempermudah intervensi negara-negara Eropa, seperti Austria, Jerman, Inggris, Perancis Italia, dan Rusia, untuk memberi tekanan pada Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Kekhalifahan Turki Utsmani mengalami kerugian dengan terpaksa menandatangani kesepakatan San Stefano pada 15 Februari 1878 M/1295 H. Isi Kesepakatan tersebut adalah Montenegro, Serbia, Bulgaria, Rumania Terlepas dari Kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani dan menjadi negara mandiri yang merdeka.
Pada saat Kekhalifahan Turki Utsmani mengalami keterpurukan, Eropa justru mengalami kebangkitan intelektual, gagasan tentang modernisme, sekularisme dan nasionalisme menjadi Tren-politik untuk menjadi semangat dari gerakan-gerakan pembaruan. Hal ini membuat para pemuda Turki Utsmani terpengaruh kebudayaan Barat yang menimbulkan arus deras westernisasi* di Kekhalifahan Turki Utsmani.
*Westenisasi adalah sebuah proses dimana masyarakat berada dalam pengaruh budaya barat dalam berbagai bidang dan berusaha untuk menerapkan budaya itu. “Westernisasi” https://id.wikipedia.org/wiki/Westernisasi (18 September 2019)
Di tengah-tengah situasi seperti itulah Khalifah Abdul Hamid II memimpin Kekhalifahan Turki Utsmani. Ia harus menghadapi kacaunya kondisi internal di pemerintahannya, meredakan pemberontakan negara-negara Balkan, menghadang intervensi Eropa dan membendung arus westernisasi sekaligus.
Demikianlah, pada akhirnya Khalifah Abdul Hamid II tersingkir dari kekuasaannya dan diasingkan pada tahun 1909, sedangkan Kekhalifahan Turki Utsmani secara de facto dikuasai oleh Komite Persatuan dan Kemajuan yaitu Freemasonry. Khalifah-khalifah pasca Kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid II hanyalah pemimpin boneka yang di gerakkan Komite Persatuan dan Kemajuan. Beberapa tahun kemudian pada tahun 1924 sistem kekhalifahan di hapuskan dan hilanglah imperium Islam sebagai sebuah negara supranasional.
***
COMMENTS