(Isi Buku) Matan Al Aqidah Al Maqdisiyah, 13 Prinsip Keimanan Seorang Muslim Terhadap Al-Quds dan Al-Aqsha
Judul: (Matan Al Aqidah Al Maqdisiyah, 13 Prinsip Keimanan Seorang Muslim
Terhadap Al-Quds & Al-Aqsha)
Penulis: Syaikh Dr. Muhammad Yusri Ibrahim (Ulama Senior Al-Azhar Asy-Syarif)
Penerjemah:
Ahmad Raden Ali Tjenra, Lc.
***
Matan Al-Aqidah Al-Maqdisiyyah
Oleh: Syaikh Dr. Muhammad Yusri Ibrahim Al-Azhari
Asy-Syaikh Dr. Abu Abdillah Muhammad Yusri Ibrahim hafizhahullah berkata,
Segala puji bagi Allah Penolong bagi orang-orang yang beriman,
shalawat dan salam kepada Nabi Pembawa Rahmat dan Nabi Malhamah
(pembawa panji peperangan) juga kepada keluarga dan para sahabat beliau yang
bercahaya lagi berberkah. Amma Ba'd;
Inilah matan Al-Aqidah Al-Maqdisiyyah yang mengungkap kedudukan
Al-Quds dan Al-Aqsha dalam pandangan aqidah kaum muslimin serta
mengingatkan ummat akan kewajibannya terhadap Al-Quds sebagai tempat Isra
Nabinya shalallahu alaihi wasallam. Kita memohon kepada Allah agar segera membebaskannya lewat
tangan-tangan para hamba-Nya yang beriman dan tentara-tentara-Nya yang
memperoleh kemenangan. Aamiin.
Poin Pertama: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Islam secara umum adalah agama
seluruh para Nabi Allah.
Allah ta'ala telah berfirman kepada Nabi-Nya Ibrahim
alaihissalam, “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada
Tuhan seluruh alam.” (Surah Al-Baqarah ayat 131).
Juga bahwasanya Ibrahim
telah mewasiatkan kepada Ya'qub untuk tetap berislam seraya keduanya
berkata, "maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Surah
Al-Baqarah ayat 132)
Musa alaihis salam berkata, “Wahai kaumku! Apabila kamu beriman
kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang
Muslim (berserah diri).” (Surah Yunus : 84)
Al-hawariyyun berkata kepada Isa
'alaihissalam, "Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang Muslim." (Surah Ali Imran ayat 52).
Kaum muslimin juga meyakini bahwasanya risalah penutup ialah Islam.
Allah ta'ala berfirman, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu." (Surah Al-Maidah ayat 3) maka tidak ada celah
bagi seseorang untuk beragama selain padanya.
Allah ta'ala berfirman, "Dan
barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di
akhirat dia termasuk orang yang rugi." (Surah Ali Imran ayat 85)
Poin Kedua: Kaum muslimin meyakini dan beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan qadar yang baik maupun yang
buruk.
Di atas perkara inilah sepakat ucapan mereka dan bersatu para ulama
mereka yang dimana generasi akhir mereka telah mempelajari hal ini secara
turun-temurun dari generasi awal mereka.
Allah ta'ala berfirman,
"Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali." (Al-Baqarah ayat 285)
Dan di dalam sebuah hadist disebutkan,
"Iman artinya engkau percaya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, Qadar seluruhnya
baiknya dan buruknya." (HR. Muslim, dari Umar bin Khattab radhiyallahu
'anhu)
Poin Ketiga: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Masjidil Aqsha terletak di Al-Quds
Asy-Syarif yang merupakan bagian dari tanah palestina serta termasuk tanah
yang diberkahi dan terletak di barat daya Negeri Syam.
Masjidil Aqsha adalah masjid yang terkenal di kota Al-Quds dan ia berada
di atas bumi bukan di langit serta letaknya berada di Syam dan bukanlah di
Hijaz seperti yang digembar-gemborkan oleh sebagian orang.
Ia juga
merupakan tanah yang dimana Allah telah menyelamatkan Ibrahim dan Luth
'alaihimas salam ke tanah tersebut.
Allah ta'ala berfirman, "Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke
sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia."
(Surah Al-Anbiya ayat 71).
Kaum muslimin juga beriman bahwasanya tanah
Al-Aqsha adalah tanah termulia di bumi ini setelah Makkah dan Madinah,
mudah-mudahan Allah tetap menjaga keduanya.
Poin Keempat: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Al-Aqsha merupakan kiblat
pertama kaum muslimin.
Dari Al-Barra bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma
bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas bulan atau
tujuh belas bulan. Diriwayatkan Al-Bukhari No. 40 dan Muslim No. 525.
Kaum muslimin juga meyakini bahwasanya Al-Aqsha merupakan masjid
kedua yang dibangun di bumi. Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu beliau
berkata, "aku berkata, wahai Rasulullah masjid apakah yang pertama kali
dibangun di muka bumi ? beliau menjawab, Masjidil Haram." Abu Dzar
berkata, "aku berkata, kemudian apa lagi ? beliau menjawab, "Masjidil Aqsha."
Aku berkata, berapa jarak waktu antara keduanya ? beliau menjawab, "empat
puluh tahun, kemudian dimanapun shalat menjumpaimu setelah itu, maka
shalatlah, karena keutamaan ada padanya.'' Diriwayatkan oleh Al-Bukhari No.
332 dan Muslim No. 520.
Poin Kelima: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Al-Aqsha termasuk tempat yang
dianjurkan untuk dikunjungi dan diadakan perjalanan ke sana karena
keberkahannya.
Di dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak boleh
mengadakan perjalanan/safar kecuali menuju ke ketiga masjid : Masjidil
Haram, Masjid Ar Rasul (Masjid An Nabawi), dan Masjid al-Aqsha." Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
No. 1189 dan Muslim No. 1397 dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Kaum muslimin juga meyakini bahwasanya siapa saja yang shalat di
Masjidil Aqsha akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dari Abu Dzar
radhiyallahu 'anhu beliau berkata, "Kami saling bertukar pikiran tentang mana
yang lebih utama, masjid Rasulullah shalallahu alaihi wasallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi
kami ada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Lalu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Satu shalat di masjidku
lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang
baik." Diriwayatkan Al-Hakim No. 8553, Ath-Thabrani di Al-Awsath No. 6983,
Al-Baihaqi di Asy-Sya'b No. 3849.
Poin Keenam: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Isra' Nabi kita shalallahu alaihi wasallam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha pada sebagian malam adalah benar adanya dan
bahwasanya beliau telah shalat di dalamnya sebagai imam bersama para Nabi
kemudian beliau dinaikkan dari Masjidil Aqsha ke langit pertama kemudian
berakhir di Sidratul Muntaha.
Allah ta'ala berfirman, "Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram
ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Surah
Al-Isra ayat 1)
Di dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Didatangkan kepadaku
Buraq, yaitu seekor hewan yang berwarna putih; tubuhnya lebih tinggi dari
keledai, tetapi lebih rendah dari begal. Ia meletakkan kedua kaki depannya di
ufuk batas jangkauan penglihatannya. Aku menaikinya dan Jibril membawaku
berjalan hingga sampailah aku di Baitul Maqdis. Lalu aku menambatkan
hewan itu di lingkaran tempat para nabi biasa menambatkan hewan
tunggangannya. Aku memasuki masjid dan melakukan shalat dua rakaat di
dalamnya." Diriwayatkan oleh Muslim No. 162 dari Hadist Anas bin Malik
radhiyallahu 'anhu.
Poin Ketujuh: Kaum muslimin meyakini bahwasanya ribath di Baitul Maqdis dan
daerah sekitarnya adalah termasuk ribath yang teragung di jalan Allah !
Di
dalam sebuah hadist disebutkan, "Akan ada suatu masa, seorang laki-laki tidak memiliki
sedikitpun tanah, namun dia melihat bahwa Baitul Maqdis lebih baik baginya
dibanding seluruh dunia." Diriwayatkan oleh Al-Hakim No. 8553, Ath-Thabrani
di dalam Al-Awsath No. 6983, Al-Baihaqi di dalam Asy-Sya'b No. 3849.
Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku pernah
mendengar Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Selalu ada dari umatku yang senantiasa
menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang
menghinanya dan juga orang yang menyelisihinya, hingga Allah datangkan
kepada mereka perkaranya sedangkan mereka tetap seperti kondisi itu." Mu'adz
bin Jabal berkata, "dan mereka berada di Syam." Diriwayatkan oleh Al-Hakim
No. 3641.
Poin Kedelapan: Kaum muslimin meyakini bahwasanya Islam adalah hakikat yang tak
dapat terlepas dari Al-Quds dan bahwasanya Al-Quds adalah bagian dari sifat
yang tak dapat terlepas dari kaum muslimin serta dengan terlecehkannya bumi
yang berkah ini maka sesungguhnya aqidah, syariah, sejarah dan bukti-bukti
memerintahkan untuk mengembalikan (kejayaannya) lewat jihad yang
disyariatkan bahkan jihad yang diwajibkan.
Dan telah diputuskan dalam keputusan-keputusan final dien kaum
muslimin bahwasanya negeri yang merupakan tempat diisra’kannya Nabi
mereka shalallahu alaihi wasallam dan kaum muslimin telah berkuasa di dalamnya sejak penaklukannya
oleh Al-Faruq Umar radhiyallahu anhu ia termasuk negeri kaum muslimin
meskipun para musuh perampas pernah menguasainya pada suatu waktu.
Poin Kesembilan: Kaum muslimin meyakini bahwasanya para yahudi penjajah tidak
memiliki hak atas seluruh tanah palestina, tidak pula atas tanah Al-Quds secara
khusus, dan tidak juga atas Al-Aqsha secara mutlak.
Palestina adalah tanah yang
ditempati oleh orang-orang arab kan'an yang dimana rakyat palestina telah
hidup di dalamnya sejak dahulu dan masih sampai saat ini.
Selama berabad-abad Baitul Maqdis di bawah naungan hukum islam.
Yahudi, nasrani, muslim hidup berdampingan dan tidak ada yang dirugikan atau
dilanggar kehormatannya namun saat tanah tersebut dirampas oleh orang-orang
yang melampaui batas, mereka melakukan kejahatan dengan berbuat kerusakan
di dalamnya sehingga memerangi para perusak ini menjadi hak yang ditetapkan
oleh hukum ilahi dan perjanjian internasional.
Poin Kesepuluh: Palestina dan Baitul Maqdis adalah tanah Islam, tidak ada seorang pun
yang dapat menyerahkan sejengkal dari tanahnya, siapa pun ia, dan siapa saja
yang melakukan hal tersebut maka ia telah mengkhianati amanah yang telah
diberikan kepadanya. Keputusannya ini adalah sesuatu yang bathil lagi tertolak.
Hal tersebut akan terbuktikan dengan terhinanya ia di dunia dan di akhirat dan
apa yang ia putuskan tidak akan bisa mengikat ummat sedikit maupun
banyaknya.
Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman janganlah
engkau mengkhianati Allah dan Rasul serta mengkhianati amanah yang
dititipkan kepada kalian sedang kalian mengetahuinya”. (Surah Al-Anfal ayat
27)
Poin Kesebelas: Kaum muslimin meyakini bahwasanya dominasi orang-orang yahudi
(yang berusaha ingin menghancurkan Masjidil Aqsha) atas orang-orang islam
pada hari ini merupakan dampak dari apa yang diperbuat oleh tangan-tangan
kaum muslimin sendiri serta dari sikap wala’ (loyalitas) orang-orang munafik
(yang berada di barisan kaum muslimin) sehingga Allah memberikan musibah
atas mereka dengan penjajahan sekelompok orang yahudi atas Al-Aqsha dan
cepat atau lambat kaum muslimin akan memerdekakan masjid mereka dan
memerangi musuh mereka.
Benteng, tembok dan perisai mereka tidak ada apa-apanya di hadapan Allah ta’ala.
Pada akhirnya, orang-orang islam akan mempermalukan wajah-wajah
orang zionis yahudi dengan masuknya kaum muslimin ke dalam masjid
sebagaimana mereka memasukinya pada kali pertama dan membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang zionis yahudi kuasai. Allah ta’ala berfirman,
“dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya
pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai”. (Surah Al-Israa’ ayat 7)
Poin Kedua Belas: Kaum muslimin meyakini bahwa pertarungan menghadapi orang-orang
yahudi yang melampaui batas akan terus berlanjut sampai dekatnya hari kiamat
dan dalam upaya ini tidak ada sikap peremehan atau pengendoran akan
wajibnya jihad atas para perampas dengan segala cara baik politik, media dan
militer.
Begitu pula upaya penumpasan dan pengusiran mereka dari Al-Aqsha dan
Baitul Maqdis serta pelenyapan negara mereka. Karena sesungguhnya
peperangan terhadap mereka merupakan perintah ilahi yang sudah sangat tegas
dan pasti. Itulah sikap yang patut ditampakkan oleh seorang muslim di setiap
waktu dan tempat sesuai dengan apa yang mereka sanggupi.
Sebagaimana pesan ini ditujukan untuk setiap personal dan kelompok,
begitu pula ditujukan kepada negara-negara dan pemerintahan dan siapa saja
yang menjual Baitul Maqdis dengan sedikit keuntungan dunia maka dia tidak
akan dapat membelinya dengan darah!
Poin Ketiga Belas: Kaum muslimin meyakini bahwa dunia tidak akan berakhir dan kiamat
tidak akan terjadi sampai terhina dan terbunuhnya kaum yahudi serta kaum
muslimin meraih kemenangan dan kemuliaan.
Di dalam hadis disebutkan, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai kaum
muslimin berperang dengan kaum yahudi maka kaum muslimin membunuh
mereka sampai kaum yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon. Lalu
pohon dan batu berkata, 'Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi
di belakangku, kemarilah dan bunuhlah'. (Pohon-pohon berbicara), kecuali
pohon ghorqod, karena ia pohon yahudi”, diriwayatkan oleh Muslim no. 2922
dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan hadis ini bukanlah janji yang
dusta.
“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami
yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat
pertolongan dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang” (Surah
Ash-Shoffat ayat 171 - 173)
***
Download ebooknya:
Posting Komentar untuk "(Isi Buku) Matan Al Aqidah Al Maqdisiyah, 13 Prinsip Keimanan Seorang Muslim Terhadap Al-Quds dan Al-Aqsha"
Posting Komentar