HADIS ARBAIN MAQDISIYAH (Kumpulan Hadis Keistimewaan Baitul Maqdis) Judul Asli Al-Arba’un Al-Maqdisiyyah Penyusun Dr. Muraweh Musa Nasher P...
HADIS ARBAIN MAQDISIYAH
(Kumpulan Hadis Keistimewaan Baitul Maqdis)
Judul Asli
Al-Arba’un Al-Maqdisiyyah
Penyusun
Dr. Muraweh Musa Nasher
Penerjemah
H. Rachmat Muhammad Soji, Lc.,MA.,
H. Ahmad Sahirul Alim, Lc., MA,
H. Awwab Saifullah, Lc.,
H. Yusuf Musyaffa’, Lc.,
H. Nandang Cahya, Lc.
Editor
H. Ahmad Musyafa’, Lc.,M.Pd.I
Halaman
108 halaman
Ukuran
14,5 cm x 20,5 cm
Penerbit
International Aqsa Institute
***
PENGANTAR PENERBIT
Puji syukur kepada Allah Swt. atas segala nikmat dan anugerah-Nya, sehingga buku ini bisa sampai kepada para pembaca. Shalawat dan salam untuk baginda Rasulullah Saw. imam para nabi dan rasul, pewaris risalah untuk melestarikan bumi suci Allah, Baitul Maqdis.
Pembahasan Baitul Maqdis tidak pernah usang. Membahas Baitul Maqdis berkaitan erat dengan akidah Islam. Keenam rukun iman, semuanya berkaitan dengan Baitul Maqdis. Rukun iman yang pertama, iman kepada Allah. Bahwa Allah Swt. yang memilih Baitul Maqdis sebagai tempat suci, disejajarkan dengan Makkah Mukarramah dalam satu ayat (QS. Al-Isra`: 1). Allah Swt. memilih Masjid al-Aqsha sebagai rumah Allah yang pertama dibangun di atas bumi, empat puluh tahun setelah Masjidil Haram.
Iman kepada malaikat, berkaitan dengan turunnya wahyu kepada nabi-nabi yang diutus ke Baitul Maqdis. Bahkan Malaikat Jibril a.s. menjalankan tugasnya mendampingi Nabi Muhammad Saw. selama peristiwa Isra’ Mi’raj. Secara otomatis berkaitan juga dengan rukun berikutnya, iman kepada kitab-kitab, merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui para malaikat.
Adapun Iman kepada para rasul, kaitannya sangat jelas, bahwa satu-satunya tempat di atas muka bumi ini yang dijadikan sebagai tempat pertemuan seluruh nabi dan rasul, hanya ada di satu tempat, yaitu Masjid al-Aqsha. Dari 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam al-Quran, 18 diantaranya pernah tinggal dan berdakwah di Baitul Maqdis.
Kaitannya dengan rukun iman yang ke-lima, hari kiamat, bahwa kejadian hari kiamat tidak lepas dari Baitul Maqdis. Dajjal, Ya’juj Ma’juj, turunnya Nabi Isa a.s. dan Yahudi dihinakan Allah semuanya terjadi di Baitul Maqdis. Begitu juga dengan ketetapan Allah sebagai rukun ke-enam, banyak ketetapan Allah berkaitan dengan Baitul Maqdis, diantaranya Allah menetapkan Bani Israil berbuat kerusakan dua kali, kemudian mereka akan dihinakan dengan sehina-hinanya, serta Allah menetapkan kemenangan bagi kaum Muslimin di Baitul Maqdis (QS. Al-Isra`: 4-5)
Karya Dr. Muraweh Mosa Nasar ini merupakan karya besar yang perlu disampaikan kepada seluruh umat Islam. Sehingga kaum Muslimin mempunyai pemahaman yang sama tentang Baitul Maqdis. Setelah memahaminya, diharapkan mampu menggerakkan ummat untuk mengembalikan kesucian Islam. membebaskan Masjid Al-Aqsha dan Palestina dari kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel hingga saat ini.
Berbagai kejahatan telah dilakukan oleh penjajah Israel. Masjid al-Aqsha yang berkedudukan mulia di sisi Allah dan umat Islam, tengah mengalami ancaman yang serius, targetnya adalah menghancurkan bangunannya dan menghapusnya dari sejarah ummat Islam. Tahapan itu telah dilakukan oleh Zionis Israel, mulai dari pembakaran, penggalian terowongan di bawahnya, pelarangan ibadah di dalamnya, pemberlakuan UU pembagian Masjid al-Aqsha, hingga penetapan UU pelarangan adzan.
Maka keberadaan buku ini menjadi penting sebagai pondasi untuk mengukuhkan komitmen pembelaan al-Aqsha. Sesuai dengan janji Allah Swt., bahwa kejayaan masa depan adalah milik Islam. Sesuai informasi kenabian, bahwa pusat kejayaan Islam selanjutnya akan terjadi di Baitul Maqdis. Wallahu a’lam bishawab.
Direktur International Aqsa Institute
***
PENGANTAR PENULIS
Sebelum berbicara tentang tema ini, terlebih dulu saya harus menjelaskan tentang beberapa catatan sebagai berikut:
Pertama, sesungguhnya segala yang ditetapkan berdasarkan nash tentang keutamaan Negeri Syam secara umum, maka secara spesifik juga menetapkan keutamaan Baitul Maqdis. Terlebih lagi Baitul Maqdis mempunyai keistimewaan tersendiri bagi umat Islam. Adapun yang dimaksud dengan Negeri Syam adalah wilayah yang saat ini mencakup; Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina.
Menurut Imam Ibnu Hajar, redaksi hadis terkadang menggunakan sebutan Syam, terkadang juga menggunakan Baitul Maqdis, karena keduanya dari titik yang sama. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathu Al-Bâri Bisyarhi Shahîhi AlBukhâri, vol. I, hal. 250) Ibnu Faqih Al-Hamadzani berkata, “Pasukan Syam ada empat, yaitu: Homs, Damaskus, Palestina, dan Yordania.” (Ibnu Al-Faqih Al-Hamadzani, Mukhtashar Kitâb Al-Buldân)
Ibnu Taimiyah berkata tentang Bumi yang Diberkahi, yaitu sekitar Masjid Al-Aqsha dari negeri-negeri Syam yang terdekat kemudian yang terdekat lagi. [Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Manaqibu Asy-Syam wa Ahluhu. Ar-Rib’iy, Fadhâil Syâm wa Dimasyq, El-Maktab El-Islamy, Beirut, hal. 46]
Dalil tentang apa yang kami katakan sebagaimana terdapat dalam Shahih Al Bukhari, diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin Umar r.a.: "… Dan (sebelumnya) wajah meraka menghadap ke Syam, kemudian mereka memutar arah menuju Ka’bah." [Al-Bukhari, 7251]
Sedangkan kiblat pertama sudah jelas, yaitu Baitul Maqdis.
Kedua, bahwa klasifikasi hadis dalam 40 hadis, seperti Arbain Nawawi karya Imam Nawawi atau 40 Hadis pilihan karya Hasan bin Sufyan dan karya lainnya, tidak ada dalil satupun dari Sunnah Nabawiyah tentang klasifikasi ini, karena hadis yang membicarakan keutamaan klasifikasi ini tidak ada yang sahih, meskipun riwayatnya yang beragam dan jumlahnya yang banyak.
Salah satu diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa diantara umatku yang hafal empat puluh hadis, maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat sebagai orang faqih dan berilmu”. Dalam riwayat yang lain mengatakan, “… Allah akan bangkitkan pada hari kiamat termasuk dalam golongan para ahli fikih dan ulama”. Dalam riwayat yang lain, “…akan Allah bangkitkan dalam keadaan alim dan faqih”. Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Saya (Allah) akan menjadi penolong dan saksinya nanti di hari kiamat”. Dan masih banyak hadis lain, tetapi semuanya lemah (dha’if), tidak boleh digunakan sebagai dalil. [At-Talkhîsh Al-Habîr, Vol. III, hal. 93-94. Sya'bu Al-Iman, vol. II, hal. 270. Muqaddimah Al-Arbain An-Nawawiyah. Khulashah Al-Badar Al-Munîr, vol. 2, hal. 145]
Ketiga, Terdapat hadis tentang keutamaan orang yang mendengar hadis Rasul Saw. kemudian menyampaikannya kepada orang lain, meskipun hanya satu hadis. Dari Zaid bin Tsabit r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Allah akan memberi cahaya kepada seseorang yang telah mendengar satu hadis dariku, kemudian ia menghafalnya untuk disampaikan kepada orang lain. Betapa banyak pembawa ilmu menyampaikan kepada orang yang lebih berilmu darinya, dan betapa banyak pembawa ilmu bukan orang yang berilmu.” [At-Tirmidzi (2656), Abu Dawud (3660), Ibnu Majah (230)]
Berawal dari titik tolak inilah kami mengumpulkan hadis-hadis ini untuk menyampaikan pesan dari Rasulullah Saw. Dan karena kesucian Baitul Maqdis, saya senang menyuguhkan di hadapan para pembaca, kumpulan hadis-hadis pilihan yang menjelaskan tentang kesucian dan keutamaan Baitul Maqdis. Dalam pengumpulannya saya lakukan dengan teliti dari segi riwayat, matan, dan sanadnya. Memuat lima puluh hadis yang diklasifikasikan ke dalam empat puluh tema.
Dr. Muraweh Mosa Nasar
***
Daftar Isi
Pengantar Penerbit
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Tema 1: Baitul Maqdis Tempat Hijrah Ibrahim a.s. dan Luth a.s.
Tema 2: Masjid Al-Aqsha, Masjid Kedua Dibangun di atas Bumi
Tema 3: Masjid Al-Aqsha Qiblat Muslim Pertama
Tema 4: Hukum Meninggal dalam Kiblat Baitul Maqdis
Tema 5: Perpindahan Kiblat
Tema 6: Keutamaan Sahabat yang Shalat dengan Dua Kiblat
Tema 7: Diperintahkan Pergi ke Masjid Al-Aqsha 10
Tema 8: Khutbah Nabi Yahya a.s. di Baitul Maqdis
Tema 9: Keutamaan Shalat di Masjid Al-Aqsha
Tema 10: Shalat di Baitul Maqdis dan Ampunan Dosa
Tema 11: Masjid Al-Aqsha dan Berita Kehancuran Yahudi
Tema 12: Baitul Maqdis dan Tanda-tanda Kiamat
Tema 13: Baitul Maqdis dan Penahanan Matahari
Tema 14: Berkah Baitul Maqdis dalam Menghalalkan Ghanimah
Tema 15: Nabi Memberikan Gambaran Tentang Baitul Maqdis
Tema 16: Nabi Muhammad Meletakan Kakinya di Baitul Maqdis
Tema 17: Baitul Maqdis dan Peristiwa Isra Mi’raj
Tema 18: Nabi Musa a.s. Shalat di Kuburannya Dekat Baitul Maqdis
Tema 19: Baitul Maqdis dan Hidayah Fitrah
Tema 20: Nabi Shalat Bersama Para Nabi Di Baitul Maqdis
Tema 21: Mimpi Rasulullah Saw. Malam Isra`
Tema 22: Bernadzar Shalat di Baitul Maqdis
Tema 23: Hukum Menghadap Baitul Maqdis ketika Buang Hajat
Tema 24: Baitul Maqdis dan Tempat Golongan yang Dimenangkan
Tema 25: Doa Nabi Musa a.s. agar Dikuburkan Dekat Baitul Maqdis
Tema 26: Bumi Syam, Negeri Ribath Tempat Tinggal Orang Beriman
Tema 27: Kabar Gembira akan Kembalinya Khilafah di Baitul Maqdis
Tema 28: Malaikat Bentangkan Sayapnya di Negeri Syam
Tema 29: Syam Negeri Pilihan Allah untuk Hamba Pilihan
Tema 30: Tiang Kitab Suci, Agama, dan Kesempurnaan Agama
Tema 31: Penduduk Syam, Baromater Baik dan Buruk Kondisi Umat Islam
Tema 32: Doa Nabi Saw. untuk Keberkahan Negeri Syam
Tema 33: Penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi
Tema 34: Berihram dari Baitul Maqdis
Tema 35: Jibril a.s. Mengikat Buraq di Baitul Maqdis
Tema 36: Keluar Menuju Biatul Maqdis
Tema 37: Baitul Maqdis dan Gelar Abu Bakar As Sidiq
Tema 38: Baitul Maqdis dan Nasakh Al-Quran
Tema 39: Baitul Maqdis dan Hadis Paling Mulia bagi Syam
Tema 40: Doa Nabi Saw. untuk Penduduk Baitul Maqdis
Penutup
***
1. Dari Abdullah bin Amr berkata, Sesungguhnya
Rasulullah Saw. bersabda: “Akan terjadi hijrah
setelah hijrah, sebaik-baik penduduk bumi adalah
yang tinggal di tempat hijrah Nabi Ibrahim, dan
yang menetap di bumi adalah orang-orang buruk,
bumipun mencaci mereka, dan Allah membenci
mereka hingga Allah menggiring mereka ke neraka
bersama monyet dan anjing.” [Abu Dawud, Sunan Abu Dâwûd (2482), Ahmad bin Hanbal,
Al-Musnad (5562-6871, 6952), al-Hakim, Al-Mustadrak (8497),
adz-Dzhahaby tidak menyebutkannya dalam at-Talkhîsh.
Dalam riwayat lain (8558), adz-Dzahaby pernah
menyebutkanya menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim.
Dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilatu al-Ahâdîts ash-Shahîhah dan Shahîh at-Targhîb wa at-Tarhîb karena jalur
perawinya banyak]
Ibnu Taimiyah berkata: “Dikabarkan bahwa sebaik
penduduk bumi adalah mereka yang tinggal di
tanah hijrahnya Ibrahim a.s., yaitu Syam, dan
tempat hijrah Ibrahim a.s. disamakan dengan tempat hijrah nabi kita, Muhammad Saw. Sesungguhnya
(keutamaan) hijrah ke bumi hijrah yang lain telah
berakhir dengan adanya peristiwa Fathu Makkah.” [Ibnu Taimiyah, Manâqib asy-Syâm wa Ahluhû, hal. 83-84]
2. Masjid Al-Aqsha, Masjid Kedua Dibangun di atas Bumi
2. Dari Abu Dzar r.a. berkata, saya bertanya, wahai
Rasulullah, Masjid apa yang pertama kali dibangun
di atas bumi? Beliau menjawab, “Masjid Al-Haram,”
saya bertanya lagi, setelah itu masjid apa lagi?
Beliau menjawab, “Masjid Al-Aqsha”. Saya bertanya
lagi, berapa jarak (pembangunan) antara keduanya?
Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, kemudian
dimanapun kamu shalat maka sesungguhnya
keutamaan ada padanya)." [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3365 dan 3425). Muslim (520).
An-Nasa'i (689). Ibnu Majah (753), (21390, 21333, 21383, 21421).
Beliau berkata, bahwa sanadnya shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim. Muttafaq Alaih]
3. Masjid Al-Aqsha Qiblat Muslim Pertama
3. Dari Al-Barra', bahwa Nabi Saw. ketika pertama
kali tiba di Madinah, beliau singgah kepada nenek
moyangnya atau paman-pamannya dari Anshar.
Dan beliau melakukan shalat menghadap ke Baitul
Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas
bulan. Baitul Maqdis dijadikan kiblat sebelum
sebelum Ka'bah membuat beliau takjub. Shalat pertama yang beliau lakukan adalah shalat Ashar,
dilakukan bersama kaumnya. Salah seorang yang
shalat bersama beliau keluar dari masjid menemui
para jamaah masjid ketika sedang posisi ruku' seraya berkata: “Saya bersaksi dengan nama Allah,
saya telah shalat bersama Rasulullah Saw.
menghadap ke Makkah, maka merekapun memutar
arah menghadap Ka'bah. Dalam riwayat lain, saya
mendengar Al-Barra' r.a. berkata: “Kami shalat
bersama Nabi Saw. menghadap Baitul Maqdis
enam belas atau tujuh belas bulan kemudian
merubah arah menghadap qiblat.” [Al-Bukhari (4492). Muslim (525, 12). At-Tirmidzi (340). An-Nasa'I (487). Musnad Ahmad (2252). Penahqiq mengatakan,
hadis ini shahih (2991). Terdapat juga hadis ini dengan nomor
3270, hadis ini sanadnya shahih, 3270 hadis shahih dan
perawinya juga shahih. Malik bin Anas, Al-Muwaththa‟ (547). AlBaihaqi, Sunan Al-Baihaqi (2232, 2234). (Muttafaq ‘Alaih)]
4. Hukum Meninggal dalam Kiblat Baitul Maqdis
4. Dari Ibnu Abbas berkata, ketika Nabi Saw.
menghadap ke kiblat Ka'bah, para sahabat bertanya,
wahai Rasulullah bagaimana hukum mereka yang
telah wafat sedang mereka shalatnya menghadap
Baitul Maqdis? Kemudian Allah Swt. menurunkan
ayat: (Dan Allah tidak menyia-nyiakan keimanan
mereka). [Abu Dawud, Aunu Al-Ma'bûd, hal. 710, (4679). At-Tirmidzi,
Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (2964), dikatakan bahwa hadis ini hasan
shahih]
Zuhair berkata: Abu Ishaq menyampaikan kepada
kami, dari Al-Barra' tentang hadis ini:
sesungguhnya beliau wafat sebelum perubahan
kiblat serta banyak yang terbunuh sebelum
perubahan kiblat, saat itu kami tidak tahu apa yang
kami katakan lalu Allah menurunkan ayat: (Dan
Allah Swt. tidak menyia nyiakan keimanan
mereka). [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, (40), (399, 4486, 4492, 7252). Bab
Tafsir Ayat sayaqûlu as-sufahâ', vol. III, hal. 1356 (4486). Muslim,
Shahîh Muslim (525). At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (Sunan at-Tirmidzi) 741. Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (283, 304, 340,
3249), penahqiq buku ini mengatakan, hadis ini shahih lighairihi) dan perawinya dipercaya nomor 3363. Menurut penahqiq,
hadis ini shahih dan sanadnya lemah di nomor 2252, dan hadis
shahih di nomor 2691. Menurutnya, hadis ini shahih. Adapun
nomor 2691, menurutnya shahih lighairihi dan perawinya
dipercaya. Al-Hakim, Al-Mustadrak ala ash-Shahîhaini (3063).
Menurutnya, hadis ini sanadnya shahih. Ad-Dârimi, Sunan ad-Dârimi (1235). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (2231, 2709, 2792).
Ath-Thayalisi (719), Abu Awanah, vol. I, hal. 334. Ibnu Abi
Syaibah, vol. I, hal. 334. Ibnu Sa'ad, vol 1, hal. 504. Ad-Dâruquthni, As-Sunan, Vol I, hal. 273-274. Ibnu Hibban, Al-Ihsân, 1716. (Muttafaq ‘Alaih)]
5. Perpindahan Kiblat
5. Dari Abdullah bin bin Umar berkata, ketika orang
orang sedang shalat subuh di Quba, ada seseorang
datang lalu berkata, “Sesungguhnya telah
diturunkan al-Quran kepada Rasulullah Saw. tadi
malam. Beliau diperintah untuk menghadap Ka'bah,
maka menghadaplah kalian ke Ka'bah. Saat itu
wajah mereka menghadap ke Syam (Baitul Maqdis),
kemudian mereka berputar menghadap ke Ka'bah.” [Al-Bukhari, Shahîh Al-Bukhâri (7251, 4488, 4490-4491, 4493,
4494). Muslim (526, 13). Ad-Darimi, Sunan Ad-Dârimi (1234).
Malik bin Anas, Al-Muwaththa' (546). Ahmad, Mausû'ah (4642), menurutnya, hadis ini sanadnya shahih menurut syarat
Bukhari dan Muslim, terdapat beberapa nomor: 4794, 5934,
5827. Ad-Dâruquthni, Sunan Ad-Dâruquthni (1058),
menurutnya, sanadnya shahih. Abu Ya'lâ al-Mûshili, Al-Musnad (1509). (Muttafaq ‘Alaih)]
6. Dari Al-Barra' berkata, ketika Rasulullah Saw.
datang di Madinah shalat menghadap ke Baitul
Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan.
Waktu itu beliau berharap jika menghadap ke
Ka'bah, kemudian Allah menurunkan ayat
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai” (QS.
Al-Baqarah: 144). Kemudian shalat menghadap
Ka'bah bersama sahabat, saat itu shalat ashar.
Setelah itu seorang sahabat keluar menghampiri
orang Anshar yang sedang shalat lalu berkata: dia bersaksi bahwa ia shalat bersama Rasulullah Saw.
menghadap ke Ka'bah, mereka pun merubah arah
kiblat padahal mereka sedang ruku' Shalat Ashar. [Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhâri (7252). Muslim, Shahih Muslim
(527). Abu Dawud, Sunan Abû Dawûd (507). At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (2962), ia berkata, hadis ini shahih, (340), ia
berkata tentang hadis ini, sahih. An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i
(488). Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (1010). Ahmad, al-Mausu'ah (14034), ia berkata tentang hadis ini, sanadnya shahih
menurut syarat Muslim, terdapat juga pada nomor 4642. Ibnu
Khuzaimah, Shahîh ibnu Khuzaimah (430-431). Abu Ya'la,
Musnad Abi Ya'la (3826). Ad-Dâruquthni, Sunan ad-Dâruquthni
(1058), ia berkata, sanadnya shahih. Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi
(2284, 2289). (Muttafaq ‘Alaih)]
Dalam riwayat Muslim, dari Al-Barra' bin Azib
berkata, “Aku shalat bersama Nabi Saw. menghadap
Baitul Maqdis selama enam belas bulan sampai
turun ayat dari surat al-Baqarah, (Dan dimana saja
kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya).
(QS. al-Baqarah: 144), kemudian ayat itu turun.
Setelah Nabi Saw. shalat, salah seorang sahabat
keluar dan melewati orang Anshar yang sedang
shalat, beliau mengabarkan apa yang terjadi, mereka
pun merubah arah kiblatnya ke ka'bah.” [Muslim, Shahîh Muslim (225), Abu Ya'la al-Mushili, Musnad
(1509). (shahih)]
6. Keutamaan Sahabat yang Shalat dengan Dua Kiblat
7. Dari Anas r.a. berkata: “Tidak ada orang yang
tersisa shalat dengan dua arah kiblat kecuali aku.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (4489). (Shahih)]
7. Diperintahkan Pergi ke Masjid Al-Aqsha
8. Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw.
bersabda: “Janganlah melakukan perjalanan yang
memaksakan diri kecuali ke tiga masjid; Masjid al-Haram, Masjid ar-Rasul Saw., dan Masjid Al-Aqsha.” [Al-Bukhari (1191, 1197, 1864, Vol. II, hal. 591, 1995). Muslim,
Vol. II, hal. 975 (827), Vol. II, hal. 1014 (1397). At-Tirmidzi,
Sunan (326), ia berkata, hadis ini hasan shahih. Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Mâjah (1409-1410). An-Nasa'i, Sunan Nasâ'i (699).
Ahmad, Vol XIIV, hal 91, (11040). Penahqiq hadis berkata,
bahwa hadis ini shahih dan perawinya dipercaya, terdapat
dalam beberapa nomor: (10506, 11294, 11409, 11410, 11417,
11483, 11505, 11609, 11781). Ad-Darimi, Sunan ad-Dârimi (1421). Al-Baihaqi, Sunan Al-Baihaqi (20714, 4174). Abdurrazaq, Al-Mushannaf (9164). (Muttafaq ‘Alaih)]
Dalam riwayat dari Abu Hurairah, dari Bashrah bin
Abi Bashrah Al-Ghifari berkata, sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Jangan
bepergian kecuali ke tiga masjid; Masjid al-Haram,
Masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjid Baitul
Maqdis” [Malik bin Anas, Al-Muwaththa' (463). An-Nasa'i, Sunan an-Nasa'i (1429). Musnad Ahmad (11609, 11681, 11883), ia berkata
tentang hadis ini, hadis shahih. Ibnu Hibban, Shahîh Ibnu
Hibbân (2282). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (2975). (Shahih)]
8. Khutbah Nabi Yahya a.s. di Baitul Maqdis
9. Dari Zaid bin Salam, bahwa Aba Salam
mengatakan kepadanya, bahwa Al-Harts Al-Asy'ari
mengatakan kepadanya, bahwa Nabi Saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin
Zakaria untuk melakukan lima perkara, dan
memerintahkan kepada Bani Israil untuk
melakukannya juga, dan Yahya agak terlambat
melaksanakannya, maka Isa a.s. berkata,
Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk
melakukan lima perkara, dan agar kamu
memerintah Bani Israil untuk melakukannya,
apakah engkau yang memerintah mereka atau aku
yang memerintah mereka. Yahya pun berkata, “Aku
takut jika engkau mendahuluiku maka Allah akan
membinasakanku atau aku akan disiksa.” Yahya
kemudian mengumpulkan manusia di Baitul
Maqdis hingga masjid penuh bahkan sampai ke luar
masjid. Yahya berkata, “Sesungguhnya Allah
menyuruhku melakukan lima perkara dan aku
diperintahkan untuk menyuruh kalian
mengerjakannya juga. Pertama, Sembahlah Allah dan
janganlah menyekutukannya dengan apapun.
Perumpamaan orang yang menyekutukan Allah,
seperti orang membeli budak dengan hartanya
sendiri berupa emas atau perak lalu berkata kepada
budaknya, “Ini rumahku, ini pekerjaanku, maka
kerjakanlah dan berikan hasilnya kepadaku. Budak
tersebut pun bekerja tapi hasil pekerjaannya
diberikan kepada orang lain. Siapakah diantara
kalian yang menerima jika budaknya seperti itu?” Allah juga memerintahkan kalian shalat. Jika sudah
selesai shalat, janganlah kalian menoleh, karena
Allah menghadapkan wajah-Nya kepada wajah
hamba-Nya dalam shalatnya selama ia tidak
menoleh. Aku juga menyuruh kalian berpuasa.
Sesungguhnya perumpamaan orang yang berpuasa,
seperti orang berada dalam sebuah kelompok, ia
memiliki kantong yang di dalamnya terdapat
minyak kasturi, semua merasa takjub atau dibuat
takjub oleh wanginya. Dan sesungguhnya bau orang
yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah daripada
minyak kesturi. Aku juga menyuruh kalian
bersedekah. Sesungguhnya perumpamaan orang
yang bersedekah seperti orang yang ditawan
musuh, mereka mengikat tangannya ke lehernya,
kemudian mereka membawanya untuk dipenggal
lehernya, kemudian ia berkata, "Aku siap
menebusnya dari kalian dengan sedikit (harta) dan
banyak." Lalu ia menebus dirinya dari mereka. Aku
juga memerintahkan kalian untuk berdzikr kepada
Allah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang
berdzikir seperti orang dikejar musuh lari dengan
cepat, sehingga ketika ia menemukan benteng yang
kokoh, lalu ia melindungi dirinya dari musuh itu.
Begitu juga seorang hamba tidak dapat melindungi
dirinya dari setan kecuali dengan berdzikir kepada
Allah." Nabi Saw. bersabda, “Saya memerintahkan
kalian lima hal yang Allah perintahkan kepadaku,
yaitu; Mendengar, Taat, Jihad, Hijrah dan
Berjamaah. Sesungguhnya, siapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal, berarti telah melepaskan
ikatan Islam dari pundaknya kecuali ia kembali lagi.
Barangsiapa yang berlagak seperti jahiliyah,
sungguh itu bagian dari jahannam, lalu seseorang
bertanya, meskipun orang tersebut shalat dan puasa
wahai Rasul? Rasulullah menjawab, meskipun dia
shalat dan puasa. Maka berlakulah sesuai dengan
perilaku Allah yang menamakan kalian sebagai
Muslim, Mukmin, hamba Allah.” [At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ ash-Shahîh (2863), ia berkata, hadis ini
hasan shahih gharib. An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i, al-Mujtabâ
(930). Ahmad, al-Mausû'ah (17170). Ia berkata, bahwa hadis ini
shahih dan perawinya terpercaya, terdapat dalam beberapa
nomor: 17800. Ia berkata, hadis ini shahih dan sanadnya hasan.
At-Thabrani, Al-Kabir (3437-3438). Ath-Thayalisi (1161-1162).
Abu Ya'la, al-Musnad (1571). Ibnu Khuzaimah, Ash-Shahîh
(1895). Ibnu Hibban, Shahîh ibnu Hibbân (6233). Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. I, hal. 421 (1534, 505, 406). Dishahihkan oleh al-Hakim, berkata bahwa hadis ini shahih menurut syarat Al-Bukhari
dan Muslim. Sesuai dengan pendapat adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh-nya. Abdurrazzaq, al-Mushannaf (20709). (Hasan
Shahih)]
9. Keutamaan Shalat di Masjid Al-Aqsha
10. Dari Abu Dzar r.a. berkata, kami saling bertukar
pikiran bersama Rasulullah Saw., manakah yang
lebih utama Masjid Rasulullah atau Baitul Maqdis.
Rasulullah Saw. bersabda: “Sekali shalat di masjidku
lebih utama empat kali daripada Baitul Maqdis, dan
ia adalah sebaik-baik tempat shalat. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah
seukuran kekang kudanya, dari tempat itu ia melihat
Baitul Maqdis lebih baik dari dunia keseluruhan,
atau lebih baik dari dunia dan seisinya.” [Al-Hakim, al-Mustadrak (8553). Al-Hakim berkata, hadis ini
hasan namun tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Dishahihkan oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhish menurut
syarat al-Bukhari dan Muslim. Al-Baihaqi, Syu'abu al-Îmân
(3849, 4145). Al-Haitsami, az-Zawâ'id, vol. IV, hal. 7. Dishahihkan juga oleh al-Albani dalam Silsilatu al-Ahâdîts ash-Shahîhah. (Shahih)]
10. Shalat di Baitul Maqdis dan Ampunan Dosa
11. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ketika
berada di dinding rumahnya di Thaif, dikatakan
padanya, bumi yang tenang... Ia berkata, aku
mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Sulaiman bin Dawud a.s. meminta
kepada Allah tiga hal dan diberikan dua, dan kami
berharap agar beliau mendapatkan yang ke-tiga;
beliau pun meminta ketepatan dalam memutuskan
kebijakan, Allah pun mengabulkannya. Ia meminta
kerajaan yang tidak diberikan kepada siapapun setelahnya, Allah pun mengabulkannya. Ia juga
memohon kepada Allah agar siapapun yang keluar
dari rumahnya tidak ada keinginan lain kecuali
hanya untuk shalat di Masjid ini, maka
kesalahannya keluar darinya seperti anak yang baru
dilahirkan ibunya. Maka kami berharap agar Allah
Swt. mengabulkannya. [Musnad Ahmad (6644), penahqiq berkata, hadis ini
sanadnya shahih dan perawinya dipercaya yang masuk dalam
para perawi dalam Al-Bukhari dan Muslim. Al-Hakim
meriwayatkan dengan sanad yang sama dan menshahihkannya
dalam kitabnya (83). Sesuai juga dengan adz-Dzahabi dalam at-Talkhish, ia meriwayatkannya (3624). Dishahihkan dan diterima
oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. Abdullah bin Fairuz
berkata, perawinya dipercaya, sesuai dengan syarat Al-Bukhari
dan Muslim, dan tidak ada cacat. Al-Auza'i berkata, bahwa
hadis ini shahih diriwayatkan oleh para imam hadis, bahkan Al-Bukhari dan Muslim berhujjah dengan pera perawi hadis ini.
Ibnu Hibban (1633, 6420). (shahih)]
11. Masjid Al-Aqsha dan Berita Kehancuran Yahudi
12- Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw.
bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sampai kalian
memerangi Yahudi, hingga batu yang di
belakangnya ada orang Yahudi berkata: Wahai
Muslim, ini Yahudi dibelakangku, bunuhlah dia!”. [Al-Bukhari (2925, 2926), Muslim (2921)]
Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah
r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Kiamat
tidak akan pernah terjadi, sampai orang Muslim
memerangi orang Yahudi. Sehingga orang Yahudi
bersembunyi di belakang batu atau kayu. Kemudian batu dan kayu tersebut berkata: Wahai Muslim,
wahai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku,
kemarilah dan bunuhlah dia. Kecuali Ghorqod*,
karena ia merupakan pohon orang Yahudi.”
*Pohon Ghorqod sejenis kayu berduri yang dikenal di Baitul
Maqdis. Abu Huzaifah ad-Dainury berkata, “Jika Ausajah
(tanaman berduri sejenis pohon terong) membesar maka ia menjadi
Gharqadah (pohon yahudi)”.
12. Baitul Maqdis dan Tanda-tanda Kiamat
A. Kabar Gembira Pembebasan Baitul Maqdis
13. Dari Auf bin Malik berkata, aku mendatangi
Rasulullah Saw. saat perang Tabuk dan beliau
berada di kubah yang terbuat dari kulit, kemudian
beliau bersabda: “Hitunglah enam tanda hari
kiamat; kematianku, dibebaskannya Baitul Maqdis,
dua kematian yang menimpa kalian seperti
kambing, melimpahnya harta sehingga seorang
diberi 100 dinar tetap marah tidak rela, fitnah yang
masuk ke setiap rumah masyarakat Arab tanpa
kecuali, perdamaian antara kalian dan bangsa kulit
Kuning (Romawi) kemudian mereka mengingkari dan menyerang kalian dari 80 arah, setiap arah
terdapat 12000 pasukan”. [Al-Bukhari (3176), Ibnu majah (4042), Imam Ahmad (6623),
komentar beliau derajat hadisnya Hasan Lighairihi, (22053,
24040), Imam Hakim (8295), ia menshahihkannya dan disetujui
oleh Imam Adz-Dzahaby (6324, 8303, 8297). Al-Haitsamy
dalam Majma' Az-Zawâ'id (122432). Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (244, 368), al-Baihaqi, Syu'abul Iman (19331). (Shahih)]
B. Baitul Maqdis dan Pembunuhan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj
14. Dari Nawas bin Sam'an berkata: Suatu pagi,
Rasulullah Saw. bercerita tentang Dajjal, terkadang
beliau melirihkan dan meninggikan suaranya,
sehingga kami mengira berada dalam kelompok
lebah... Lalu beliau memanggil seorang pemuda dan
memukulnya dengan pedang, sehingga terbelah
menjadi dua bagian sebesar sasaran panah,
kemudian memanggilnya lagi dan pemuda tersebut
bangun dengan wajah berseri-seri sambil tertawa.
Dalam situasi seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus
Al-Masih putra Maryam, turun di sebuah menara
putih sebelah timur kota Damaskus, dengan
memakai dua mahrudah (kain yang dicelup dengan
Zafran) sambil meletakkan kedua telapak tangannya
pada sayap dua malaikat. Ketika menganggukkan
kepala, butiran seperti mutiara berjatuhan, dan
ketika mengangkat kepalanya, butiran seperti
permata berjatuhan. Maka tidaklah seorang kafir
yang menghirup aroma nafas Isa Putra Maryam melainkan dia akan mati. Aroma nafasnya tercium
hingga akhir pandangan mata. Nabi Isa kemudian
mencari Dajjal dan mendapatinya berada di
hadapan Gerbang Lud* kemudian membunuhnya.
*Sebuah kota terletak di sebelah Tenggara kota Yafa, 16 KM dari Yafa. [Ensiklopedi Modern, Vol. XXIV, hal. 210]
Nabi Isa kemudian ditemui oleh kaum yang dijaga
Allah dari fitnah Dajjal, beliau mengusap wajah
mereka sambil memberi tahu derajat mereka di
surga. Pada saat itulah Allah Swt. mewahyukan
kepada Nabi Isa a.s.: “Sesungguhnya aku telah
mengeluarkan hamba-hamba-Ku. Tidak ada
kekuatan apapun yang mampu membunuh mereka,
maka ungsikanlah hamba-hamba-Ku itu ke Gunung
Tursina”. Setelah itu Allah Swt mengutus Ya'juj
Ma'juj, mereka berjalan dengan cepat menelusuri
setiap penjuru bumi. Kelompok pertama mereka
melewati Danau “Thobariyyah” lantas meminum
airnya hingga habis.
*Terletak di dekat kota Thabaria, jaraknya dengan Baitul
Maqdis kurang lebih perjalanan tiga hari. Airnya manis dan
segar. (Lih. Yâqûtu Al-Hamawy: Mu‟jamu Al-Buldân).
Kelompok terakhir mereka pun
melaluinya lalu berkata: “Sebelumnya pernah ada
air di sini”. Mereka pun mengepung Nabi Isa a.s.
bersama para sahabatnya, sehingga hari itu kepala
sapi bagi mereka lebih berharga daripada seratus
dinar bagi kalian. Nabi Isa a.s. bersama sahabatnya
kemudian memohon pertolongan kepada Allah,
dan Allah pun mengirim Naghaf* kepada Ya‟juj
Ma‟juj menyerang leher mereka hingga mati semua.
*Belatung yang biasa ada di hidung unta dan kambing.
Setelah itu Nabi Isa a.s. bersama para sahabatnya
kembali turun ke bumi. Mereka tidak menemukan
sejengkal pun tempat di muka bumi kecuali
dipenuhi oleh lemak Ya'juj Ma'juj yang berceceran
dan bau busuk. Karena itulah Nabi Isa beserta
kaumnya kembali memohon kepada Allah agar
Allah hilangkan bau yang menjijikkan itu. Allah
kemudian menolong mereka dengan mengirimkan
burung besar berleher panjang seperti onta untuk
mengangkut potongan daging Ya'juj Ma'juj,
membuangnya ke tempat yang Allah kehendaki,
kemudian Allah Swt. menurunkan hujan untuk
menetralisir bumi sehingga bumi menjadi bersih
dan bening seperti cermin. Setelah bumi benar-benar
bersih, bumi diperintah: “Wahai bumi!
Tumbuhkanlah buah-buahan dan kembalikanlah
keberkahanmu! Sejak itu segolongan manusia mulai
memakan dan merasakan kembali buah delima,
menjadikan pelepah dan kelopak pepohonan
sebagai tempat berteduh. Keberkahan juga terlihat
dari susu yang dihasilkan dari binatang-binatang
ternak, bahkan susu onta yang sedang hamil tua
bisa mencukupi banyak orang, susu sapi hamil tua
mencukupi orang satu kabilah, susu kambing hamil
tua mencukupi satu kampung. Saat itu Allah
mengirimkan angin yang semerbak wangi
menghembus mengenai ketiak manusia, kemudian
secara lembut dan mesra mencabut ruh setiap
Mukmin dan Muslim, hingga yang tersisa hanya
orang-orang rusak, melakukan perzinahan di depan umum tanpa rasa malu sedikitpun seperti keledai.
Saat itulah kemudian terjadi dahsyatnya hari kiamat
kepada mereka.” [Muslim (2137), Ibnu Majah (4077), Abu Dawud (4321)
menilai hadis ini Shahih dan perawinya terpercaya, Imam
Ahmad (20199), Ibnu Hajar mengomentari riwayat Imam
Ahmad, bahwa isnadnya Hasan, Fathu Al-Bâri, vol. VI, hal. 610.
(Shahih)]
Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, dari Abdurrahman bin Zaid bin Jabir
dengan sanad yang sama, tapi dengan tambahan
redaksi setelah kalimat, “Sebelumnya di sini
terdapat air kemudian mereka berjalan sampai
Gunung Khamar*.” “Yaitu Gunung Baitul Maqdis”.
*Gunung Khamar adalah gunung yang dipenuhi pepohonan
sehingga menutupi siapapun yang ada di bawahnya.
Ditafsirkan juga sebagai Gunung Baitul Maqdis karena
pohonnya yang banyak.
Mereka berkata: “Kita telah membunuh orang-orang
yang ada di bumi, mari kita bunuh yang ada di
langit.” Mereka pun melesatkan panah ke langit
namun Allah membalikkan panah mereka dengan
lumuran darah. Disebutkan dalam riwayat Ibnu
Hujr: "Sesungguhnya Aku telah menurunkan
hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun yang bisa
memerangi mereka." [Muslim (111, 2137). (Shahih)]
Ibnu Taimiyyah berkata, “Dalil-dalil menunjukan
bahwa sesungguhnya kekuasaan kenabian itu ada di
Syam. Perkumpulan (hasyr) juga di situ. Maka ke
Baitul Maqdis dan sekitarnyalah penciptaan dan
akhir segala urusan. Disanalah akan dikumpulkan
makhluk. Islam pun pada akhir zaman akan berjaya
disana.” [Majmû' al-Fatâwâ, vol. XXVII, hal. 44]
15. Dari Abu Umamah al-Bahily berkata, Rasulullah
Saw. Pernah berkhutbah, dan kebanyakan isi
khutbahnya tentang Dajjal sekaligus mewanti-wanti kami. Diantara sabdanya adalah: “Sungguh
tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal
di muka bumi ini sejak Allah menciptakan anak
cucu Adam,” Sampai beliau mengatakan, “Pada saat
itu jumlah mereka sedikit, dan kebanyakan mereka
berada di Baitul Maqdis, imam mereka adalah
seorang lelaki shaleh. Ketika imam mereka maju
untuk melakukan shalat bersama mereka,” Ummu
Syarik binti Abil Akar lalu bertanya, “Dimana
orang Arab saat itu?” Rasulullah menjawab, “Waktu
Subuh. Tiba-tiba Nabi Isa a.s. Al-Masih turun, maka
mundurlah imam mereka ke belakang agar Isa a.s.
maju untuk mengimami shalat. Isa a.s. lalu
meletakkan tangannya di antara kedua bahu imam
mereka sambil berkata, 'Majulah kamu dan
pimpinlah shalat, karena sesungguhnya shalat
ditegakkan untuk kamu.' Akhirnya pemimpin
mereka pun maju dan mengimami mereka shalat.
Seusai shalat Isa a.s. berkata, 'Bukalah pintu.'
Mereka pun membukakan pintu, ternyata di
belakangnya Dajjal telah menunggu bersama
dengan tujuh puluh ribu orang Yahudi, masing-masing memiliki pedang terhunus yang terbuat dari
emas. Ketika Dajjal memandang Isa a.s., Dajjal
pun meleleh (hancur) seperti garam larut bersama
air. Nabi Isa a.s. kemudian berkata: “Aku punya
pukulan untukmu yang tidak ada seorangpun yang mampu mengalahkannya.” Nabi Isa a.s.
menemukan Dajjal berada di pintu Kota Ludd
bagian timur, Nabi Isa pun membunuhnya. Allah
pun menghancurkan orang Yahudi. Tidak ada satu
makhluk ciptaan Allah pun yang dijadikan
pelindung oleh Yahudi, melainkan Allah jadikan
berbicara, mulai dari batu, pohon, dinding, dan
binatang ternak kecuali pohon Gharqad. Sebab ia
merupakan dari pohon Yahudi. Tidak ada yang
diucapkan kecuali, "Wahai hamba Allah yang
Muslim! Di sini ada orang Yahudi, kemarilah dan
bunuhlah dia." [Ibnu Majah (4077), dihasankan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani
dan dishahihkan oleh Al-Albani. (Shahih)]
C. Baitul Maqdis Tidak Dimasuki Dajjal
16. Dari Junadah bin Abu Umayyah al-Azry berkata,
aku pernah pergi bersama seorang lelaki dari
Anshar menemui seorang sahabat Rasulullah Saw.,
kami pun berkata, ceritakan pada kami apa yang
kau dengar dari Rasulullah Saw. tentang Dajjal,
dan jangan ceritakan dari selain beliau, walaupun
cerita itu benar. Sahabat itupun berkata, Rasulullah
Saw. pernah berkhutbah, “Berhati-hatilah kalian
dengan Dajjal! “Berhati-hatilah kalian dengan Dajjal!
“Berhati-hatilah kalian dengan Dajjal! Karena tiada
seorang nabi pun yang diutus kecuali pasti
mengingatkan umatnya tentang Dajjal. Wahai
ummatku! Sesungguhnya Dajjal berada di dalam
kalian wahai umatku, ia hidup 40 pagi (hari) di
bumi, sehingga sampai pada setiap penjuru bumi.
Dan sesungguhnya ia tidak akan bisa mendekati
empat masjid; Masjidil Haram, Masjid Rasulullah,
Masjid Al-Maqdis, dan Masjid Thur. Dan sesuatu
yang menyerupai sesuatu yang lain bagi kalian, sesungguhnya Allah tidak pecak. (diulang dua
kali).” [Ahmad, vol. V, hal. 364. Ibnu Abi Syaibah mengomentari
Imam al-Haitsami dalam Majma' az-Zawa'id, diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dengan perawi yang shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani. Ibnu Hajar berkata, perawinya terpercaya, Fathu al-Bâri, Vol. 13, hal. 105. (Shahih)]
Dalam riwayat yang lain disebutkan,
“Sesungguhnya Dajjal akan menguasai bumi,
kecuali Masjidil Haram dan Baitul Maqdis. Dajjal
akan menggiring orang-orang Islam ke Baitul
Maqdis, kemudian mereka dikepung dengan keras.”
Al-Aswad berkata, “Perkiraan saya, Nabi Isa a.s.
putra Maryam berteriak sehingga Dajjal beserta bala
tentaranya dihancurkan Allah.” [Ahmad, al-Musnad. ath-Thabrani, al-Mu'jam, Ibnu Hibban,
Shahih Ibnu Hibbân, al-Hakim, al-Mustadrak. Ia berkata, hadis ini
sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. Ibnu Hajar berkata,
perawinya terpercaya, Fathu al-Bâri, vol. XIII, hal. 105. (Shahih)]
D. Hanya Baitul Maqdis Yang Tersisa Setelah Seluruh Kota Hancur
17. Dari Mu'adz bin Jabal r.a. berkata, Rasulullah
Saw., bersabda, “Makmurnya Baitul Maqdis adalah
hancurnya kota Yatsrib (Madinah), dan hancurnya
kota Yatsrib merupakan tanda permulaan al-malhamah, permulaan al-malhamah merupakan
tanda penaklukan Kostantinopel, dan penaklukan
Kostantinopel merupakan tanda kemunculan Dajjal.
Rasulullah kemudian menepukkan tangannya ke
paha atau pundak orang yang beliau ceritakan, lalu
beliau bersabda, “Sesungguhnya ini adalah benar,
seperti benarnya engkau sedang berada disini atau
seperti benarnya engkau duduk di sini,” maksudnya
kepada Muadz bin Jabal." [Abu Dawud (4294), Ahmad (5/232, 245), Abu Ya'la al-Mushili,
Musnad (6417) dishahihkan oleh al-Albani (4096). (Shahih)]
E. Baitul Maqdis dan Telaga Rasulullah Saw.
18. Dari Abu Sa'id al-Khudri berkata, bahwa Nabi
Saw. bersabda, “Sesungguhnya Aku mempunyai
telaga antara Ka'bah dan Baitul Maqdis, putih
seperti susu, wadahnya sebanyak bilangan bintang.
Dan aku nabi yang paling banyak pengikutnya di
hari kiamat”. [Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (4301), al-Bushairi berkata,
hadis ini lemah karena ada Athiyah al-Aufy. Dishahihkan oleh
al-Albani. Abu Ya'la dalam Musnadnya (1028). (Shahih)]
F. Baitul Maqdis dan Melihat Neraka Jahannam
19. Dari Ziyad bin Abu Saudah r.a. berkata, Suatu
ketika Ubadah bin Shamit pernah menangis di pagar timur Baitul Maqdis. Sebagian mereka bertanya, apa
yang membuatmu menangis, wahai Abul Walid?
Lalu ia menjawab, Rasulullah Saw. mengabarkan
bahwa beliau melihat neraka dari tempat ini”. [Al-Hakim, al-Mustadrak (8785). Ia berkata, hadis ini sanadnya
shahih, tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Disetujui oleh adz-Dzahaby dalam at-Talkhish. Dan ia berkata,
hadis ini Shahih. Ibnu Hibban (7464-7465). (Shahih)]
G. Baitul Maqdis Negeri Mahsyar dan Mansyar
20. Dari Maimunah binti Sa'ad r.a. isteri Nabi Saw.
berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw.,
Wahai Rasulullah! fatwakan kepada kami tentang
Baitul Maqdis? Beliau menjawab, “Ia adalah negeri
mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penebaran).
Datanglah kalian dan shalatlah kalian di sana,
karena satu kali shalat di sana sama dengan seribu kali shalat di tempat lain”. Aku bertanya lagi,
“Bagaimana jika aku tidak mampu
mendatanginya?” Beliau menjawab, “Kirimkan
minyak untuk menyalakan lampu yang ada di
dalamya. Siapa yang melakukan hal itu maka ia
seperti telah mendatanginya”. [Ibnu Majah (1407). Ia berkata, sanadnya shahih dan perawinya
terpercaya. Ahmad, vol. 6, hal. 463, Abu Dawud (457), ath-Thabrani dalam al-Mu'jamu al-Kabir, vol. XXV, hal. 54. Al-Baihaqi (4418). Abu Ya'la (7088). Dishahihkan oleh al-Albani]
Ibnu Taimiyah berkata, “Dalil-dalil tersebut
menunjukan bahwa sesungguhnya kekuasaan
kenabian itu ada di Syam. Tempat perkumpulan
(hasyr) di sana. Segala penciptaan dan akhir segala
urusan kembali kepada Baitul Maqdis dan
sekitarnya. Disanalah akan dikumpulkan semua
makhluk. Islam pada akhir zaman pun akan
berkuasa disana”. [Majmu' Al-Fatâwâ, Vol. 27, hal. 44]
13. Baitul Maqdis dan Penahanan Matahari
21. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw.
bersabda, “Sesungguhnya tidak pernah terjadi
penahanan matahari bagi manusia, kecuali terhadap
Yusya' bin Nun, beberapa malam ia berjalan menuju
Baitul Maqdis”. [Ahmad (8315). Penahqiq mengatakan, hadis ini sanadnya
shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Dikeluarkan juga oleh
imam al-Khatîb al-Baghdâdi dalam tarikhnya, vol. VII, hal. 34-35,
Ya'kub bin Sufyan dalam al-Ma'rifah wat tarikh (2172). ath-Thahawi; Syarhu Musykilu al-Âtstâr (1069-1070), dishahihkan oleh al-Albani, vol. V, hal. 266-267, ia mengatakan, sanadnya
baik sesuai dengan syarat Al-Bukhari. (Shahih)]
14. Berkah Baitul Maqdis dalam Menghalalkan Ghanimah
22. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw.
bersabda: “Salah seorang nabi berperang, lalu
berkata kepada kaumnya, “Jangan ikut perang orang yang baru saja menikah dan sedang
melangsungkan malam pertamanya! Jangan pula
orang yang sedang membangun rumah dan belum
sempat memasang atapnya! Jangan pula orang yang
membeli kambing atau unta bunting sedang ia
menunggu kelahiran anak binatang ternaknya”.
Lalu nabi tersebut berperang, dan ketika mendekati
sebuah kota*, masuk waktu shalat Ashar atau
hampir masuk, kemudian ia berkata kepada
matahari:
*Al-Hakim dalam riwayatnya menyebutkan nama Areeha,
dari Ka‟ab (Vol. 2, hal. 151)
“Sesungguhnya kamu (matahari)
diperintah dan saya juga diperintah, Ya Allah,
tahanlah matahari (agar jangan terbenam dahulu)”,
maka matahari pun ditahan, sampai Allah
membukakan kemenangan untuknya. Lalu
dikumpulkan ghanimah (harta rampasan perang),
kemudian datanglah api untuk memusnahkannya,
namun ia tidak mau membakarnya, maka nabi
tersebut berkata: “Sesungguhnya diantara kalian
ada yang korupsi, maka berbaiatlah kepadaku setiap
kabilah satu orang, lalu ada seorang yang
melekatkan tangannya kepada tangan nabi tersebut,
lalu nabi berkata: “Anggota kabilahmu ada yang
korupsi, maka berbaiatlah seluruh anggota
kabilahmu, kemudian ada dua atau tiga orang yang
tangannya menempel di tangan nabi tersebut”. Ia
pun berkata: “Kalian telah melakukan korupsi!”,
mereka pun membawa emas seukuran kepala sapi
lalu dikumpulkan bersama ghanimah lainnya, setelah itu api datang memakan semua harta
tersebut. Kemudian Allah Swt. menghalalkan
ghanimah untuk kita, ketika melihat kondisi kita
yang lemah dan kekurangan, sehingga dihalalkan
kepada kita” [Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari (3124), Muslim (1747), Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (8238). Menurut penahkiknya, hadis ini
shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim, Abdurrâzaq, al-Mushannaf (9492). Al-Baghawi (2719). Ibnu Hibban (4808). Al-Baihaqi, vol. VI, hal. 290. Al-Hakim, vol. II, hal. 151 dan 2618.
Beliau mengatakan, hadis ini shahih gharib tidak dikeluarkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahabi.
(Muttafaq Alaih)]
Diriwayatkan dari Ka'ab al-Ahbar, bahwa ia pernah
berkata kepada Abu Hurairah r.a.: Wahai Abu
Hurairah, “Apakah Nabi Saw. menceritakan siapa
nabi tersebut diatas?” Abu Hurairah menjawab,
“Tidak.” Ka'ab berkata, “Ia adalah Yusya' bin Nun.”
Ia bertanya lagi, “Apakah Nabi mengabarkan
kotanya?” Abu Hurairah menjawab, “Tidak.” Ka'ab
berkata, “Ia adalah kota Areeha”. [Thariq Suwaidan; Falistin at-tarikh al-Mushowar, hal. 3.
Areeha 1186 SM]
15. Nabi Memberikan Gambaran Tentang Baitul Maqdis
23. Dari Ibnu Syihab, Abu Salamah berkata, Aku
mendengar Jabir bin Abdullah r.a. berkata, aku
mendengar Rasulullah Saw., bersabda: "Ketika
kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan
Mi'raj) aku berdiri di al-Hijir, kemudian Allah
menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku
mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya, sedang aku terus melihatnya". Ya'kub bin
Ibrahim menambahkan, “Anak saudaraku, Ibnu
Syihab telah menceritakan kepada kami, dari
pamannya bahwa: “Ketika kaum Quraisy
mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku
berdiri di al-Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, (dengan cerita yang
sama)”. [Al-Bukhari (4710), Muslim (170), at-Tirmidzi (3133), ia
mengatakan, hadis ini Hasan Shahih. Ahmad, al-Mausu'ah
(15034-15035), beliau mengatakan, hadis ini shahih sesuai syarat
al-Bukahri dan Muslim, Abu Ya'la (2091). (Muttafaq Alaih)]
16. Nabi Muhammad Meletakan Kakinya di Baitul Maqdis
24. Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: “Pada malam diamana aku di isra' kan,
aku menginjakan kakiku, -dalam redaksi yang lain-
(aku menaikkan kakiku), di tempat dimana para
nabi meletakan kakinya di Baitul Maqdis, kemudian
diperlihatkan kepadaku Isa bin Maryam,” Rasul
Saw. berkata, “Ternyata sangat mirip dengan Urwah
bin Mas'ud. Kemudian diperlihatkan kepadaku
Musa, ternyata ia seorang lelaki yang sempurna
(jauh dari kekurangan). Kemudian diperlihatkan padaku Ibrahim, ternyata beliau paling mirip
dengan sahabat kalian”, yaitu Rasulullah Saw.”. [Ahmad, al-Mausû‟ah (10830). Beliau berkata, hadis ini sahih,
sanadnya hasan. Muslim (172, 278). An-Nasai, al-Kubrâ (11480),
at-Thahawy, Musykil al- Âtsâr (5011). Al-Baihaqi, ad-Dala'il
(2/358, 7789). (Shahih)]
17. Baitul Maqdis dan Peristiwa Isra Mi’raj
25. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Aku didatangi Buraq,
yaitu binatang berwarna putih, lebih tinggi dari
keledai, lebih kecil dari anak keledai, langkahnya
sejauh akhir pandangan mata. Aku menugganginya
hingga sampai di Baitul Maqdis. Kemudian aku
mengikatnya di sebuah lingkaran sebagaimana para
nabi juga mengikat buraqnya di situ. Setelah itu aku
masuk ke dalam masjid dan shalat dua rakaat
setelah itu aku keluar. Lalu datanglah Jibril a.s.
membawa segelas khamr dan segelas susu, lalu aku memilih susu. kemudian Jibril a.s. berkata, “Engkau
telah memilih fitrah” Lalu kami berangkat hingga ke
langit dunia. (Sampai di sana) Jibril minta
dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Jibril”. Jibril ditanya lagi, “Siapa
bersamamu?” “Muhammad.,” jawab Jibril. Ditanya,
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Malaikat
penjaga pun membukakan untuk kami. Ternyata
kami bertemu dengan Adam a.s. menyambut dan
mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku
dinaikan ke langit kedua, (Sampai di sana) Jibril
minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa
bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya:
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya.
Kemudian dibukakan untuk kami, ternyata aku
bertemu dengan Isa bin Maryam a.s. dan Yahya bin
Zakaria a.s., mereka berdua mengucapkan selamat
dan mendoakanku kebaikan. Kemudian aku
dinaikan ke langit ketiga, (Sampai di sana) Jibril
minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa
bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya:
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. ternyata
aku bertemu nabi Yusuf yang memberikan separo
kebaikan, dan dia mengucapkan selamat serta
mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku
dinaikan ke langit ke empat, (Sampai di sana) Jibril
minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya:
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Ternyata
aku bertemu dengan Nabi Idris a.s., beliau
mengucapkan selamat dan mendoakan kebaikan
untukku. Allah berfirman, “Dan kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (QS.
Maryam: 57). Kemudian aku dinaikan ke langit kelima, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia
ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.”
Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,”
jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?”
“Ya,” jawabnya. Ternyata aku bertemu dengan nabi
Harun a.s., dia mengucapkan selamat dan
mendoakan kebaikan padaku. Kemudian aku
diberangkatkan lagi ke langit ke-enam, (Sampai di
sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa
ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa
bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya:
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Ternyata
aku bertemu dengan Musa a.s., beliau mengucapkan
selamat dan mendoakanku. Kemudian aku dinaikan
ke langit ketujuh, (Sampai di sana) Jibril minta
dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril
menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa
bersamamu?” “Muhammad” jawab Jibril. Ditanya:
“Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya., teryata
aku bertemu dengan Ibrahim a.s., yang sedang
bersandar di Baitul Makmur. Ternyata setiap hari
tempat itu didatangi oleh tujuh puluh ribu malaikat
dan tidak kembali lagi. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha, ternyata daunnya seperti telinga
gajah, buahnya seperti tiang kayu. Beliau bercerita,
setelah tertutup atas perintah Allah lalu berubah.
Tidak ada seorangpun yang mampu memberikan
keterangan tentangnya. Kemudian Allah
memberikan wahyu, diwajibkan atasku 50 kali
shalat sehari-semalam. Tatkala aku turun dan
bertemu Musa a.s., ia bertanya: “Apa yang telah
difardhukan Tuhanmu kepada umatmu?” Aku
menjawab: “Salat lima puluh kali.” Dia berkata:
“Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah
keringanan, karena umatmu tidak akan kuat
melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada
Bani Israil.” Aku pun kembali kepada Tuhanku dan
berkata: “Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas
umatku.” Lalu Allah mengurangi lima shalat dariku.
Aku kembali kepada Nabi Musa a.s. dan aku
katakan: “Allah telah mengurangi lima waktu shalat
dariku.” Dia berkata: “Umatmu masih tidak
sanggup melaksanakan itu.” Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Tak hentihentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi
Musa a.s. sampai Allah berfirman: “Hai
Muhammad! Sesungguhnya kewajibannya adalah
lima waktu salat sehari semalam. Setiap shalat
mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima
shalat sama dengan lima puluh salat. Dan barang
siapa yang berniat untuk kebaikan, tetapi tidak
melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan
baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa
yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya,
maka tidak sesuatu pun dicatat. Jika ia
mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu
kejahatan.” Aku turun hingga sampai kepada Nabi
Musa a.s., lalu aku beritahukan padanya. Dia masih
saja berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan.” Aku menyahut: “Aku telah
bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu
kepada-Nya”. [Al-Bukhari (3207, 3393, 3430, 3887). Muslim (162-164),
teksnya riwayat Muslim. An-Nasa'i (447-450), at-Tirmidzi
(3346), Ahmad, al-Mausû'ah (12505), ia mengatakan, isnadnya
shahih dan perawinya terpercaya, al-Hakim (8793), ia
mengatkan, hadis in diperselisihkan, dan Ahmad
mendhoifkannya, Abu Ya'la (5036, 3375), al-Bazzâr (1568).
(Muttafaq Alaih)]
18. Nabi Musa a.s. Shalat di Kuburannya Dekat Baitul Maqdis
26. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, Rasulullah
Saw. bersabda, “Di malam Isra aku melewati Nabi
Musa sedang shalat di kuburannya”. [Muslim (2375, 165), Ahmad (12210) dan ia mengatakan,
sanadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim. An-Nasa'i
(1632-1635). Abu Ya'la (4067, 4084, 4085). Ibnu Hibban (49). al-Baghawi (3760). Ibnu Khuzaimah, at-Tauhîd, vol. II, hal. 882.
(Shahih)]
Dalam
riwayat lain, dari Anas bin Malik r.a., berkata,
Rasulullah Saw., bersabda: “Dimalam Isra' aku
melewati Musa a.s., yaitu di samping bukit merah
sedang shalat di kuburannya”. [Muslim (164), Ahmad (19/484, 12504), ia mengatakan,
isnadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim, An-Nasa'i
(1630-1631). Abu Ya'la (3325). Ibnu Hibban (50). Abu Nuaim, al-Hilyah (6/253). (Shahih)]
19. Baitul Maqdis dan Hidayah Fitrah
27. Dari Abu Hurairah r.a.: “Pada malam ketika
Rasulullah diisra'kan di Iliya, dihidangkan kepada
beliau dua bejana; khamr dan susu. Lalu beliau
melihat keduanya dan mengambil bejana yg berisi
susu. Jibril a.s. pun berkata: Segala puji bagi Allah
yg telah menunjukkan kepadamu fitrah, sekiranya
engkau mengambil khamr maka umatmu
tersesat”. [Al-Bukhari (3/1457, 4709), Muslim (162), At-Tirmidzi (3130), al-Hakim (272) beliau mengatakan hadis ini shahih. Ahmad, Al-Mausu'ah, vol. 16, hal. 379, (7789, 10647)]
20. Nabi Shalat Bersama Para Nabi Di Baitul Maqdis
28. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw.,
bersabda: “Ketika aku berada di Hijir, orang-orang
Quraisy menanyaiku tentang Isra‟. Mereka
menanyaiku tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan Baitul Maqdis yang tidak aku ketahui. Maka aku merasakan kesulitan yang belum
pernah kualami. Tiba-tiba Allah ta‟ala
memperlihatkan kepadaku sehingga aku dapat
melihatnya. Tidak ada satupun yang mereka
tanyakan kecuali aku dapat menjawabnya. Aku juga
teringat ketika aku berada di tengah-tengah para
nabi, tiba-tiba aku melihat Musa a.s. tengah shalat.
Dia tampak gagah perkasa seperti orang-orang Banu
Syanu'ah. Akupun melihat Isa bin Maryam a.s.
sedang sholat. Dia sangat mirip dengan Urwah bin
Mas'ud ats-Tsaqafi. Aku juga melihat Ibrahim a.s.
sedang sholat. Dia sangat mirip dengan sahabatmu
(maksudnya dengan Nabi Muhammad Saw.).
Ketika dating waktu shalat aku mengimami mereka.
Seusai shalat, ada yang berkata: ”Hai Muhammad,
ini adalah malaikat penjaga Jahannam ucapkan
salam kepadanya.” Kemudian aku menoleh
kepadanya ternyata dia mendahuluiku
mengucapkan salam”. [Muslim (172). (Shahih)]
21. Mimpi Rasulullah Saw. Malam Isra'
29. Dari Ibnu Abbas r.a. tentang firman Allah Swt:
“Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami
perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi
manusia” (QS. Al-Isra: 60), Ia berkata, “Adalah
Mimpi yang jelas, pada malam isra` Rasulullah Saw.
diperlihatkan Baitul Maqdis. “Dan pohon terkutuk
dalam Al Qur'an.” (QS. al-Isra: 60), ia berkata, yaitu
pohon Zaqqum”. [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3888). At-Tirmidzi, al-Jâmi' (3134). At-Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih. Musnad
Ahmad (3500), sanadnya shahih dan perawinya shahih. Lihat
juga (1916), sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari. (sahih)]
22. Bernadzar Shalat di Baitul Maqdis
30. Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Ada seorang
wanita mengadu sambil berkata, “Jika Allah
menyembuhkanku, maka aku benar-benar akan
keluar menuju Baitul Maqdis dan shalat di sana.”
Wanita itu pun sembuh dari penyakitnya lalu segera
mempersiapkan perjalanan. Kemudian ia
mendatangi Maimunah isteri Nabi Saw., ia
mengucapkan salam atasnya dan mengabarkan
tentang perjalanan yang akan ia lakukan. Maka
Maimunah pun berkata, “Duduk dan makanlah apa
yang kamu inginkan, lalu shalatlah di Masjid
Rasulullah Saw., karena saya mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: “Satu shalat di Baitul Maqdis lebih utama daripada seribu shalat di masjid lain selain
Masjid Ka‟bah.” [Muslim, Shahîh Muslim (1396, 510). Ahmad, al-Mausû'ah, vol.
VI, hal. 222. Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (20716). (Shahih)]
23. Hukum Menghadap Baitul Maqdis ketika Buang Hajat
31. Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Orang-orang berkata, jika kamu membuang hajat maka
janganlah menghadap kiblat atau Baitul Maqdis.”
Lalu Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Suatu hari
aku pernah naik atap rumah kami, lalu aku melihat
Rasulullah Saw. buang hajat menghadap Baitul
Maqdis di antara dua dinding. Lalu ada seseorang
yang berkata, “Barangkali kamu termasuk dari
orang-orang yang shalat dengan mendekatkan paha
(ke tanah)?” Maka aku jawab, “Demi Allah, aku
tidak tahu.” Malik berkata, “Yaitu orang yang shalat namun tidak mengangkat (paha) dari tanah ketika
sujud, yakni menempel tanah.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (145). Muslim, Shahîh Muslim
(266)(61). Ahmad, al-Musnad (4991, 4606, 5747, 4847). Penahqiq
berkata, hadis ini sanadnya sahih menurut syarat al-Bukhari
dan Muslim. Abu Dawud, as-Sunan (12). Ibnu Majah, Sunan
Ibnu Mâjah (322). An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i (23). Ad-Darimi,
Sunan ad-Dârimi (667). Al-Baihaqi, vol. I, hal. 92. Ibnu Hibban,
ash-Shahih (1421). Imam Ali bin Umar ad-Daruquthni (169). Al-Baghawi (176). Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (13312). Imam
Malik bin Anas, al-Muwaththa' (512). Abu Ya'la, Musnad Abu
Ya'la (5741). (Muttafaq ‘Alaih)]
Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Aku pernah
naik di atas rumah Hafshah karena suatu urusanku,
lalu aku melihat Rasulullah Saw. buang hajat
membelakangi kiblat dan menghadap Syam.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3102). Muslim, Shahîh Muslim
(266, 62). At-Tirmidzi, Shahîh al-Jâmi‟ (11). Ia berkata, bahwa
hadis ini hasan shahih. Ahmad, al-Mausû'ah (4606). Ia berkata,
hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan
Muslim, terdapat pada nomor: (4617, 4991, 5715, 5741, 5737,
5941). Ibnu Khuzaimah, Shahîh ibnu Khuzaimah (59). Ibnu
Hibban (1418). Ath-Thahawi, vol. 4, hal. 34. Al-Baghawi (175).
Abu Ya'la al-Mushili, al-Musnad (5741). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi. (438). (Muttafaq ‘Alaih)]
24. Baitul Maqdis dan Tempat Golongan yang Dimenangkan
32. Dari Umair bin Hani bercerita kepadanya
berkata, Saya mendengar Mu'awiyah berkata di atas
mimbar, Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
"Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang
menegakkan perintah Allah, tidak ada yang
membahayakan mereka orang yang menghinakan
atau menyelisihi mereka, hingga datangnya hari
kiamat, dan mereka akan selalu menang atas
manusia." Lalu Malik bin Yukhamir As-Saksaki
berkata, “Wahai Amirul Mukimin, saya mendengar
Muadz bin Jabal berkata, “Mereka adalah penduduk
Syam,” lalu Mu'awiyah berkata dengan mengangkat
suaranya, “Inilah Malik, menyatakan bahwa ia telah mendengar Muadz mengatakan, mereka adalah
penduduk Syam.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3641, 7460). Muslim, Shahîh
Muslim (1923, 174). Ahmad, al-Mausû'ah (16932, 16849). Ia
berkata, sanadnya shahih dan perawinya dipercaya dan
shahih, hadis ini diriwayatkan dengan redaksi yang beragam,
redaksinya dari Ahmad. Abu Ya'la (7383). Ath-Thabari,
Tahdzîbu al-Âtsâr (1151). Abu Nuaim, al-Hilyah, vol. 5, hal. 158-
159. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr, vol. 19, hal. 899.
(Muttafaq ‘Alaih)]
33. Dari Amr bin Abdullah Al-Hadrami, dari Abu
Umamah, Rasulullah Saw. bersabda: “Akan
senantiasa ada sekelompok umatku yang
menegakkan agama, mengalahkan musuh-musuh
mereka, tidak membahayakan mereka orang-orang
yang menentang mereka, kecuali sekadar kesulitan
hidup yang akan menimpa mereka, sampai datang
keputusan Allah (Hari Kiamat), sementara mereka
tetap dalam keadaan demikian.” Para sahabat
bertanya, ”Wahai Rasulullah! di manakah mereka berada?” Rasulullah Saw. menjawab, “Mereka
berada di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul
Maqdis.” [Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (7643). Abdullah bin
Ahmad, Zawâ'id al-Musnad (21816). Abu Ya'la, Musnad Abû
Ya'lâ al-Mûshili (6417). Al-Haitsami berkata dalam al-Majma',
vol. 7, hal. 288. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dan
Jaaddah dari ayahnya dan ath-Thabari, bahwa perawinya
dipercaya. Hadis ini shahih berdasarkan saksi-saksinya]
34. Dalam riwayat dari Abu Hurairah r.a. berkata,
Rasulullah Saw. bersabda, “Akan senantiasa ada
sekelompok umatku berperang di pintu-pintu
Damaskus dan sekitarnya, atau di pintu-pintu Baitul
Maqdis dan sekitarnya, tidak ada yang
membahayakan mereka siapapun yang
meninggalkan mereka, mereka selalu menang di
atas kebenaran sampai datangnya hari kiamat.” [Abu Ya'la, al-Musnad (6417). Al-Haitsami berkata dalam
Majma' az-Zawa'id, vol. 10, hal. 61. Diriwayatkan oleh Abu
Ya'la dan para perawinya terpercaya. Ibnu Hajar, al-Mathâlib al-Âliyah (4244, 4542). Ar-Rib'i, al-Fadhâ'il, hal. 60 dan 29.
(Shahih)]
25. Doa Nabi Musa a.s. agar Dikuburkan Dekat Baitul Maqdis
35. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw.
bersabda: "Suatu hari malaikat maut diutus kepada
Musa a.s. Ketika menemuinya, (Nabi Musa a.s.)
memukul matanya, malaikat maut pun kembali
kepada Rabbnya dan berkata: "Engkau mengutusku
kepada hamba yang tidak menginginkan mati".
Maka Allah mengembalikan matanya kepadanya
seraya berfirman: "Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di atas
punggung seekor lembu jantan, maka setiap bulu
lembu yang ditutupi oleh tangannya dia mendapat
umur satu tahun". Nabi Musa a.s. bertanya, "Wahai
Rabb, setelah itu apa?. Allah berfirman: "Kematian".
Maka Nabi Musa a.s. berkata, "Sekaranglah
waktunya". Kemudian Nabi Musa a.s. memohon
kepada Allah agar mendekatkannya dengan tanah
yang disucikan (Al-Muqaddasah) dalam jarak sejauh
lemparan batu". Abu Hurairah r.a. berkata,
Rasulullah Saw. bersabda: "Seandainya aku ke sana,
pasti akan aku tunjukkan kepada kalian keberadaan
kuburnya yang ada di pinggir jalan di bawah
tumpukan pasir merah". [Al-Bukhari (1339, 3407). Muslim (157-158) (2372). An-Nasa'i
(2088). Ahmad, vol. 13, hal. 84 (7646, 7616, 10904, 10905). Ia
berkata, hadis ini perawinya shahih sesuai syarat Bukhari dan
Muslim. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban (6223).
Abdurrazzaq, al-Mushannaf (20530). (Muttafaq ‘alaih)]
26. Bumi Syam, Negeri Ribath, Tapal Batas Sampai Hari Kiamat dan Tempat Tinggal Orang-orang Beriman
36. Dari Salamah bin Nufail Al-Kindi berkata, “Saya
duduk di sisi Rasulullah Saw. maka seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, manusia telah
meninggalkan kuda perang dan meletakkan
senjata,” mereka berkata, “Tidak ada jihad lagi,
perang telah selesai.” Maka Rasulullah
menghadapkan wajahnya dan bersabda, “Mereka
berdusta! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku berperang di atas
kebenaran. Allah menyesatkan hati sebagian
manusia, memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat hingga terjadi kiamat, dan
sampai datang janji Allah. Kuda perang yang selalu
tertambat di kepalanya adalah kebaikan hingga hari
kiamat. Dia mewahyukan kepadaku, bahwa aku
akan diwafatkan tidak lama lagi, dan kalian akan
menyusulku kelompok demi kelompok. Sebagian
dari kamu memukul tengkuk sebagian yang lain.
Dan negeri kaum Mukminin ada di Syam." [An-Nasa'i, as-Sunan (3561). An-Nasa'i, as-Sunan al-Kubrâ
(4401). Ibnu Hibban. Ahmad, al-Mausû'ah (16965). Ia berkata,
hadis ini sanadnya hasan. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr.
(6357, 6360). Al-Bukhari, al-Ma'rifatu wa at-Târîkh, vol. I, hal.
336-337. Ibnu Abi Ashim, al-Âhâd wa al-Matsânî (2460). Abu
Awanah, vol. V, hal 16. Ath-Thahawi, Syarh Ma'âni al-âtsâr,
vol. III, hal. 275. Ibnu Sa'ad, ath-Thabaqât, vol. VII, hal. 427-428.
Al-Haitsami, al-Majma', vol. 10, hal. 60. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan perawinya yang terpercara. (shahih)]
27. Kabar Gembira akan Kembalinya Khilafah di Baitul Maqdis
37. Dari Ibnu Zughb Al-Ayadi menceritakan
kepadanya berkata, Abdullah bin Hawalah Al-Azdi
singgah lalu ia berkata kepadanya, Rasulullah Saw.
mengutus kami untuk mendapat rampasan perang
dengan berjalan kaki, namun kami tidak
mendapatkan sesuatu, dan beliau mengetahui
kondisi berat pada wajah kami, kemudian beliau
berdiri dan berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau
serahkan mereka kepada diri mereka sendiri sehingga mereka lemah, dan janganlah Engkau
serahkan mereka kepada orang-orang sehingga
mereka mementingkan diri mereka atas diri
mereka.” Kemudian beliau meletakkan tangannya di
atas kepalaku. Kemudian beliau berkata, “Wahai
anak Hawalah, apabila engkau melihat kekhilafahan
telah turun di bumi al-Muqaddasah (yang
disucikan) maka sungguh telah dekat bencana
gempa dan berbagai kesedihan serta perkara-perkara besar. Pada saat itu hari kiamat lebih dekat
kepada orang-orang daripada tanganku ini dari
kepalamu.” [Abu Dawud, Sunan Abû Dâwûd (2535). Al-Albani, Shahîh
Sunan Abî Dâwûd (2535). Ahmad bin Hanbal, al-Albani, Shahîh
al-Musnad (22548). Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. IV, hal. 471
(8309). Ia berkata, hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan
pendapat adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. (shahih)]
At-Thibi mengatakan tentang kalimat "turun di bumi
al-Muqaddasah", Yaitu dari Madinah ke negeri
Syam sebagaimana yang terjadi pada masa
pemerintahan Bani Umayah. Al-Khathabi
mengatakan, akan memperingatkan hari-hari
pemerintahan Bani Umayyah dan fitnah yang terjadi
di masanya.
28. Malaikat Bentangkan Sayapnya di Negeri Syam
38. Dari Zaid bin Tsabit r.a. berkata, suatu hari
ketika kami bersama Rasulullah Saw., beliau
bersabda: “Kabar gembira untuk Syam, kabar
gembira untuk Syam.” Maka aku pun bertanya,
“Ada apa dengan Syam?” Beliau menjawab, “Para
malaikat membentangkan sayapnya di atas Syam.” [Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (21606-21607). Penahqiq
berkata bahwa hadis ini Shahih, sanadnya hasan. Lihat juga ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (4934-4935) sanadnaya hasan. Ibnu
Hibban (7304). Al-Baihaqi, ad-Dalâ'il, vol. VII, hal. 148.
Dishahihkan oleh al-Albani dalam takhrij hadis tentang keutamaan Syam, dalam pandangan ar-Rib'i, hal. 12. (shahih)]
29. Syam Negeri Pilihan Allah untuk Hamba Pilihan
39. Dari Ibnu Hawalah berkata, Rasulullah Saw.
bersabda: "Keadaannya hingga menjadi tentara yang
terpisah-pisah, satu pasukan di Syam, satu pasukan
di Yaman, dan satu pasukan di Irak." Ibnu Hawalah
berkata, pilihkan (tempat terbaik) untukku wahai
Rasulullah apabila aku mendapati hal tersebut!
Beliau bersabda, "Hendaknya kalian menetap di
Syam karena sesungguhnya Syam adalah bumi
pilihan Allah, Allah memilih dari hamba-Nya
menuju Syam. Adapun jika kalian menolak maka
hendaknya kalian menetap di Yaman, dan
minumlah dari telaganya, karena sesungguhnya
Allah telah menjamin untukku Negeri Syam dan penduduknya.” [Abu Dawud (2483). Ahmad, al-Mausû'ah, vol. 33, hal. 466
(20355). Ia berkata, hadis ini perawinya shahih. Dishahihkan
oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami‟ (4070). Al-Hakim, Kitâb alFitan (8556). Ia berkata, hadis ini sadanya shahih tapi tidak
dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahabi dan menurutnya sesuai dengan syarat al-Bukhari dan
Muslim. Dishahihkan juga oleh al-Hakim dan al-Baihaqi dalam
ad-Dalâ'il, vol. VI, hal. 327. Abu Nuaim, al-Hilyah, vol. II, hal 3-
4. Ad-Dalâ'il (478). Disebutkan dalam Musnad Ahmad dalam
nomor (17005). Ia berkata tentang hadis ini, sanadnya di sini
lemah akan tetapi hadisnya shahih. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (1172))
Al-Izz bin Abdussalam mengatakan, “Rasulullah
Saw. mengabarkan bahwa negeri Syam berada di
bawah jaminan dan perlindungan Allah, dan barang
siapa yang Allah lindungi dan jaga, maka tidak akan
ada kesia-sian baginya.” (At-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (7796). Shahîh al-Jâmi‟ (3765).
(shahih)]
30. Tiang Kitab Suci, Agama, dan Kesempurnaan Agama
40. Dari Abdullah bin Hawalah r.a., Rasulullah Saw.
bersabda, “Pada malam Isra' aku melihat tiang-tiang
putih seperti permata yang dibawa oleh para
malaikat. Aku bertanya: "Apa yang kalian bawa?"
Mereka menjawab: "Tiang-tiang Islam. Kami
ditugaskan untuk meletakkannya di Syam." Dan
ketika aku tidur, aku (bermimpi) melihat tiang-tiang
al-Kitab muncul dari bawah kepalaku. Kemudian
aku mengira bahwasanya Allah Swt. menjelma bagi
penduduk bumi. Maka penglihatanku
mengikutinya. Dan ternyata itu adalah cahaya yang
menerangi hadapanku hingga sampai ke Syam." [Hadis Shahih menurut pendapat al-Haitsami. Diriwayatkan
oleh ath-Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani. Ar-Rib'i dalam Fadlâ'il asy-Syâm, hal. 28. Dishahihkan oleh al-Albani
dalam Takhrîj Fadhâ'il asy-Syâm, hal. 29-31. (Shahih)]
Dalam riwayat yang lain, “Apabila terjadi fitnah,
maka yang aman adalah Syam.” [Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. IV, hal. 555 (8554). Ia
mengatakan, hadis ini shahih sesuai syarat al-Bukhari dan
Muslim meskipun tidak dikeluarkan dalam shahihnya
masiang-masing. Disetujui juga oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. Al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, vol. X, hal. 58. Abu
Nuaim, al-Hilyah, vol. V, hal. 252. Dishahihkan oleh al-Albani
dalam Takhrîj Fadhâ'il asy-Syâm, hal. 15. (shahih)]
31. Penduduk Syam, Baromater Baik dan Buruk Kondisi Umat Islam
41. Dari Mu'awiyah bin Qurrah dari ayahnya
berkata, Nabi Saw. bersabda: “Jika penduduk Syam
rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah
kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku
yang dimenangkan oleh Allah, dan mereka tidak
memperdulikan orang yang berusaha menghinakan
mereka hingga datang hari Kiamat.” [Ahmad, Mausû'ah Hadîtsiyyah, vol. XXIV, hal. 362-363,
(15596-15597), (20361), Penahqiq mengatakan, sanadnya shahih
dan perawinya dipercaya.at-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ As-Shahih
(2192), ia mengatakan, hadis ini Hasan Shahih. Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Mâjah (6-10). Ath-Thayalisi (1076). Ath-Thabrani,
Al-Mu'jam Al-Kabîr, vol. XIX, hal. 55-56. Abu Nuaim, Al-Hilyah,
vol. VII, hal. 230. Juga terdapat dalam berbagai jalan dan
riwayat yang bermacam-macam. Dishahihkan oleh Al-Albani
dalam kitab keutamaan penduduk Syam hal. 19. (Shahih)]
32. Doa Nabi Saw. untuk Keberkahan Negeri Syam
42. Dari Ibnu Umar r.a. berkata, Nabi Saw. berdoa:
“Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam, Ya
Allah berkahilah kami pada negeri Yaman.” Para
sahabat bertanya, apakah termasuk Nejed?
Rasulullah berdoa: “Ya Allah berkahilah kami pada
negeri Syam, Ya Allah berkahilah kami pada negeri
Yaman.” Para sahabat masih bertanya, apakah
termasuk Nejed? Setelah 3 kali ditanya Rasulullah
Saw. menjawab, “Di sana (Nejed) terjadi gempa dan
huru-hara dan di sana muncul dua tanduk setan.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (7094), at-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (3953) ia berkata, hadis ini hasan shahih. Ahmad, Al-Musnad (5987), ia berkata bahwa sanadnya shahih sesuai syarat
al-Bukhari dan Muslim, vol. IX, hal. 458 (5642), (15596,15597).
Ibnu Hibban (7301), Al-Baghawi (4006). Ath-Thabrani, Al-Jâmi‟
(13422), Ar-Rib‟i, Fadhâ'il asy-Syâm hal: 8. (Shahih)]
“Milik Allah lah negeri Syam. Nabi Saw.
menisbatkan Syam kepada dirinya sendiri (dalam
hadis diatas), ini menunjukkan bahwa negeri Syam
memiliki tempat yang agung di hati Nabi Saw.
Maka merupakan kehormatan besar yang diberikan
oleh Nabi Saw. kepada negeri yang terdapat raja
agama dan tiang kitabnya". [Ibrahim Al-Ali, Al-Ardh Al-Maqdisiyyah baina al-Mâdli wa al-Hâdlir wa al-Mustaqbal, Filistin li al-Muslimah, hal 46-47]
Anjuran Nabi Saw. untuk tinggal di negeri Syam
adalah bukti keutamaannya. Al-Manawy berkata, Tinggallah di negeri Syam” dikatakan (maksudnya)
adalah Mutlak karena ia sebagai padang mahsyar
(pengumpulan) dan mansyar (penghamburan). Juga
dikatakan maksudnya adalah; pada akhir zaman,
karena pasukan Muslimin akan berkumpul di sana
ketika urusan agama sudah kacau dan kerusakan
mendominasi.
Penulis buku Al-Kasyaf mengatakan, "Allah telah
menjadikan bumi Syam dengan dihiasi keberkahan,
dan seharusnya seperti itu, karena ia adalah tempat
diutusnya para nabi dan tempat diturunkannya
wahyu dan kedudukan mereka hidup dan mati." [Al-Manawy, Faidh Al-Qadîr, vol. 4, hal.342]
33. Penduduk Syam adalah Cambuk Allah di Bumi
43. Dari Muhammad bin Ayub bin Maisarah bin
Hilbis berkata: saya mendengar bahwa ayahku
mendengar Khuraim bin Fatik Al-Asadi berkata:
“Penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi,
Allah akan membalas kepada siapa saja yang Dia
kehendaki dan sebagaimana yang Dia kehendaki
dengan mereka, dan haram bagi kaum munafik
mengalahkan kaum Mukmin, dan mereka tidak
akan mati kecuali dengan kesengsaraan, kemarahan,
atau kesedihan.” [Ahmad, Mausuah al-Hadîtsiyyah (16065), Penahqiq berkata
bahwa ini adalah atsar yang dhoif (lemah). Ayub bin Maisarah
tidak meriwayatkan darinya selain dua dan perawi selainnya
tsiqah, tetapi Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqât,
dan di-tsiqah-kan oleh adz-Dzahabi dalam Al-Mîzân. Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabîr, vol.4, hal 249 (4163). Al-Haitsami, Majma' az-Zawa'id, vol. 10, hal. 60, ia berkata
perawinya dipercaya. Al-Mundziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb,
vol.4 hal.63 (4535). Dishahihkan al-Albani dalam Manâqib As-Syâm. Ibnu Taimiyah, hal.86. Ibnu Abi Ashim, Al-Âhâd wa Al-Matsâni, (1048-1049). Al-Fasawi, Al-Ma'rifah wa At-Tarîkh, vol.2
hal.302. (Shahih)]
34. Berihram dari Baitul Maqdis
Sabda beliau: “Barang siapa yang berihram untuk umrah
dari Baitul Maqdis...” adalah dalil bolehnya mendahulukan
berihram sebelum sampai miqat. [Hasyiah Ibnu Majah, vol.3,
hal. 461]
44. Dari Ummu Salamah istri Nabi Saw. Ia
mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa
yang berihram untuk haji atau umrah dari Masjidil
Aqsa menuju Masjidil Haram, maka diampuni
dosanya yang telah lalu dan akan datang, atau wajib
baginya surga. (Abdullah ragu yang mana yang
disabdakan Nabi Saw.).” [Abu Dawud, As-Sunan (1741), Tuhfatul Asyrâf (18253). Ibnu
Majah, Sunan Ibnu Mâjah (3001). Ad-Daruquthni, Sunan ad-Dâruquthni (2685-2687). Abu Ya'la, Musnad Abu Ya'lâ (7009). Al-Baihaqi, Syu'abu al-Îmân (4026), Al-Mundziri mengatakan
dalam Targhîb wa Tarhîb, HR. Ibnu Majah dengan Sanad
shahih. (Sahih)]
Abu Dawud berkata: "Semoga Allah merahmati Waki' yang berihram dari
Baitul Maqdis menuju Makkah."
35. Jibril a.s. Mengikat Buraq di Baitul Maqdis
45. Dari Ibnu Buraidah dari bapaknya berkata,
Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika kami sampai di
Baitul Maqdis, Jibril berkata* (menunjuk) dengan
jarinya dan hancurlah dengan itu batu lalu
mengikatkan Buraqnya dengannya.” [At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ ash-Shahîh (3132). At-Tirmidzi berkata,
hadis ini Hasan Gharib. Al-Hakim, Al-Mustadrak (3370), dia
mengatakan hadis ini shahih sanadnya tapi tidak dikeluarkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim, padahal Abu Tamilah dan Zubair
riwayat yang tsiqah... (Hasan Gharib)]
*kata“Qâla” di sini bermakna menunjuk, orang Arab
menyebut “al-qaul” bermakna “al-kalâm”, Hâsyiah at-Tirmidzi,
Al-Jâmi‟, vol.5, hal.281.
36. Keluar Menuju Baitul Maqdis
46. Dari Al-Arqam berkata, saya datang kepada
Rasulullah Saw. untuk pamit dan aku ingin keluar
menuju Baitul Maqdis, maka Rasulullah Saw.
bertanya kepadaku, “Mau ke mana kamu?” Aku
menjawab, “Ke Baitul Maqdis,” beliau bertanya,
“Apa yang membuatmu ingin ke sana? Apakah
perniagaan?” Aku berkata, “Bukan, aku ingin shalat
di sana.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
“Shalat di sana lebih baik dari 1000 shalat”. [Al-Hakim, al-Mustadrak (6130), dia mengatakan hadis ini
sanadnya sahih tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim, dan disepakati oleh adz-Dzahabi dalam buku At-Talkhîs, ia
mengatakan, Hadis ini shahih. (Shahih)]
37. Baitul Maqdis dan Gelar Abu Bakar As Sidiq
47. Dari Aisyah r.a. berkata: “Ketika Nabi Saw.
diperjalankan (Isra' Mi'raj) ke Masjidil Aqsha, orang-orang membicarakan hal itu hingga ada orang-orang
yang murtad karenanya, maka orang-orang yang
beriman dan membenarkan itu mengabarkan
kepada Abu Bakar, lalu mereka berkata, “Apakah
engkau bersama temanmu yang mengaku bahwa ia
diperjalankan malam ini ke Baitul Maqdis?” Dia
menjawab: “Apakah ia berkata seperti itu?” Mereka
berkata, “Ya”. Abu Bakar berkata: “Jika ia memang berkata seperti itu maka ia benar.” Mereka berkata:
“Apakah engkau membenarkannya bahwa ia pergi
ke Baitul Maqdis malam ini dan tiba (di Mekkah)
sebelum waktu pagi? Ia menjawab: “Ya, sungguh
aku membenarkannya bahkan lebih jauh dari itu,
aku membenarkannya tentang kabar langit (wahyu)
di waktu siang ataupun malam.” Karena itulah
dinamai Abu Bakar Ash-Shiddiq. [Al-Hakim, al-Mustadrak (4406), dia mengatakan hadis ini
sanadnya shahih tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim, dan disepakati oleh adz-Dzahabi dalam At-Talkhîs, ia
mengatakan, Hadis ini shahih. (Shahih)]
38. Baitul Maqdis dan Nasakh Al-Quran
48. Dari Ibnu Abbas r.a., “Sesungguhnya yang
pertama dinasakh (dihapus) dari al-Quran adalah
kiblat. Dan itu ketika Nabi Saw. hijrah ke Madinah
yang penduduknya sebagian besar adalah Yahudi,
Allah memerintahkan nabi untuk menghadap kiblat
ke Baitul Maqdis maka orang Yahudi bergembira,
maka nabi menghadap Baitul Maqdis sekitar 10
bulanan. Rasulullah Saw. menginginkan kiblat nabi
Ibrahim a.s. karenanya dia senantiasa berdoa dan
melihat ke langit, maka turunlah firman Allah Swt:
“Sungguh Kami melihat wajahmu (Muhammad)
sering menengadah ke langit” sampai ayat: “Maka
hadapkanlah wajahmu ke arah itu (Ka'bah).” Maka
heranlah orang-orang Yahudi dan mereka
mengatakan: “Apakah yang memalingkan mereka
(umat Islam) dari kiblat (Baitul Maqdis) yang
dahulu mereka berkiblat kepadanya?” Maka Allah
Swt. menurunkan ayat: “Dan milik Allah timur dan
barat. Kemanapun kamu menghadap, di sanalah
wajah Allah.” “Kami tidak menjadikan kiblat yang
(dahulu) kamu berkiblat kepadanya melainkan agar
Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang berbalik ke belakang.” Ibnu Abbas
berkata, “Dan untuk membedakan orang yang yakin
dengan orang yang ragu dan bimbang.” Allah Swt.
berfirman, “Sungguh, (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah.” Bermakna pemindahan itu
sangat berat bagi orang yang ragu kecuali bagi orang yang khusyu‟ yaitu orang yang membenarkan
apa yang diturunkan Allah Swt. (Al-Quran).” [Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi Al-Kubrâ (2289-2290). (Hasan)]
39. Baitul Maqdis dan Hadis Paling Mulia bagi Syam
49. Dari Abu Dzar Al-Ghifari r.a., dari Rasulullah
Saw. sebagaimana beliau meriwayatkan dari
Rabbnya Swt. bahwa Dia berfirman: “Wahai
hambaku, sesungguhnya aku telah mengharamkan
kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan
haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka
janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai
hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa
yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah
kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian
hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya
kelaparan kecuali siapa yang aku berikan
kepadanya makanan, maka mintalah makan
kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.
Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang
kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian,
maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku
berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian
semuanya melakukan kesalahan pada malam dan
siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya,
maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku
ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepadaKu sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian
berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya
sejak orang pertama di antara kalian sampai orang
terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya
berada dalam keadaan paling bertakwa di antara
kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah
kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku
seandainya sejak orang pertama di antara kalian
sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan
jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang
paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak
mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai
hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di
antara kalian sampai orang terakhir semuanya
berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepadaKu, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi,
niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang Aku
miliki, kecuali hanya seperti sebuah jarum yang
dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku,
sesungguhnya semua perbuatan kalian akan
diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan
balasannya, siapa yang banyak mendapatkan
kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada
Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan)
itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.” [Muslim, Shahih Muslim (2577). Ahmad, Al-Musnad Vol.5,
hal.160. An-Nawawi, Riyâdhu ash-Shâlihîn (113), hal.95. (Shahih)]
Diriwayatkan dari Imam Ahmad perkataan: “Tidak
ada hadis yang lebih mulia bagi penduduk Syam dari pada hadis ini.” Dan Sa'id mengatakan: “Abu
Idris jika menyampaikan hadis ini sampai berdiri di
atas lututnya. [An Nawawi, Riyâdhu ash-Shâlihîn, hal.95]
40. Doa Nabi Saw. untuk Penduduk Baitul Maqdis
50. Dari Abu Imran dari dzul ashabi bahwasanya
dia berkata: “Ya Rasulullah, jika kami diuji setelah
engkau meninggal maka ke mana engkau
perintahkan?” maka Rasulullah menjawab:
“Pergilah ke Baitul Maqdis, semoga Allah
memberimu keturunan yang senantiasa pergi dan
kembali ke masjid itu”. [Ahmad, Al-Mausû'ah (16632), dia mengatakan sanadnya
lemah karena lemahnya Utsman bin Atta yaitu Ibnu Abu
Muslim Al-Khurasani, dan terdapat perbedaan pendapat
mengenainya, selainnya perawinya tsiqah, namun demikian
Abu Imran – seorang Anshar dan penduduk Syam – adalah
Sulaim bin Abdullah. Abu Hatim mengatakan tentangnya:
orang saleh. Al-Hafidz dalam At-Taqrîb mengatakan: ia orang
yang shadûq (jujur), juga disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam
At-Tsiqât. Dikeluarkan At-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabîr (4238).
Ibnu Atsir, Asadul Ghâbah, vol.2, hal.170. Al-Baghawi, As-Sunnah (4010). Ibnu Jauzi, Fadhâ'il al-Quds, hal. 93. Dhiya' Al-Maqdisi, Fadhâ'il Bait al-Maqdis, hal. 38. ia mengatakan sanad
ini lebih utama untuk benar. Al-Haitsami, Majma‟ Az-Zawâ'id,
vol.4, hal.7 (Hasan)]
***
Penutup
Puji syukur kepada Allah atas segala kemudahan
yang diberikan kepada saya dalam mengumpulkan
hadis-hadis ini, tentang Baitul Maqdis ini dan sekitar
Baitul Maqdis. Untuk menjelaskan kesuciannya agar
saya memperkenakan kepada kaum Muslimin akan
keutamaan Baitul Maqdis, sehingga setiap Muslim
merespon cepat kewajiban yang harus dilakukan
untuk Baitul Maqdis, bekerja keras untuk
membersihkannya dan tidak membiarkan Zionis
menodainya dan membuat kerusakan di sana.
Sesungguhnya kedudukan al-Quds dalam agama
dan hati umat manusia sudah sangat terkenal.
Dalam karya yang kecil ukurannya ini tetapi besar
maknanya, kita temukan bahwa berdasarkan hadishadis shahih, Baitul Maqdis merupakan permulaan
peradaban, tempat turunnya ajaran langit secara
bergantian dari generasi ke ke generasi, tempat
persinggahan dan dakwah para nabi, dan menjadi
tempat tinggal bagi banyak Sahabat Rasulullah Saw.
Maka ia merupakan tempat yang disucikan bagi
kaum Muslimin, karena sesungguhnya di tempat ini
dijadikan sebagai tempat untuk menyucikan diri
dari dosa. (Ibnu Al-Atsir, an-Nihâyah fi al-Gharîb min al-Hadîts, vol. 4, hal.
23. )
Adapun keyakinan Ahlussunnah tentang Baitul
Maqdis adalah, negeri mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penghancuran), negeri Isra` Mi‟raj, kiblat
pertama, masjid kedua dibangun di atas muka bumi,
dan masjid ketiga yang sangat diperintahkan untuk
mengunjunginya. Seluruh hati kaum Muslimin
terpaut dengannya hingga mereka berhasil
mengembalikannya ke pangkuan umat Islam,
sehingga menjadi pusat ilmu dan sumber
peradaban.
Sudah banyak penulis sebelum saya, sudah puluhan
jumlahnya karya yang mengangkat tema Baitul
Maqdis. Atas dasar keinginan saya untuk ikut serta
mengambil bagian dalam keutamaan ini. Karya ini
saya upayakan dengan teliti dalam mengumpulkan
hadis-hadis yang shahih saja, sebagian saja ada yang
derajatnya hasan, saya menjauhi hadis dha‟if.
Saya memohon kepada Allah semoga karya ini
bermanfaat kepada para pembaca. Ini hanyalah
sedikit usaha, jika ada kebaikan maka itu datangnya
dari Allah, dan jika ada keburukan maka itu
datannya dari saya pribadi dan syetan, semoga
Allah mengampuni saya.
***
Daftar Pustaka
Al-Quran al-Karim
Al-Bukhari, al-Imam al-Hafizh Abu Abdillah
Ismai‟il, Shahîh al-Bukhâri, , El-Maktabah elAshriyyah, Beirut, cet. I, 1997
Muslim, al-Imam Abu al-Hasan bin al-Hajjaj anNaisaburi, Shahîh Muslim, Dar el-Hadits,
Kairo, cet. I, 1991.
Al-Asy‟ats, al-Imam Sulaiman bin al-Azdi, Sunan Abî
Dâwûd, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. I, 1998
Muhammad, al-Imam Abu Isa bin Surah, Sunan atTirmidzî, Dar el-Kutub el-Arabiyyah, Beirut
Al-Qazwaini, al-Imam Abu Abdillah Muhammad
bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah, Dar el-Marefah,
Beirut, cet. I, 1996
An-Nasa`i, al-Imam al-Hafizh Ahmad bin Syuaib,
Sunan An-Nasa`i, Dar el-Marefah, Beirut, cet.
II, 1992
Asy-Syaibani, al-Imam Ahmad bin Hanbal, AlMusnad, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet.
I, 1993
Ahmad, al-Imam, Musnad al-Imam Ahmad (alMausû‟ah al-Hadîtsiyyah), Mu`assasah arRisalah, Beirut, cet. I, 1999
Ad-Daruquthni, al-Imam Ali bin Umar, Sunan adDâruquthnî, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut,
cet. I, 1996
Ad-Darimi, al-Imam Abdullah bin Abdurrahman,
Sunan ad-Dârimi, Dar el-Kitab el-Araby,
Beirut, cet. I, 1987
Malik bin Anas, Imam Dar al-Hijrah, al-Ashbahi, AlMuwaththa`, Mu`assasah ar-Risalah, Beirut,
cet. II, 1993
Hibban, Ibnu, Shahîh Ibnu Hibbân, Mu`assasah arRisalah, Beirut, cet. II, 1993
Khuzaimah, al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin
Ishaq, an-Naisaburi, Shahîh Ibnu Khuzaimah.
Muhammad, al-Imam al-Hafizh, bin Hafizh
Abdullah an-Naisaburi, Al-Mustadrak, Dar elKutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1991
Al-Albani, Muhammad Nashir ad-Din, Silsilatu alAhâdîts ash-Shahîhah, Maktabah el-Ma‟arif,
Riyadl, cet. I, 1995
Ath-Thabrani, al-Hafizh Sulaiman bin Ahmad, AlMu‟jam al-Kabîr, Mathba‟ah az-Zahra`, Mosul,
cet. II, 1986
Al-Asqalani, al-Imam al-Hafizh Ahmad bin Ali bin
Hajar, Fath al-Bârî Syarh al-Bukhâri, Dar elMa‟refah, Beirut
Yaqut al-Hamawi, al-Imam Syihabuddin, Mu‟jam alBuldân, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet.
I, 1997
Al-Jazari, al-Imam Majdu ad-Din Muhammad bin alAtsir, An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts, Dar elKutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1997
Abu Ya‟la al-Mushili, al-Imam Ahmad bin Ali,
Musnad Abî Ya‟lâ, Dar el-Mamon li el-Turats,
2008
Al-Baihaqi, al-Imam al-Hafizh Abu Bakar Ahmad
bin al-Husain, Sunan al-Baihaqi.
Al-Haitsami, al-Imam Ali bin Abi Bakr, Majma‟ azZawâ`id wa Manba‟ al-Fawâ`id
Ibnu Taimiyah, Syaikh al-Islam Taqiyuddin, Manâqib
asy-Syâm wa Ahlih,
Ar-Rib‟i, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin
Shafi, Fadlâ`il asy-Syâm wa Dimasyqa, alMaktab al-Islami, Beirut, cet. I, 1405
Al-Hamadzani, Ibnu Faqih, Mukhtashar Kitâb alBuldân,
An-Nawawi, al-Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf,
Riyâdlu ash-Shâlihîn, Dar Ibnu al-Jauzi, Beirut,
cet. I, 1421
***
Link download:
COMMENTS