(Isi Buku) Hadis Arbain Maqdisiyah - Syaikh DR Muraweh Mosa Nashr

HADIS ARBAIN MAQDISIYAH (Kumpulan Hadis Keistimewaan Baitul Maqdis) Judul Asli Al-Arba’un Al-Maqdisiyyah Penyusun Dr. Muraweh Musa Nasher  P...


HADIS ARBAIN MAQDISIYAH
(Kumpulan Hadis Keistimewaan Baitul Maqdis)

Judul Asli
Al-Arba’un Al-Maqdisiyyah

Penyusun
Dr. Muraweh Musa Nasher 

Penerjemah
H. Rachmat Muhammad Soji, Lc.,MA.,
H. Ahmad Sahirul Alim, Lc., MA,
H. Awwab Saifullah, Lc.,
H. Yusuf Musyaffa’, Lc.,
H. Nandang Cahya, Lc.

Editor
H. Ahmad Musyafa’, Lc.,M.Pd.I

Halaman
108 halaman

Ukuran
14,5 cm x 20,5 cm

Penerbit
International Aqsa Institute

***

PENGANTAR PENERBIT 

Puji syukur kepada Allah Swt. atas segala nikmat dan anugerah-Nya, sehingga buku ini bisa sampai kepada para pembaca. Shalawat dan salam untuk baginda Rasulullah Saw. imam para nabi dan rasul, pewaris risalah untuk melestarikan bumi suci Allah, Baitul Maqdis. 

Pembahasan Baitul Maqdis tidak pernah usang. Membahas Baitul Maqdis berkaitan erat dengan akidah Islam. Keenam rukun iman, semuanya berkaitan dengan Baitul Maqdis. Rukun iman yang pertama, iman kepada Allah. Bahwa Allah Swt. yang memilih Baitul Maqdis sebagai tempat suci, disejajarkan dengan Makkah Mukarramah dalam satu ayat (QS. Al-Isra`: 1). Allah Swt. memilih Masjid al-Aqsha sebagai rumah Allah yang pertama dibangun di atas bumi, empat puluh tahun setelah Masjidil Haram. 

Iman kepada malaikat, berkaitan dengan turunnya wahyu kepada nabi-nabi yang diutus ke Baitul Maqdis. Bahkan Malaikat Jibril a.s. menjalankan tugasnya mendampingi Nabi Muhammad Saw. selama peristiwa Isra’ Mi’raj. Secara otomatis berkaitan juga dengan rukun berikutnya, iman kepada kitab-kitab, merupakan wahyu Allah yang diturunkan melalui para malaikat. 

Adapun Iman kepada para rasul, kaitannya sangat jelas, bahwa satu-satunya tempat di atas muka bumi ini yang dijadikan sebagai tempat pertemuan seluruh nabi dan rasul, hanya ada di satu tempat, yaitu Masjid al-Aqsha. Dari 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam al-Quran, 18 diantaranya pernah tinggal dan berdakwah di Baitul Maqdis. 

Kaitannya dengan rukun iman yang ke-lima, hari kiamat, bahwa kejadian hari kiamat tidak lepas dari Baitul Maqdis. Dajjal, Ya’juj Ma’juj, turunnya Nabi Isa a.s. dan Yahudi dihinakan Allah semuanya terjadi di Baitul Maqdis. Begitu juga dengan ketetapan Allah sebagai rukun ke-enam, banyak ketetapan Allah berkaitan dengan Baitul Maqdis, diantaranya Allah menetapkan Bani Israil berbuat kerusakan dua kali, kemudian mereka akan dihinakan dengan sehina-hinanya, serta Allah menetapkan kemenangan bagi kaum Muslimin di Baitul Maqdis (QS. Al-Isra`: 4-5) 

Karya Dr. Muraweh Mosa Nasar ini merupakan karya besar yang perlu disampaikan kepada seluruh umat Islam. Sehingga kaum Muslimin mempunyai pemahaman yang sama tentang Baitul Maqdis. Setelah memahaminya, diharapkan mampu menggerakkan ummat untuk mengembalikan kesucian Islam. membebaskan Masjid Al-Aqsha dan Palestina dari kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel hingga saat ini. 

Berbagai kejahatan telah dilakukan oleh penjajah Israel. Masjid al-Aqsha yang berkedudukan mulia di sisi Allah dan umat Islam, tengah mengalami ancaman yang serius, targetnya adalah menghancurkan bangunannya dan menghapusnya dari sejarah ummat Islam. Tahapan itu telah dilakukan oleh Zionis Israel, mulai dari pembakaran, penggalian terowongan di bawahnya, pelarangan ibadah di dalamnya, pemberlakuan UU pembagian Masjid al-Aqsha, hingga penetapan UU pelarangan adzan. 

Maka keberadaan buku ini menjadi penting sebagai pondasi untuk mengukuhkan komitmen pembelaan al-Aqsha. Sesuai dengan janji Allah Swt., bahwa kejayaan masa depan adalah milik Islam. Sesuai informasi kenabian, bahwa pusat kejayaan Islam selanjutnya akan terjadi di Baitul Maqdis. Wallahu a’lam bishawab. 

Direktur International Aqsa Institute

***

PENGANTAR PENULIS 

Sebelum berbicara tentang tema ini, terlebih dulu saya harus menjelaskan tentang beberapa catatan sebagai berikut: 

Pertama, sesungguhnya segala yang ditetapkan berdasarkan nash tentang keutamaan Negeri Syam secara umum, maka secara spesifik juga menetapkan keutamaan Baitul Maqdis. Terlebih lagi Baitul Maqdis mempunyai keistimewaan tersendiri bagi umat Islam. Adapun yang dimaksud dengan Negeri Syam adalah wilayah yang saat ini mencakup; Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina. 

Menurut Imam Ibnu Hajar, redaksi hadis terkadang menggunakan sebutan Syam, terkadang juga menggunakan Baitul Maqdis, karena keduanya dari titik yang sama. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathu Al-Bâri Bisyarhi Shahîhi AlBukhâri, vol. I, hal. 250) Ibnu Faqih Al-Hamadzani berkata, “Pasukan Syam ada empat, yaitu: Homs, Damaskus, Palestina, dan Yordania.” (Ibnu Al-Faqih Al-Hamadzani, Mukhtashar Kitâb Al-Buldân) 

Ibnu Taimiyah berkata tentang Bumi yang Diberkahi, yaitu sekitar Masjid Al-Aqsha dari negeri-negeri Syam yang terdekat kemudian yang terdekat lagi. [Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Manaqibu Asy-Syam wa Ahluhu. Ar-Rib’iy, Fadhâil Syâm wa Dimasyq, El-Maktab El-Islamy, Beirut, hal. 46]

Dalil tentang apa yang kami katakan sebagaimana terdapat dalam Shahih Al Bukhari, diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin Umar r.a.: "… Dan (sebelumnya) wajah meraka menghadap ke Syam, kemudian mereka memutar arah menuju Ka’bah." [Al-Bukhari, 7251]

Sedangkan kiblat pertama sudah jelas, yaitu Baitul Maqdis. 

Kedua, bahwa klasifikasi hadis dalam 40 hadis, seperti Arbain Nawawi karya Imam Nawawi atau 40 Hadis pilihan karya Hasan bin Sufyan dan karya lainnya, tidak ada dalil satupun dari Sunnah Nabawiyah tentang klasifikasi ini, karena hadis yang membicarakan keutamaan klasifikasi ini tidak ada yang sahih, meskipun riwayatnya yang beragam dan jumlahnya yang banyak. 

Salah satu diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa diantara umatku yang hafal empat puluh hadis, maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat sebagai orang faqih dan berilmu”. Dalam riwayat yang lain mengatakan, “… Allah akan bangkitkan pada hari kiamat termasuk dalam golongan para ahli fikih dan ulama”. Dalam riwayat yang lain, “…akan Allah bangkitkan dalam keadaan alim dan faqih”. Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Saya (Allah) akan menjadi penolong dan saksinya nanti di hari kiamat”. Dan masih banyak hadis lain, tetapi semuanya lemah (dha’if), tidak boleh digunakan sebagai dalil. [At-Talkhîsh Al-Habîr, Vol. III, hal. 93-94. Sya'bu Al-Iman, vol. II, hal. 270. Muqaddimah Al-Arbain An-Nawawiyah. Khulashah Al-Badar Al-Munîr, vol. 2, hal. 145]

Ketiga, Terdapat hadis tentang keutamaan orang yang mendengar hadis Rasul Saw. kemudian menyampaikannya kepada orang lain, meskipun hanya satu hadis. Dari Zaid bin Tsabit r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Allah akan memberi cahaya kepada seseorang yang telah mendengar satu hadis dariku, kemudian ia menghafalnya untuk disampaikan kepada orang lain. Betapa banyak pembawa ilmu menyampaikan kepada orang yang lebih berilmu darinya, dan betapa banyak pembawa ilmu bukan orang yang berilmu.” [At-Tirmidzi (2656), Abu Dawud (3660), Ibnu Majah (230)]

Berawal dari titik tolak inilah kami mengumpulkan hadis-hadis ini untuk menyampaikan pesan dari Rasulullah Saw. Dan karena kesucian Baitul Maqdis, saya senang menyuguhkan di hadapan para pembaca, kumpulan hadis-hadis pilihan yang menjelaskan tentang kesucian dan keutamaan Baitul Maqdis. Dalam pengumpulannya saya lakukan dengan teliti dari segi riwayat, matan, dan sanadnya. Memuat lima puluh hadis yang diklasifikasikan ke dalam empat puluh tema. 

Dr. Muraweh Mosa Nasar

***

Daftar Isi

Pengantar Penerbit 
Pengantar Penulis 
Daftar Isi 
Tema 1: Baitul Maqdis Tempat Hijrah Ibrahim a.s. dan Luth a.s.
Tema 2: Masjid Al-Aqsha, Masjid Kedua Dibangun di atas Bumi 
Tema 3: Masjid Al-Aqsha Qiblat Muslim Pertama
Tema 4: Hukum Meninggal dalam Kiblat Baitul Maqdis 
Tema 5: Perpindahan Kiblat 
Tema 6: Keutamaan Sahabat yang Shalat dengan Dua Kiblat 
Tema 7: Diperintahkan Pergi ke Masjid Al-Aqsha 10
Tema 8: Khutbah Nabi Yahya a.s. di Baitul Maqdis 
Tema 9: Keutamaan Shalat di Masjid Al-Aqsha 
Tema 10: Shalat di Baitul Maqdis dan Ampunan Dosa 
Tema 11: Masjid Al-Aqsha dan Berita Kehancuran Yahudi 
Tema 12: Baitul Maqdis dan Tanda-tanda Kiamat 
Tema 13: Baitul Maqdis dan Penahanan Matahari 
Tema 14: Berkah Baitul Maqdis dalam Menghalalkan Ghanimah 
Tema 15: Nabi Memberikan Gambaran Tentang Baitul Maqdis 
Tema 16: Nabi Muhammad Meletakan Kakinya di Baitul Maqdis 
Tema 17: Baitul Maqdis dan Peristiwa Isra Mi’raj 
Tema 18: Nabi Musa a.s. Shalat di Kuburannya Dekat Baitul Maqdis 
Tema 19: Baitul Maqdis dan Hidayah Fitrah 
Tema 20: Nabi Shalat Bersama Para Nabi Di Baitul Maqdis 
Tema 21: Mimpi Rasulullah Saw. Malam Isra`
Tema 22: Bernadzar Shalat di Baitul Maqdis 
Tema 23: Hukum Menghadap Baitul Maqdis ketika Buang Hajat 
Tema 24: Baitul Maqdis dan Tempat Golongan yang Dimenangkan 
Tema 25: Doa Nabi Musa a.s. agar Dikuburkan Dekat Baitul Maqdis
Tema 26: Bumi Syam, Negeri Ribath Tempat Tinggal Orang Beriman 
Tema 27: Kabar Gembira akan Kembalinya Khilafah di Baitul Maqdis 
Tema 28: Malaikat Bentangkan Sayapnya di Negeri Syam 
Tema 29: Syam Negeri Pilihan Allah untuk Hamba Pilihan 
Tema 30: Tiang Kitab Suci, Agama, dan Kesempurnaan Agama 
Tema 31: Penduduk Syam, Baromater Baik dan Buruk Kondisi Umat Islam 
Tema 32: Doa Nabi Saw. untuk Keberkahan Negeri Syam 
Tema 33: Penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi 
Tema 34: Berihram dari Baitul Maqdis 
Tema 35: Jibril a.s. Mengikat Buraq di Baitul  Maqdis 
Tema 36: Keluar Menuju Biatul Maqdis 
Tema 37: Baitul Maqdis dan Gelar Abu Bakar As Sidiq 
Tema 38: Baitul Maqdis dan Nasakh Al-Quran 
Tema 39: Baitul Maqdis dan Hadis Paling Mulia bagi Syam 
Tema 40: Doa Nabi Saw. untuk Penduduk Baitul Maqdis 
Penutup 

***

1. Baitul Maqdis Tempat Hijrah Ibrahim a.s. dan Luth a.s. 

1. Dari Abdullah bin Amr berkata, Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Akan terjadi hijrah setelah hijrah, sebaik-baik penduduk bumi adalah yang tinggal di tempat hijrah Nabi Ibrahim, dan yang menetap di bumi adalah orang-orang buruk, bumipun mencaci mereka, dan Allah membenci mereka hingga Allah menggiring mereka ke neraka bersama monyet dan anjing.” [Abu Dawud, Sunan Abu Dâwûd (2482), Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad (5562-6871, 6952), al-Hakim, Al-Mustadrak (8497), adz-Dzhahaby tidak menyebutkannya dalam at-Talkhîsh. Dalam riwayat lain (8558), adz-Dzahaby pernah menyebutkanya menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilatu al-Ahâdîts ash-Shahîhah dan Shahîh at-Targhîb wa at-Tarhîb karena jalur perawinya banyak]

Ibnu Taimiyah berkata: “Dikabarkan bahwa sebaik penduduk bumi adalah mereka yang tinggal di tanah hijrahnya Ibrahim a.s., yaitu Syam, dan tempat hijrah Ibrahim a.s. disamakan dengan tempat hijrah nabi kita, Muhammad Saw. Sesungguhnya (keutamaan) hijrah ke bumi hijrah yang lain telah berakhir dengan adanya peristiwa Fathu Makkah.” [Ibnu Taimiyah, Manâqib asy-Syâm wa Ahluhû, hal. 83-84]

2. Masjid Al-Aqsha, Masjid Kedua Dibangun di atas Bumi 

2. Dari Abu Dzar r.a. berkata, saya bertanya, wahai Rasulullah, Masjid apa yang pertama kali dibangun di atas bumi? Beliau menjawab, “Masjid Al-Haram,” saya bertanya lagi, setelah itu masjid apa lagi? Beliau menjawab, “Masjid Al-Aqsha”. Saya bertanya lagi, berapa jarak (pembangunan) antara keduanya? Beliau menjawab, “Empat puluh tahun, kemudian dimanapun kamu shalat maka sesungguhnya keutamaan ada padanya)." [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3365 dan 3425). Muslim (520). An-Nasa'i (689). Ibnu Majah (753), (21390, 21333, 21383, 21421). Beliau berkata, bahwa sanadnya shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim. Muttafaq Alaih]

3. Masjid Al-Aqsha Qiblat Muslim Pertama 

3. Dari Al-Barra', bahwa Nabi Saw. ketika pertama kali tiba di Madinah, beliau singgah kepada nenek moyangnya atau paman-pamannya dari Anshar. Dan beliau melakukan shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan. Baitul Maqdis dijadikan kiblat sebelum sebelum Ka'bah membuat beliau takjub. Shalat pertama yang beliau lakukan adalah shalat Ashar, dilakukan bersama kaumnya. Salah seorang yang shalat bersama beliau keluar dari masjid menemui para jamaah masjid ketika sedang posisi ruku' seraya berkata: “Saya bersaksi dengan nama Allah, saya telah shalat bersama Rasulullah Saw. menghadap ke Makkah, maka merekapun memutar arah menghadap Ka'bah. Dalam riwayat lain, saya mendengar Al-Barra' r.a. berkata: “Kami shalat bersama Nabi Saw. menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan kemudian merubah arah menghadap qiblat.” [Al-Bukhari (4492). Muslim (525, 12). At-Tirmidzi (340). An-Nasa'I (487). Musnad Ahmad (2252). Penahqiq mengatakan, hadis ini shahih (2991). Terdapat juga hadis ini dengan nomor 3270, hadis ini sanadnya shahih, 3270 hadis shahih dan perawinya juga shahih. Malik bin Anas, Al-Muwaththa‟ (547). AlBaihaqi, Sunan Al-Baihaqi (2232, 2234). (Muttafaq ‘Alaih)]

4. Hukum Meninggal dalam Kiblat Baitul Maqdis 

4. Dari Ibnu Abbas berkata, ketika Nabi Saw. menghadap ke kiblat Ka'bah, para sahabat bertanya, wahai Rasulullah bagaimana hukum mereka yang telah wafat sedang mereka shalatnya menghadap Baitul Maqdis? Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat: (Dan Allah tidak menyia-nyiakan keimanan mereka). [Abu Dawud, Aunu Al-Ma'bûd, hal. 710, (4679). At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (2964), dikatakan bahwa hadis ini hasan shahih]

Zuhair berkata: Abu Ishaq menyampaikan kepada kami, dari Al-Barra' tentang hadis ini: sesungguhnya beliau wafat sebelum perubahan kiblat serta banyak yang terbunuh sebelum perubahan kiblat, saat itu kami tidak tahu apa yang kami katakan lalu Allah menurunkan ayat: (Dan Allah Swt. tidak menyia nyiakan keimanan mereka). [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, (40), (399, 4486, 4492, 7252). Bab Tafsir Ayat sayaqûlu as-sufahâ', vol. III, hal. 1356 (4486). Muslim, Shahîh Muslim (525). At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (Sunan at-Tirmidzi) 741. Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (283, 304, 340, 3249), penahqiq buku ini mengatakan, hadis ini shahih lighairihi) dan perawinya dipercaya nomor 3363. Menurut penahqiq, hadis ini shahih dan sanadnya lemah di nomor 2252, dan hadis shahih di nomor 2691. Menurutnya, hadis ini shahih. Adapun nomor 2691, menurutnya shahih lighairihi dan perawinya dipercaya. Al-Hakim, Al-Mustadrak ala ash-Shahîhaini (3063). Menurutnya, hadis ini sanadnya shahih. Ad-Dârimi, Sunan ad-Dârimi (1235). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (2231, 2709, 2792). Ath-Thayalisi (719), Abu Awanah, vol. I, hal. 334. Ibnu Abi Syaibah, vol. I, hal. 334. Ibnu Sa'ad, vol 1, hal. 504. Ad-Dâruquthni, As-Sunan, Vol I, hal. 273-274. Ibnu Hibban, Al-Ihsân, 1716. (Muttafaq ‘Alaih)]

5. Perpindahan Kiblat 

5. Dari Abdullah bin bin Umar berkata, ketika orang orang sedang shalat subuh di Quba, ada seseorang datang lalu berkata, “Sesungguhnya telah diturunkan al-Quran kepada Rasulullah Saw. tadi malam. Beliau diperintah untuk menghadap Ka'bah, maka menghadaplah kalian ke Ka'bah. Saat itu wajah mereka menghadap ke Syam (Baitul Maqdis), kemudian mereka berputar menghadap ke Ka'bah.” [Al-Bukhari, Shahîh Al-Bukhâri (7251, 4488, 4490-4491, 4493, 4494). Muslim (526, 13). Ad-Darimi, Sunan Ad-Dârimi (1234). Malik bin Anas, Al-Muwaththa' (546). Ahmad, Mausû'ah (4642), menurutnya, hadis ini sanadnya shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim, terdapat beberapa nomor: 4794, 5934, 5827. Ad-Dâruquthni, Sunan Ad-Dâruquthni (1058), menurutnya, sanadnya shahih. Abu Ya'lâ al-Mûshili, Al-Musnad (1509). (Muttafaq ‘Alaih)]

6. Dari Al-Barra' berkata, ketika Rasulullah Saw. datang di Madinah shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Waktu itu beliau berharap jika menghadap ke Ka'bah, kemudian Allah menurunkan ayat “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai” (QS. Al-Baqarah: 144). Kemudian shalat menghadap Ka'bah bersama sahabat, saat itu shalat ashar. Setelah itu seorang sahabat keluar menghampiri orang Anshar yang sedang shalat lalu berkata: dia bersaksi bahwa ia shalat bersama Rasulullah Saw. menghadap ke Ka'bah, mereka pun merubah arah kiblat padahal mereka sedang ruku' Shalat Ashar. [Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhâri (7252). Muslim, Shahih Muslim (527). Abu Dawud, Sunan Abû Dawûd (507). At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (2962), ia berkata, hadis ini shahih, (340), ia berkata tentang hadis ini, sahih. An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i (488). Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (1010). Ahmad, al-Mausu'ah (14034), ia berkata tentang hadis ini, sanadnya shahih menurut syarat Muslim, terdapat juga pada nomor 4642. Ibnu Khuzaimah, Shahîh ibnu Khuzaimah (430-431). Abu Ya'la, Musnad Abi Ya'la (3826). Ad-Dâruquthni, Sunan ad-Dâruquthni (1058), ia berkata, sanadnya shahih. Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (2284, 2289). (Muttafaq ‘Alaih)]

Dalam riwayat Muslim, dari Al-Barra' bin Azib berkata, “Aku shalat bersama Nabi Saw. menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan sampai turun ayat dari surat al-Baqarah, (Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya). (QS. al-Baqarah: 144), kemudian ayat itu turun. Setelah Nabi Saw. shalat, salah seorang sahabat keluar dan melewati orang Anshar yang sedang shalat, beliau mengabarkan apa yang terjadi, mereka pun merubah arah kiblatnya ke ka'bah.” [Muslim, Shahîh Muslim (225), Abu Ya'la al-Mushili, Musnad (1509). (shahih)]

6. Keutamaan Sahabat yang Shalat dengan Dua Kiblat 

7. Dari Anas r.a. berkata: “Tidak ada orang yang tersisa shalat dengan dua arah kiblat kecuali aku.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (4489). (Shahih)]

7. Diperintahkan Pergi ke Masjid Al-Aqsha 

8. Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah melakukan perjalanan yang memaksakan diri kecuali ke tiga masjid; Masjid al-Haram, Masjid ar-Rasul Saw., dan Masjid Al-Aqsha.” [Al-Bukhari (1191, 1197, 1864, Vol. II, hal. 591, 1995). Muslim, Vol. II, hal. 975 (827), Vol. II, hal. 1014 (1397). At-Tirmidzi, Sunan (326), ia berkata, hadis ini hasan shahih. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (1409-1410). An-Nasa'i, Sunan Nasâ'i (699). Ahmad, Vol XIIV, hal 91, (11040). Penahqiq hadis berkata, bahwa hadis ini shahih dan perawinya dipercaya, terdapat dalam beberapa nomor: (10506, 11294, 11409, 11410, 11417, 11483, 11505, 11609, 11781). Ad-Darimi, Sunan ad-Dârimi (1421). Al-Baihaqi, Sunan Al-Baihaqi (20714, 4174). Abdurrazaq, Al-Mushannaf (9164). (Muttafaq ‘Alaih)]

Dalam riwayat dari Abu Hurairah, dari Bashrah bin Abi Bashrah Al-Ghifari berkata, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Jangan bepergian kecuali ke tiga masjid; Masjid al-Haram, Masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjid Baitul Maqdis” [Malik bin Anas, Al-Muwaththa' (463). An-Nasa'i, Sunan an-Nasa'i (1429). Musnad Ahmad (11609, 11681, 11883), ia berkata tentang hadis ini, hadis shahih. Ibnu Hibban, Shahîh Ibnu Hibbân (2282). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (2975). (Shahih)]

8. Khutbah Nabi Yahya a.s. di Baitul Maqdis 

9. Dari Zaid bin Salam, bahwa Aba Salam mengatakan kepadanya, bahwa Al-Harts Al-Asy'ari mengatakan kepadanya, bahwa Nabi Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria untuk melakukan lima perkara, dan memerintahkan kepada Bani Israil untuk melakukannya juga, dan Yahya agak terlambat melaksanakannya, maka Isa a.s. berkata, Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk melakukan lima perkara, dan agar kamu memerintah Bani Israil untuk melakukannya, apakah engkau yang memerintah mereka atau aku yang memerintah mereka. Yahya pun berkata, “Aku takut jika engkau mendahuluiku maka Allah akan membinasakanku atau aku akan disiksa.” Yahya kemudian mengumpulkan manusia di Baitul Maqdis hingga masjid penuh bahkan sampai ke luar masjid. Yahya berkata, “Sesungguhnya Allah menyuruhku melakukan lima perkara dan aku diperintahkan untuk menyuruh kalian mengerjakannya juga. Pertama, Sembahlah Allah dan janganlah menyekutukannya dengan apapun. Perumpamaan orang yang menyekutukan Allah, seperti orang membeli budak dengan hartanya sendiri berupa emas atau perak lalu berkata kepada budaknya, “Ini rumahku, ini pekerjaanku, maka kerjakanlah dan berikan hasilnya kepadaku. Budak tersebut pun bekerja tapi hasil pekerjaannya diberikan kepada orang lain. Siapakah diantara kalian yang menerima jika budaknya seperti itu?” Allah juga memerintahkan kalian shalat. Jika sudah selesai shalat, janganlah kalian menoleh, karena Allah menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya dalam shalatnya selama ia tidak menoleh. Aku juga menyuruh kalian berpuasa. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berpuasa, seperti orang berada dalam sebuah kelompok, ia memiliki kantong yang di dalamnya terdapat minyak kasturi, semua merasa takjub atau dibuat takjub oleh wanginya. Dan sesungguhnya bau orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Aku juga menyuruh kalian bersedekah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang bersedekah seperti orang yang ditawan musuh, mereka mengikat tangannya ke lehernya, kemudian mereka membawanya untuk dipenggal lehernya, kemudian ia berkata, "Aku siap menebusnya dari kalian dengan sedikit (harta) dan banyak." Lalu ia menebus dirinya dari mereka. Aku juga memerintahkan kalian untuk berdzikr kepada Allah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berdzikir seperti orang dikejar musuh lari dengan cepat, sehingga ketika ia menemukan benteng yang kokoh, lalu ia melindungi dirinya dari musuh itu. Begitu juga seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya dari setan kecuali dengan berdzikir kepada Allah." Nabi Saw. bersabda, “Saya memerintahkan kalian lima hal yang Allah perintahkan kepadaku, yaitu; Mendengar, Taat, Jihad, Hijrah dan Berjamaah. Sesungguhnya, siapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal, berarti telah melepaskan ikatan Islam dari pundaknya kecuali ia kembali lagi. Barangsiapa yang berlagak seperti jahiliyah, sungguh itu bagian dari jahannam, lalu seseorang bertanya, meskipun orang tersebut shalat dan puasa wahai Rasul? Rasulullah menjawab, meskipun dia shalat dan puasa. Maka berlakulah sesuai dengan perilaku Allah yang menamakan kalian sebagai Muslim, Mukmin, hamba Allah.” [At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ ash-Shahîh (2863), ia berkata, hadis ini hasan shahih gharib. An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i, al-Mujtabâ (930). Ahmad, al-Mausû'ah (17170). Ia berkata, bahwa hadis ini shahih dan perawinya terpercaya, terdapat dalam beberapa nomor: 17800. Ia berkata, hadis ini shahih dan sanadnya hasan. At-Thabrani, Al-Kabir (3437-3438). Ath-Thayalisi (1161-1162). Abu Ya'la, al-Musnad (1571). Ibnu Khuzaimah, Ash-Shahîh (1895). Ibnu Hibban, Shahîh ibnu Hibbân (6233). Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. I, hal. 421 (1534, 505, 406). Dishahihkan oleh al-Hakim, berkata bahwa hadis ini shahih menurut syarat Al-Bukhari dan Muslim. Sesuai dengan pendapat adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh-nya. Abdurrazzaq, al-Mushannaf (20709). (Hasan Shahih)]

9. Keutamaan Shalat di Masjid Al-Aqsha 

10. Dari Abu Dzar r.a. berkata, kami saling bertukar pikiran bersama Rasulullah Saw., manakah yang lebih utama Masjid Rasulullah atau Baitul Maqdis. Rasulullah Saw. bersabda: “Sekali shalat di masjidku lebih utama empat kali daripada Baitul Maqdis, dan ia adalah sebaik-baik tempat shalat. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya, dari tempat itu ia melihat Baitul Maqdis lebih baik dari dunia keseluruhan, atau lebih baik dari dunia dan seisinya.” [Al-Hakim, al-Mustadrak (8553). Al-Hakim berkata, hadis ini hasan namun tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Dishahihkan oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhish menurut syarat al-Bukhari dan Muslim. Al-Baihaqi, Syu'abu al-Îmân (3849, 4145). Al-Haitsami, az-Zawâ'id, vol. IV, hal. 7. Dishahihkan juga oleh al-Albani dalam Silsilatu al-Ahâdîts ash-Shahîhah. (Shahih)]

10. Shalat di Baitul Maqdis dan Ampunan Dosa 

11. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ketika berada di dinding rumahnya di Thaif, dikatakan padanya, bumi yang tenang... Ia berkata, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Sulaiman bin Dawud a.s. meminta kepada Allah tiga hal dan diberikan dua, dan kami berharap agar beliau mendapatkan yang ke-tiga; beliau pun meminta ketepatan dalam memutuskan kebijakan, Allah pun mengabulkannya. Ia meminta kerajaan yang tidak diberikan kepada siapapun setelahnya, Allah pun mengabulkannya. Ia juga memohon kepada Allah agar siapapun yang keluar dari rumahnya tidak ada keinginan lain kecuali hanya untuk shalat di Masjid ini, maka kesalahannya keluar darinya seperti anak yang baru dilahirkan ibunya. Maka kami berharap agar Allah Swt. mengabulkannya. [Musnad Ahmad (6644), penahqiq berkata, hadis ini sanadnya shahih dan perawinya dipercaya yang masuk dalam para perawi dalam Al-Bukhari dan Muslim. Al-Hakim meriwayatkan dengan sanad yang sama dan menshahihkannya dalam kitabnya (83). Sesuai juga dengan adz-Dzahabi dalam at-Talkhish, ia meriwayatkannya (3624). Dishahihkan dan diterima oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. Abdullah bin Fairuz berkata, perawinya dipercaya, sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim, dan tidak ada cacat. Al-Auza'i berkata, bahwa hadis ini shahih diriwayatkan oleh para imam hadis, bahkan Al-Bukhari dan Muslim berhujjah dengan pera perawi hadis ini. Ibnu Hibban (1633, 6420). (shahih)] 

11. Masjid Al-Aqsha dan Berita Kehancuran Yahudi 

12- Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sampai kalian memerangi Yahudi, hingga batu yang di belakangnya ada orang Yahudi berkata: Wahai Muslim, ini Yahudi dibelakangku, bunuhlah dia!”. [Al-Bukhari (2925, 2926), Muslim (2921)]

Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Kiamat tidak akan pernah terjadi, sampai orang Muslim memerangi orang Yahudi. Sehingga orang Yahudi bersembunyi di belakang batu atau kayu. Kemudian batu dan kayu tersebut berkata: Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Kecuali Ghorqod*, karena ia merupakan pohon orang Yahudi.” 
*Pohon Ghorqod sejenis kayu berduri yang dikenal di Baitul Maqdis. Abu Huzaifah ad-Dainury berkata, “Jika Ausajah (tanaman berduri sejenis pohon terong) membesar maka ia menjadi Gharqadah (pohon yahudi)”.

12. Baitul Maqdis dan Tanda-tanda Kiamat 

A. Kabar Gembira Pembebasan Baitul Maqdis 

13. Dari Auf bin Malik berkata, aku mendatangi Rasulullah Saw. saat perang Tabuk dan beliau berada di kubah yang terbuat dari kulit, kemudian beliau bersabda: “Hitunglah enam tanda hari kiamat; kematianku, dibebaskannya Baitul Maqdis, dua kematian yang menimpa kalian seperti kambing, melimpahnya harta sehingga seorang diberi 100 dinar tetap marah tidak rela, fitnah yang masuk ke setiap rumah masyarakat Arab tanpa kecuali, perdamaian antara kalian dan bangsa kulit Kuning (Romawi) kemudian mereka mengingkari dan menyerang kalian dari 80 arah, setiap arah terdapat 12000 pasukan”. [Al-Bukhari (3176), Ibnu majah (4042), Imam Ahmad (6623), komentar beliau derajat hadisnya Hasan Lighairihi, (22053, 24040), Imam Hakim (8295), ia menshahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahaby (6324, 8303, 8297). Al-Haitsamy dalam Majma' Az-Zawâ'id (122432). Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (244, 368), al-Baihaqi, Syu'abul Iman (19331). (Shahih)]

B. Baitul Maqdis dan Pembunuhan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj 

14. Dari Nawas bin Sam'an berkata: Suatu pagi, Rasulullah Saw. bercerita tentang Dajjal, terkadang beliau melirihkan dan meninggikan suaranya, sehingga kami mengira berada dalam kelompok lebah... Lalu beliau memanggil seorang pemuda dan memukulnya dengan pedang, sehingga terbelah menjadi dua bagian sebesar sasaran panah, kemudian memanggilnya lagi dan pemuda tersebut bangun dengan wajah berseri-seri sambil tertawa. Dalam situasi seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Al-Masih putra Maryam, turun di sebuah menara putih sebelah timur kota Damaskus, dengan memakai dua mahrudah (kain yang dicelup dengan Zafran) sambil meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Ketika menganggukkan kepala, butiran seperti mutiara berjatuhan, dan ketika mengangkat kepalanya, butiran seperti permata berjatuhan. Maka tidaklah seorang kafir yang menghirup aroma nafas Isa Putra Maryam melainkan dia akan mati. Aroma nafasnya tercium hingga akhir pandangan mata. Nabi Isa kemudian mencari Dajjal dan mendapatinya berada di hadapan Gerbang Lud* kemudian membunuhnya. 
*Sebuah kota terletak di sebelah Tenggara kota Yafa, 16 KM dari Yafa. [Ensiklopedi Modern, Vol. XXIV, hal. 210]

Nabi Isa kemudian ditemui oleh kaum yang dijaga Allah dari fitnah Dajjal, beliau mengusap wajah mereka sambil memberi tahu derajat mereka di surga. Pada saat itulah Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Isa a.s.: “Sesungguhnya aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku. Tidak ada kekuatan apapun yang mampu membunuh mereka, maka ungsikanlah hamba-hamba-Ku itu ke Gunung Tursina”. Setelah itu Allah Swt mengutus Ya'juj Ma'juj, mereka berjalan dengan cepat menelusuri setiap penjuru bumi. Kelompok pertama mereka melewati Danau “Thobariyyah” lantas meminum airnya hingga habis. *Terletak di dekat kota Thabaria, jaraknya dengan Baitul Maqdis kurang lebih perjalanan tiga hari. Airnya manis dan segar. (Lih. Yâqûtu Al-Hamawy: Mu‟jamu Al-Buldân). Kelompok terakhir mereka pun melaluinya lalu berkata: “Sebelumnya pernah ada air di sini”. Mereka pun mengepung Nabi Isa a.s. bersama para sahabatnya, sehingga hari itu kepala sapi bagi mereka lebih berharga daripada seratus dinar bagi kalian. Nabi Isa a.s. bersama sahabatnya kemudian memohon pertolongan kepada Allah, dan Allah pun mengirim Naghaf* kepada Ya‟juj Ma‟juj menyerang leher mereka hingga mati semua. *Belatung yang biasa ada di hidung unta dan kambing. Setelah itu Nabi Isa a.s. bersama para sahabatnya kembali turun ke bumi. Mereka tidak menemukan sejengkal pun tempat di muka bumi kecuali dipenuhi oleh lemak Ya'juj Ma'juj yang berceceran dan bau busuk. Karena itulah Nabi Isa beserta kaumnya kembali memohon kepada Allah agar Allah hilangkan bau yang menjijikkan itu. Allah kemudian menolong mereka dengan mengirimkan burung besar berleher panjang seperti onta untuk mengangkut potongan daging Ya'juj Ma'juj, membuangnya ke tempat yang Allah kehendaki, kemudian Allah Swt. menurunkan hujan untuk menetralisir bumi sehingga bumi menjadi bersih dan bening seperti cermin. Setelah bumi benar-benar bersih, bumi diperintah: “Wahai bumi! Tumbuhkanlah buah-buahan dan kembalikanlah keberkahanmu! Sejak itu segolongan manusia mulai memakan dan merasakan kembali buah delima, menjadikan pelepah dan kelopak pepohonan sebagai tempat berteduh. Keberkahan juga terlihat dari susu yang dihasilkan dari binatang-binatang ternak, bahkan susu onta yang sedang hamil tua bisa mencukupi banyak orang, susu sapi hamil tua mencukupi orang satu kabilah, susu kambing hamil tua mencukupi satu kampung. Saat itu Allah mengirimkan angin yang semerbak wangi menghembus mengenai ketiak manusia, kemudian secara lembut dan mesra mencabut ruh setiap Mukmin dan Muslim, hingga yang tersisa hanya orang-orang rusak, melakukan perzinahan di depan umum tanpa rasa malu sedikitpun seperti keledai. Saat itulah kemudian terjadi dahsyatnya hari kiamat kepada mereka.” [Muslim (2137), Ibnu Majah (4077), Abu Dawud (4321) menilai hadis ini Shahih dan perawinya terpercaya, Imam Ahmad (20199), Ibnu Hajar mengomentari riwayat Imam Ahmad, bahwa isnadnya Hasan, Fathu Al-Bâri, vol. VI, hal. 610. (Shahih)]

Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abdurrahman bin Zaid bin Jabir dengan sanad yang sama, tapi dengan tambahan redaksi setelah kalimat, “Sebelumnya di sini terdapat air kemudian mereka berjalan sampai Gunung Khamar*.” “Yaitu Gunung Baitul Maqdis”. 
*Gunung Khamar adalah gunung yang dipenuhi pepohonan sehingga menutupi siapapun yang ada di bawahnya. Ditafsirkan juga sebagai Gunung Baitul Maqdis karena pohonnya yang banyak. 

Mereka berkata: “Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, mari kita bunuh yang ada di langit.” Mereka pun melesatkan panah ke langit namun Allah membalikkan panah mereka dengan lumuran darah. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Hujr: "Sesungguhnya Aku telah menurunkan hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka." [Muslim (111, 2137). (Shahih)]

Ibnu Taimiyyah berkata, “Dalil-dalil menunjukan bahwa sesungguhnya kekuasaan kenabian itu ada di Syam. Perkumpulan (hasyr) juga di situ. Maka ke Baitul Maqdis dan sekitarnyalah penciptaan dan akhir segala urusan. Disanalah akan dikumpulkan makhluk. Islam pun pada akhir zaman akan berjaya disana.” [Majmû' al-Fatâwâ, vol. XXVII, hal. 44]

15. Dari Abu Umamah al-Bahily berkata, Rasulullah Saw. Pernah berkhutbah, dan kebanyakan isi khutbahnya tentang Dajjal sekaligus mewanti-wanti kami. Diantara sabdanya adalah: “Sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal di muka bumi ini sejak Allah menciptakan anak cucu Adam,” Sampai beliau mengatakan, “Pada saat itu jumlah mereka sedikit, dan kebanyakan mereka berada di Baitul Maqdis, imam mereka adalah seorang lelaki shaleh. Ketika imam mereka maju untuk melakukan shalat bersama mereka,” Ummu Syarik binti Abil Akar lalu bertanya, “Dimana orang Arab saat itu?” Rasulullah menjawab, “Waktu Subuh. Tiba-tiba Nabi Isa a.s. Al-Masih turun, maka mundurlah imam mereka ke belakang agar Isa a.s. maju untuk mengimami shalat. Isa a.s. lalu meletakkan tangannya di antara kedua bahu imam mereka sambil berkata, 'Majulah kamu dan pimpinlah shalat, karena sesungguhnya shalat ditegakkan untuk kamu.' Akhirnya pemimpin mereka pun maju dan mengimami mereka shalat. Seusai shalat Isa a.s. berkata, 'Bukalah pintu.' Mereka pun membukakan pintu, ternyata di belakangnya Dajjal telah menunggu bersama dengan tujuh puluh ribu orang Yahudi, masing-masing memiliki pedang terhunus yang terbuat dari emas. Ketika Dajjal memandang Isa a.s., Dajjal pun meleleh (hancur) seperti garam larut bersama air. Nabi Isa a.s. kemudian berkata: “Aku punya pukulan untukmu yang tidak ada seorangpun yang mampu mengalahkannya.” Nabi Isa a.s. menemukan Dajjal berada di pintu Kota Ludd bagian timur, Nabi Isa pun membunuhnya. Allah pun menghancurkan orang Yahudi. Tidak ada satu makhluk ciptaan Allah pun yang dijadikan pelindung oleh Yahudi, melainkan Allah jadikan berbicara, mulai dari batu, pohon, dinding, dan binatang ternak kecuali pohon Gharqad. Sebab ia merupakan dari pohon Yahudi. Tidak ada yang diucapkan kecuali, "Wahai hamba Allah yang Muslim! Di sini ada orang Yahudi, kemarilah dan bunuhlah dia." [Ibnu Majah (4077), dihasankan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dan dishahihkan oleh Al-Albani. (Shahih)]

C. Baitul Maqdis Tidak Dimasuki Dajjal 

16. Dari Junadah bin Abu Umayyah al-Azry berkata, aku pernah pergi bersama seorang lelaki dari Anshar menemui seorang sahabat Rasulullah Saw., kami pun berkata, ceritakan pada kami apa yang kau dengar dari Rasulullah Saw. tentang Dajjal, dan jangan ceritakan dari selain beliau, walaupun cerita itu benar. Sahabat itupun berkata, Rasulullah Saw. pernah berkhutbah, “Berhati-hatilah kalian dengan Dajjal! “Berhati-hatilah kalian dengan Dajjal! “Berhati-hatilah kalian dengan Dajjal! Karena tiada seorang nabi pun yang diutus kecuali pasti mengingatkan umatnya tentang Dajjal. Wahai ummatku! Sesungguhnya Dajjal berada di dalam kalian wahai umatku, ia hidup 40 pagi (hari) di bumi, sehingga sampai pada setiap penjuru bumi. Dan sesungguhnya ia tidak akan bisa mendekati empat masjid; Masjidil Haram, Masjid Rasulullah, Masjid Al-Maqdis, dan Masjid Thur. Dan sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain bagi kalian, sesungguhnya Allah tidak pecak. (diulang dua kali).” [Ahmad, vol. V, hal. 364. Ibnu Abi Syaibah mengomentari Imam al-Haitsami dalam Majma' az-Zawa'id, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan perawi yang shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani. Ibnu Hajar berkata, perawinya terpercaya, Fathu al-Bâri, Vol. 13, hal. 105. (Shahih)]

Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Sesungguhnya Dajjal akan menguasai bumi, kecuali Masjidil Haram dan Baitul Maqdis. Dajjal akan menggiring orang-orang Islam ke Baitul Maqdis, kemudian mereka dikepung dengan keras.” 

Al-Aswad berkata, “Perkiraan saya, Nabi Isa a.s. putra Maryam berteriak sehingga Dajjal beserta bala tentaranya dihancurkan Allah.” [Ahmad, al-Musnad. ath-Thabrani, al-Mu'jam, Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibbân, al-Hakim, al-Mustadrak. Ia berkata, hadis ini sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim. Ibnu Hajar berkata, perawinya terpercaya, Fathu al-Bâri, vol. XIII, hal. 105. (Shahih)]

D. Hanya Baitul Maqdis Yang Tersisa Setelah Seluruh Kota Hancur 

17. Dari Mu'adz bin Jabal r.a. berkata, Rasulullah Saw., bersabda, “Makmurnya Baitul Maqdis adalah hancurnya kota Yatsrib (Madinah), dan hancurnya kota Yatsrib merupakan tanda permulaan al-malhamah, permulaan al-malhamah merupakan tanda penaklukan Kostantinopel, dan penaklukan Kostantinopel merupakan tanda kemunculan Dajjal. Rasulullah kemudian menepukkan tangannya ke paha atau pundak orang yang beliau ceritakan, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya ini adalah benar, seperti benarnya engkau sedang berada disini atau seperti benarnya engkau duduk di sini,” maksudnya kepada Muadz bin Jabal." [Abu Dawud (4294), Ahmad (5/232, 245), Abu Ya'la al-Mushili, Musnad (6417) dishahihkan oleh al-Albani (4096). (Shahih)] 

E. Baitul Maqdis dan Telaga Rasulullah Saw. 

18. Dari Abu Sa'id al-Khudri berkata, bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Aku mempunyai telaga antara Ka'bah dan Baitul Maqdis, putih seperti susu, wadahnya sebanyak bilangan bintang. Dan aku nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat”. [Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (4301), al-Bushairi berkata, hadis ini lemah karena ada Athiyah al-Aufy. Dishahihkan oleh al-Albani. Abu Ya'la dalam Musnadnya (1028). (Shahih)]

F. Baitul Maqdis dan Melihat Neraka Jahannam 

19. Dari Ziyad bin Abu Saudah r.a. berkata, Suatu ketika Ubadah bin Shamit pernah menangis di pagar timur Baitul Maqdis. Sebagian mereka bertanya, apa yang membuatmu menangis, wahai Abul Walid? Lalu ia menjawab, Rasulullah Saw. mengabarkan bahwa beliau melihat neraka dari tempat ini”. [Al-Hakim, al-Mustadrak (8785). Ia berkata, hadis ini sanadnya shahih, tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahaby dalam at-Talkhish. Dan ia berkata, hadis ini Shahih. Ibnu Hibban (7464-7465). (Shahih)]

G. Baitul Maqdis Negeri Mahsyar dan Mansyar 

20. Dari Maimunah binti Sa'ad r.a. isteri Nabi Saw. berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw., Wahai Rasulullah! fatwakan kepada kami tentang Baitul Maqdis? Beliau menjawab, “Ia adalah negeri mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penebaran). Datanglah kalian dan shalatlah kalian di sana, karena satu kali shalat di sana sama dengan seribu kali shalat di tempat lain”. Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak mampu mendatanginya?” Beliau menjawab, “Kirimkan minyak untuk menyalakan lampu yang ada di dalamya. Siapa yang melakukan hal itu maka ia seperti telah mendatanginya”. [Ibnu Majah (1407). Ia berkata, sanadnya shahih dan perawinya terpercaya. Ahmad, vol. 6, hal. 463, Abu Dawud (457), ath-Thabrani dalam al-Mu'jamu al-Kabir, vol. XXV, hal. 54. Al-Baihaqi (4418). Abu Ya'la (7088). Dishahihkan oleh al-Albani]

Ibnu Taimiyah berkata, “Dalil-dalil tersebut menunjukan bahwa sesungguhnya kekuasaan kenabian itu ada di Syam. Tempat perkumpulan (hasyr) di sana. Segala penciptaan dan akhir segala urusan kembali kepada Baitul Maqdis dan sekitarnya. Disanalah akan dikumpulkan semua makhluk. Islam pada akhir zaman pun akan berkuasa disana”. [Majmu' Al-Fatâwâ, Vol. 27, hal. 44]

13. Baitul Maqdis dan Penahanan Matahari 

21. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya tidak pernah terjadi penahanan matahari bagi manusia, kecuali terhadap Yusya' bin Nun, beberapa malam ia berjalan menuju Baitul Maqdis”. [Ahmad (8315). Penahqiq mengatakan, hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Dikeluarkan juga oleh imam al-Khatîb al-Baghdâdi dalam tarikhnya, vol. VII, hal. 34-35, Ya'kub bin Sufyan dalam al-Ma'rifah wat tarikh (2172). ath-Thahawi; Syarhu Musykilu al-Âtstâr (1069-1070), dishahihkan oleh al-Albani, vol. V, hal. 266-267, ia mengatakan, sanadnya baik sesuai dengan syarat Al-Bukhari. (Shahih)] 

14. Berkah Baitul Maqdis dalam Menghalalkan Ghanimah 

22. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Salah seorang nabi berperang, lalu berkata kepada kaumnya, “Jangan ikut perang orang yang baru saja menikah dan sedang melangsungkan malam pertamanya! Jangan pula orang yang sedang membangun rumah dan belum sempat memasang atapnya! Jangan pula orang yang membeli kambing atau unta bunting sedang ia menunggu kelahiran anak binatang ternaknya”. Lalu nabi tersebut berperang, dan ketika mendekati sebuah kota*, masuk waktu shalat Ashar atau hampir masuk, kemudian ia berkata kepada matahari: *Al-Hakim dalam riwayatnya menyebutkan nama Areeha, dari Ka‟ab (Vol. 2, hal. 151) “Sesungguhnya kamu (matahari) diperintah dan saya juga diperintah, Ya Allah, tahanlah matahari (agar jangan terbenam dahulu)”, maka matahari pun ditahan, sampai Allah membukakan kemenangan untuknya. Lalu dikumpulkan ghanimah (harta rampasan perang), kemudian datanglah api untuk memusnahkannya, namun ia tidak mau membakarnya, maka nabi tersebut berkata: “Sesungguhnya diantara kalian ada yang korupsi, maka berbaiatlah kepadaku setiap kabilah satu orang, lalu ada seorang yang melekatkan tangannya kepada tangan nabi tersebut, lalu nabi berkata: “Anggota kabilahmu ada yang korupsi, maka berbaiatlah seluruh anggota kabilahmu, kemudian ada dua atau tiga orang yang tangannya menempel di tangan nabi tersebut”. Ia pun berkata: “Kalian telah melakukan korupsi!”, mereka pun membawa emas seukuran kepala sapi lalu dikumpulkan bersama ghanimah lainnya, setelah itu api datang memakan semua harta tersebut. Kemudian Allah Swt. menghalalkan ghanimah untuk kita, ketika melihat kondisi kita yang lemah dan kekurangan, sehingga dihalalkan kepada kita” [Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari (3124), Muslim (1747), Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (8238). Menurut penahkiknya, hadis ini shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim, Abdurrâzaq, al-Mushannaf (9492). Al-Baghawi (2719). Ibnu Hibban (4808). Al-Baihaqi, vol. VI, hal. 290. Al-Hakim, vol. II, hal. 151 dan 2618. Beliau mengatakan, hadis ini shahih gharib tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahabi. (Muttafaq Alaih)]

Diriwayatkan dari Ka'ab al-Ahbar, bahwa ia pernah berkata kepada Abu Hurairah r.a.: Wahai Abu Hurairah, “Apakah Nabi Saw. menceritakan siapa nabi tersebut diatas?” Abu Hurairah menjawab, “Tidak.” Ka'ab berkata, “Ia adalah Yusya' bin Nun.” Ia bertanya lagi, “Apakah Nabi mengabarkan kotanya?” Abu Hurairah menjawab, “Tidak.” Ka'ab berkata, “Ia adalah kota Areeha”. [Thariq Suwaidan; Falistin at-tarikh al-Mushowar, hal. 3. Areeha 1186 SM]

15. Nabi Memberikan Gambaran Tentang Baitul Maqdis 

23. Dari Ibnu Syihab, Abu Salamah berkata, Aku mendengar Jabir bin Abdullah r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah Saw., bersabda: "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj) aku berdiri di al-Hijir, kemudian Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya, sedang aku terus melihatnya". Ya'kub bin Ibrahim menambahkan, “Anak saudaraku, Ibnu Syihab telah menceritakan kepada kami, dari pamannya bahwa: “Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku berdiri di al-Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, (dengan cerita yang sama)”. [Al-Bukhari (4710), Muslim (170), at-Tirmidzi (3133), ia mengatakan, hadis ini Hasan Shahih. Ahmad, al-Mausu'ah (15034-15035), beliau mengatakan, hadis ini shahih sesuai syarat al-Bukahri dan Muslim, Abu Ya'la (2091). (Muttafaq Alaih)]

16. Nabi Muhammad Meletakan Kakinya di Baitul Maqdis 

24. Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Pada malam diamana aku di isra' kan, aku menginjakan kakiku, -dalam redaksi yang lain- (aku menaikkan kakiku), di tempat dimana para nabi meletakan kakinya di Baitul Maqdis, kemudian diperlihatkan kepadaku Isa bin Maryam,” Rasul Saw. berkata, “Ternyata sangat mirip dengan Urwah bin Mas'ud. Kemudian diperlihatkan kepadaku Musa, ternyata ia seorang lelaki yang sempurna (jauh dari kekurangan). Kemudian diperlihatkan padaku Ibrahim, ternyata beliau paling mirip dengan sahabat kalian”, yaitu Rasulullah Saw.”. [Ahmad, al-Mausû‟ah (10830). Beliau berkata, hadis ini sahih, sanadnya hasan. Muslim (172, 278). An-Nasai, al-Kubrâ (11480), at-Thahawy, Musykil al- Âtsâr (5011). Al-Baihaqi, ad-Dala'il (2/358, 7789). (Shahih)]

17. Baitul Maqdis dan Peristiwa Isra Mi’raj 

25. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Aku didatangi Buraq, yaitu binatang berwarna putih, lebih tinggi dari keledai, lebih kecil dari anak keledai, langkahnya sejauh akhir pandangan mata. Aku menugganginya hingga sampai di Baitul Maqdis. Kemudian aku mengikatnya di sebuah lingkaran sebagaimana para nabi juga mengikat buraqnya di situ. Setelah itu aku masuk ke dalam masjid dan shalat dua rakaat setelah itu aku keluar. Lalu datanglah Jibril a.s. membawa segelas khamr dan segelas susu, lalu aku memilih susu. kemudian Jibril a.s. berkata, “Engkau telah memilih fitrah” Lalu kami berangkat hingga ke langit dunia. (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Jibril ditanya lagi, “Siapa bersamamu?” “Muhammad.,” jawab Jibril. Ditanya, “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Malaikat penjaga pun membukakan untuk kami. Ternyata kami bertemu dengan Adam a.s. menyambut dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku dinaikan ke langit kedua, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Kemudian dibukakan untuk kami, ternyata aku bertemu dengan Isa bin Maryam a.s. dan Yahya bin Zakaria a.s., mereka berdua mengucapkan selamat dan mendoakanku kebaikan. Kemudian aku dinaikan ke langit ketiga, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. ternyata aku bertemu nabi Yusuf yang memberikan separo kebaikan, dan dia mengucapkan selamat serta mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku dinaikan ke langit ke empat, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Idris a.s., beliau mengucapkan selamat dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman, “Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (QS. Maryam: 57). Kemudian aku dinaikan ke langit kelima, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Ternyata aku bertemu dengan nabi Harun a.s., dia mengucapkan selamat dan mendoakan kebaikan padaku. Kemudian aku diberangkatkan lagi ke langit ke-enam, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad,” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya. Ternyata aku bertemu dengan Musa a.s., beliau mengucapkan selamat dan mendoakanku. Kemudian aku dinaikan ke langit ketujuh, (Sampai di sana) Jibril minta dibukakan. Dia ditanya: “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa bersamamu?” “Muhammad” jawab Jibril. Ditanya: “Apakah ia telah diutus?” “Ya,” jawabnya., teryata aku bertemu dengan Ibrahim a.s., yang sedang bersandar di Baitul Makmur. Ternyata setiap hari tempat itu didatangi oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak kembali lagi. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha, ternyata daunnya seperti telinga gajah, buahnya seperti tiang kayu. Beliau bercerita, setelah tertutup atas perintah Allah lalu berubah. Tidak ada seorangpun yang mampu memberikan keterangan tentangnya. Kemudian Allah memberikan wahyu, diwajibkan atasku 50 kali shalat sehari-semalam. Tatkala aku turun dan bertemu Musa a.s., ia bertanya: “Apa yang telah difardhukan Tuhanmu kepada umatmu?” Aku menjawab: “Salat lima puluh kali.” Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada Bani Israil.” Aku pun kembali kepada Tuhanku dan berkata: “Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku.” Lalu Allah mengurangi lima shalat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa a.s. dan aku katakan: “Allah telah mengurangi lima waktu shalat dariku.” Dia berkata: “Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu.” Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Tak hentihentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa a.s. sampai Allah berfirman: “Hai Muhammad! Sesungguhnya kewajibannya adalah lima waktu salat sehari semalam. Setiap shalat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima shalat sama dengan lima puluh salat. Dan barang siapa yang berniat untuk kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat. Jika ia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan.” Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s., lalu aku beritahukan padanya. Dia masih saja berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan.” Aku menyahut: “Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepada-Nya”. [Al-Bukhari (3207, 3393, 3430, 3887). Muslim (162-164), teksnya riwayat Muslim. An-Nasa'i (447-450), at-Tirmidzi (3346), Ahmad, al-Mausû'ah (12505), ia mengatakan, isnadnya shahih dan perawinya terpercaya, al-Hakim (8793), ia mengatkan, hadis in diperselisihkan, dan Ahmad mendhoifkannya, Abu Ya'la (5036, 3375), al-Bazzâr (1568). (Muttafaq Alaih)]

18. Nabi Musa a.s. Shalat di Kuburannya Dekat Baitul Maqdis 

26. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Di malam Isra aku melewati Nabi Musa sedang shalat di kuburannya”. [Muslim (2375, 165), Ahmad (12210) dan ia mengatakan, sanadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim. An-Nasa'i (1632-1635). Abu Ya'la (4067, 4084, 4085). Ibnu Hibban (49). al-Baghawi (3760). Ibnu Khuzaimah, at-Tauhîd, vol. II, hal. 882. (Shahih)]

Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik r.a., berkata, Rasulullah Saw., bersabda: “Dimalam Isra' aku melewati Musa a.s., yaitu di samping bukit merah sedang shalat di kuburannya”. [Muslim (164), Ahmad (19/484, 12504), ia mengatakan, isnadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim, An-Nasa'i (1630-1631). Abu Ya'la (3325). Ibnu Hibban (50). Abu Nuaim, al-Hilyah (6/253). (Shahih)]

19. Baitul Maqdis dan Hidayah Fitrah 

27. Dari Abu Hurairah r.a.: “Pada malam ketika Rasulullah diisra'kan di Iliya, dihidangkan kepada beliau dua bejana; khamr dan susu. Lalu beliau melihat keduanya dan mengambil bejana yg berisi susu. Jibril a.s. pun berkata: Segala puji bagi Allah yg telah menunjukkan kepadamu fitrah, sekiranya engkau mengambil khamr maka umatmu tersesat”. [Al-Bukhari (3/1457, 4709), Muslim (162), At-Tirmidzi (3130), al-Hakim (272) beliau mengatakan hadis ini shahih. Ahmad, Al-Mausu'ah, vol. 16, hal. 379, (7789, 10647)]

20. Nabi Shalat Bersama Para Nabi Di Baitul Maqdis 

28. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw., bersabda: “Ketika aku berada di Hijir, orang-orang Quraisy menanyaiku tentang Isra‟. Mereka menanyaiku tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Baitul Maqdis yang tidak aku ketahui. Maka aku merasakan kesulitan yang belum pernah kualami. Tiba-tiba Allah ta‟ala memperlihatkan kepadaku sehingga aku dapat melihatnya. Tidak ada satupun yang mereka tanyakan kecuali aku dapat menjawabnya. Aku juga teringat ketika aku berada di tengah-tengah para nabi, tiba-tiba aku melihat Musa a.s. tengah shalat. Dia tampak gagah perkasa seperti orang-orang Banu Syanu'ah. Akupun melihat Isa bin Maryam a.s. sedang sholat. Dia sangat mirip dengan Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Aku juga melihat Ibrahim a.s. sedang sholat. Dia sangat mirip dengan sahabatmu (maksudnya dengan Nabi Muhammad Saw.). Ketika dating waktu shalat aku mengimami mereka. Seusai shalat, ada yang berkata: ”Hai Muhammad, ini adalah malaikat penjaga Jahannam ucapkan salam kepadanya.” Kemudian aku menoleh kepadanya ternyata dia mendahuluiku mengucapkan salam”. [Muslim (172). (Shahih)]

21. Mimpi Rasulullah Saw. Malam Isra'

29. Dari Ibnu Abbas r.a. tentang firman Allah Swt: “Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia” (QS. Al-Isra: 60), Ia berkata, “Adalah Mimpi yang jelas, pada malam isra` Rasulullah Saw. diperlihatkan Baitul Maqdis. “Dan pohon terkutuk dalam Al Qur'an.” (QS. al-Isra: 60), ia berkata, yaitu pohon Zaqqum”. [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3888). At-Tirmidzi, al-Jâmi' (3134). At-Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih. Musnad Ahmad (3500), sanadnya shahih dan perawinya shahih. Lihat juga (1916), sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari. (sahih)]

22. Bernadzar Shalat di Baitul Maqdis 

30. Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Ada seorang wanita mengadu sambil berkata, “Jika Allah menyembuhkanku, maka aku benar-benar akan keluar menuju Baitul Maqdis dan shalat di sana.” Wanita itu pun sembuh dari penyakitnya lalu segera mempersiapkan perjalanan. Kemudian ia mendatangi Maimunah isteri Nabi Saw., ia mengucapkan salam atasnya dan mengabarkan tentang perjalanan yang akan ia lakukan. Maka Maimunah pun berkata, “Duduk dan makanlah apa yang kamu inginkan, lalu shalatlah di Masjid Rasulullah Saw., karena saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Satu shalat di Baitul Maqdis lebih utama daripada seribu shalat di masjid lain selain Masjid Ka‟bah.” [Muslim, Shahîh Muslim (1396, 510). Ahmad, al-Mausû'ah, vol. VI, hal. 222. Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi (20716). (Shahih)]

23. Hukum Menghadap Baitul Maqdis ketika Buang Hajat

31. Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Orang-orang berkata, jika kamu membuang hajat maka janganlah menghadap kiblat atau Baitul Maqdis.” Lalu Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Suatu hari aku pernah naik atap rumah kami, lalu aku melihat Rasulullah Saw. buang hajat menghadap Baitul Maqdis di antara dua dinding. Lalu ada seseorang yang berkata, “Barangkali kamu termasuk dari orang-orang yang shalat dengan mendekatkan paha (ke tanah)?” Maka aku jawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.” Malik berkata, “Yaitu orang yang shalat namun tidak mengangkat (paha) dari tanah ketika sujud, yakni menempel tanah.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (145). Muslim, Shahîh Muslim (266)(61). Ahmad, al-Musnad (4991, 4606, 5747, 4847). Penahqiq berkata, hadis ini sanadnya sahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim. Abu Dawud, as-Sunan (12). Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (322). An-Nasa'i, Sunan an-Nasâ'i (23). Ad-Darimi, Sunan ad-Dârimi (667). Al-Baihaqi, vol. I, hal. 92. Ibnu Hibban, ash-Shahih (1421). Imam Ali bin Umar ad-Daruquthni (169). Al-Baghawi (176). Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (13312). Imam Malik bin Anas, al-Muwaththa' (512). Abu Ya'la, Musnad Abu Ya'la (5741). (Muttafaq ‘Alaih)]

Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Aku pernah naik di atas rumah Hafshah karena suatu urusanku, lalu aku melihat Rasulullah Saw. buang hajat membelakangi kiblat dan menghadap Syam.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3102). Muslim, Shahîh Muslim (266, 62). At-Tirmidzi, Shahîh al-Jâmi‟ (11). Ia berkata, bahwa hadis ini hasan shahih. Ahmad, al-Mausû'ah (4606). Ia berkata, hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim, terdapat pada nomor: (4617, 4991, 5715, 5741, 5737, 5941). Ibnu Khuzaimah, Shahîh ibnu Khuzaimah (59). Ibnu Hibban (1418). Ath-Thahawi, vol. 4, hal. 34. Al-Baghawi (175). Abu Ya'la al-Mushili, al-Musnad (5741). Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi. (438). (Muttafaq ‘Alaih)]

24. Baitul Maqdis dan Tempat Golongan yang Dimenangkan 

32. Dari Umair bin Hani bercerita kepadanya berkata, Saya mendengar Mu'awiyah berkata di atas mimbar, Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan perintah Allah, tidak ada yang membahayakan mereka orang yang menghinakan atau menyelisihi mereka, hingga datangnya hari kiamat, dan mereka akan selalu menang atas manusia." Lalu Malik bin Yukhamir As-Saksaki berkata, “Wahai Amirul Mukimin, saya mendengar Muadz bin Jabal berkata, “Mereka adalah penduduk Syam,” lalu Mu'awiyah berkata dengan mengangkat suaranya, “Inilah Malik, menyatakan bahwa ia telah mendengar Muadz mengatakan, mereka adalah penduduk Syam.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (3641, 7460). Muslim, Shahîh Muslim (1923, 174). Ahmad, al-Mausû'ah (16932, 16849). Ia berkata, sanadnya shahih dan perawinya dipercaya dan shahih, hadis ini diriwayatkan dengan redaksi yang beragam, redaksinya dari Ahmad. Abu Ya'la (7383). Ath-Thabari, Tahdzîbu al-Âtsâr (1151). Abu Nuaim, al-Hilyah, vol. 5, hal. 158- 159. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr, vol. 19, hal. 899. (Muttafaq ‘Alaih)]

33. Dari Amr bin Abdullah Al-Hadrami, dari Abu Umamah, Rasulullah Saw. bersabda: “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama, mengalahkan musuh-musuh mereka, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menentang mereka, kecuali sekadar kesulitan hidup yang akan menimpa mereka, sampai datang keputusan Allah (Hari Kiamat), sementara mereka tetap dalam keadaan demikian.” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! di manakah mereka berada?” Rasulullah Saw. menjawab, “Mereka berada di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis.” [Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (7643). Abdullah bin Ahmad, Zawâ'id al-Musnad (21816). Abu Ya'la, Musnad Abû Ya'lâ al-Mûshili (6417). Al-Haitsami berkata dalam al-Majma', vol. 7, hal. 288. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Jaaddah dari ayahnya dan ath-Thabari, bahwa perawinya dipercaya. Hadis ini shahih berdasarkan saksi-saksinya]

34. Dalam riwayat dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku berperang di pintu-pintu Damaskus dan sekitarnya, atau di pintu-pintu Baitul Maqdis dan sekitarnya, tidak ada yang membahayakan mereka siapapun yang meninggalkan mereka, mereka selalu menang di atas kebenaran sampai datangnya hari kiamat.” [Abu Ya'la, al-Musnad (6417). Al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawa'id, vol. 10, hal. 61. Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan para perawinya terpercaya. Ibnu Hajar, al-Mathâlib al-Âliyah (4244, 4542). Ar-Rib'i, al-Fadhâ'il, hal. 60 dan 29. (Shahih)]

25. Doa Nabi Musa a.s. agar Dikuburkan Dekat Baitul Maqdis

35. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Suatu hari malaikat maut diutus kepada Musa a.s. Ketika menemuinya, (Nabi Musa a.s.) memukul matanya, malaikat maut pun kembali kepada Rabbnya dan berkata: "Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak menginginkan mati". Maka Allah mengembalikan matanya kepadanya seraya berfirman: "Kembalilah dan katakan kepadanya agar dia meletakkan tangannya di atas punggung seekor lembu jantan, maka setiap bulu lembu yang ditutupi oleh tangannya dia mendapat umur satu tahun". Nabi Musa a.s. bertanya, "Wahai Rabb, setelah itu apa?. Allah berfirman: "Kematian". Maka Nabi Musa a.s. berkata, "Sekaranglah waktunya". Kemudian Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar mendekatkannya dengan tanah yang disucikan (Al-Muqaddasah) dalam jarak sejauh lemparan batu". Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Seandainya aku ke sana, pasti akan aku tunjukkan kepada kalian keberadaan kuburnya yang ada di pinggir jalan di bawah tumpukan pasir merah". [Al-Bukhari (1339, 3407). Muslim (157-158) (2372). An-Nasa'i (2088). Ahmad, vol. 13, hal. 84 (7646, 7616, 10904, 10905). Ia berkata, hadis ini perawinya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban (6223). Abdurrazzaq, al-Mushannaf (20530). (Muttafaq ‘alaih)]

26. Bumi Syam, Negeri Ribath, Tapal Batas Sampai Hari Kiamat dan Tempat Tinggal Orang-orang Beriman

36. Dari Salamah bin Nufail Al-Kindi berkata, “Saya duduk di sisi Rasulullah Saw. maka seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan meletakkan senjata,” mereka berkata, “Tidak ada jihad lagi, perang telah selesai.” Maka Rasulullah menghadapkan wajahnya dan bersabda, “Mereka berdusta! Sekarang, sekarang, perang telah tiba. Akan senantiasa ada dari umatku berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati sebagian manusia, memberi rizki umat tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat hingga terjadi kiamat, dan sampai datang janji Allah. Kuda perang yang selalu tertambat di kepalanya adalah kebaikan hingga hari kiamat. Dia mewahyukan kepadaku, bahwa aku akan diwafatkan tidak lama lagi, dan kalian akan menyusulku kelompok demi kelompok. Sebagian dari kamu memukul tengkuk sebagian yang lain. Dan negeri kaum Mukminin ada di Syam." [An-Nasa'i, as-Sunan (3561). An-Nasa'i, as-Sunan al-Kubrâ (4401). Ibnu Hibban. Ahmad, al-Mausû'ah (16965). Ia berkata, hadis ini sanadnya hasan. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr. (6357, 6360). Al-Bukhari, al-Ma'rifatu wa at-Târîkh, vol. I, hal. 336-337. Ibnu Abi Ashim, al-Âhâd wa al-Matsânî (2460). Abu Awanah, vol. V, hal 16. Ath-Thahawi, Syarh Ma'âni al-âtsâr, vol. III, hal. 275. Ibnu Sa'ad, ath-Thabaqât, vol. VII, hal. 427-428. Al-Haitsami, al-Majma', vol. 10, hal. 60. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan perawinya yang terpercara. (shahih)]

27. Kabar Gembira akan Kembalinya Khilafah di Baitul Maqdis 

37. Dari Ibnu Zughb Al-Ayadi menceritakan kepadanya berkata, Abdullah bin Hawalah Al-Azdi singgah lalu ia berkata kepadanya, Rasulullah Saw. mengutus kami untuk mendapat rampasan perang dengan berjalan kaki, namun kami tidak mendapatkan sesuatu, dan beliau mengetahui kondisi berat pada wajah kami, kemudian beliau berdiri dan berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau serahkan mereka kepada diri mereka sendiri sehingga mereka lemah, dan janganlah Engkau serahkan mereka kepada orang-orang sehingga mereka mementingkan diri mereka atas diri mereka.” Kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku. Kemudian beliau berkata, “Wahai anak Hawalah, apabila engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi al-Muqaddasah (yang disucikan) maka sungguh telah dekat bencana gempa dan berbagai kesedihan serta perkara-perkara besar. Pada saat itu hari kiamat lebih dekat kepada orang-orang daripada tanganku ini dari kepalamu.” [Abu Dawud, Sunan Abû Dâwûd (2535). Al-Albani, Shahîh Sunan Abî Dâwûd (2535). Ahmad bin Hanbal, al-Albani, Shahîh al-Musnad (22548). Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. IV, hal. 471 (8309). Ia berkata, hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan pendapat adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. (shahih)]

At-Thibi mengatakan tentang kalimat "turun di bumi al-Muqaddasah", Yaitu dari Madinah ke negeri Syam sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Bani Umayah. Al-Khathabi mengatakan, akan memperingatkan hari-hari pemerintahan Bani Umayyah dan fitnah yang terjadi di masanya. 

28. Malaikat Bentangkan Sayapnya di Negeri Syam

38. Dari Zaid bin Tsabit r.a. berkata, suatu hari ketika kami bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda: “Kabar gembira untuk Syam, kabar gembira untuk Syam.” Maka aku pun bertanya, “Ada apa dengan Syam?” Beliau menjawab, “Para malaikat membentangkan sayapnya di atas Syam.” [Ahmad, al-Mausû'ah al-Hadîtsiyyah (21606-21607). Penahqiq berkata bahwa hadis ini Shahih, sanadnya hasan. Lihat juga ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (4934-4935) sanadnaya hasan. Ibnu Hibban (7304). Al-Baihaqi, ad-Dalâ'il, vol. VII, hal. 148. Dishahihkan oleh al-Albani dalam takhrij hadis tentang keutamaan Syam, dalam pandangan ar-Rib'i, hal. 12. (shahih)]

29. Syam Negeri Pilihan Allah untuk Hamba Pilihan

39. Dari Ibnu Hawalah berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Keadaannya hingga menjadi tentara yang terpisah-pisah, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan di Irak." Ibnu Hawalah berkata, pilihkan (tempat terbaik) untukku wahai Rasulullah apabila aku mendapati hal tersebut! Beliau bersabda, "Hendaknya kalian menetap di Syam karena sesungguhnya Syam adalah bumi pilihan Allah, Allah memilih dari hamba-Nya menuju Syam. Adapun jika kalian menolak maka hendaknya kalian menetap di Yaman, dan minumlah dari telaganya, karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Negeri Syam dan penduduknya.” [Abu Dawud (2483). Ahmad, al-Mausû'ah, vol. 33, hal. 466 (20355). Ia berkata, hadis ini perawinya shahih. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami‟ (4070). Al-Hakim, Kitâb alFitan (8556). Ia berkata, hadis ini sadanya shahih tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Disetujui oleh adz-Dzahabi dan menurutnya sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim. Dishahihkan juga oleh al-Hakim dan al-Baihaqi dalam ad-Dalâ'il, vol. VI, hal. 327. Abu Nuaim, al-Hilyah, vol. II, hal 3- 4. Ad-Dalâ'il (478). Disebutkan dalam Musnad Ahmad dalam nomor (17005). Ia berkata tentang hadis ini, sanadnya di sini lemah akan tetapi hadisnya shahih. Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (1172)) Al-Izz bin Abdussalam mengatakan, “Rasulullah Saw. mengabarkan bahwa negeri Syam berada di bawah jaminan dan perlindungan Allah, dan barang siapa yang Allah lindungi dan jaga, maka tidak akan ada kesia-sian baginya.” (At-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabîr (7796). Shahîh al-Jâmi‟ (3765). (shahih)]

30. Tiang Kitab Suci, Agama, dan Kesempurnaan Agama 

40. Dari Abdullah bin Hawalah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Pada malam Isra' aku melihat tiang-tiang putih seperti permata yang dibawa oleh para malaikat. Aku bertanya: "Apa yang kalian bawa?" Mereka menjawab: "Tiang-tiang Islam. Kami ditugaskan untuk meletakkannya di Syam." Dan ketika aku tidur, aku (bermimpi) melihat tiang-tiang al-Kitab muncul dari bawah kepalaku. Kemudian aku mengira bahwasanya Allah Swt. menjelma bagi penduduk bumi. Maka penglihatanku mengikutinya. Dan ternyata itu adalah cahaya yang menerangi hadapanku hingga sampai ke Syam." [Hadis Shahih menurut pendapat al-Haitsami. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani. Ar-Rib'i dalam Fadlâ'il asy-Syâm, hal. 28. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Takhrîj Fadhâ'il asy-Syâm, hal. 29-31. (Shahih)]

Dalam riwayat yang lain, “Apabila terjadi fitnah, maka yang aman adalah Syam.” [Al-Hakim, al-Mustadrak, vol. IV, hal. 555 (8554). Ia mengatakan, hadis ini shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim meskipun tidak dikeluarkan dalam shahihnya masiang-masing. Disetujui juga oleh adz-Dzahabi dalam at-Talkhîsh. Al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, vol. X, hal. 58. Abu Nuaim, al-Hilyah, vol. V, hal. 252. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Takhrîj Fadhâ'il asy-Syâm, hal. 15. (shahih)]

31. Penduduk Syam, Baromater Baik dan Buruk Kondisi Umat Islam 

41. Dari Mu'awiyah bin Qurrah dari ayahnya berkata, Nabi Saw. bersabda: “Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, dan mereka tidak memperdulikan orang yang berusaha menghinakan mereka hingga datang hari Kiamat.” [Ahmad, Mausû'ah Hadîtsiyyah, vol. XXIV, hal. 362-363, (15596-15597), (20361), Penahqiq mengatakan, sanadnya shahih dan perawinya dipercaya.at-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ As-Shahih (2192), ia mengatakan, hadis ini Hasan Shahih. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (6-10). Ath-Thayalisi (1076). Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabîr, vol. XIX, hal. 55-56. Abu Nuaim, Al-Hilyah, vol. VII, hal. 230. Juga terdapat dalam berbagai jalan dan riwayat yang bermacam-macam. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab keutamaan penduduk Syam hal. 19. (Shahih)]

32. Doa Nabi Saw. untuk Keberkahan Negeri Syam

42. Dari Ibnu Umar r.a. berkata, Nabi Saw. berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam, Ya Allah berkahilah kami pada negeri Yaman.” Para sahabat bertanya, apakah termasuk Nejed? Rasulullah berdoa: “Ya Allah berkahilah kami pada negeri Syam, Ya Allah berkahilah kami pada negeri Yaman.” Para sahabat masih bertanya, apakah termasuk Nejed? Setelah 3 kali ditanya Rasulullah Saw. menjawab, “Di sana (Nejed) terjadi gempa dan huru-hara dan di sana muncul dua tanduk setan.” [Al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri (7094), at-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ Ash-Shahîh (3953) ia berkata, hadis ini hasan shahih. Ahmad, Al-Musnad (5987), ia berkata bahwa sanadnya shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, vol. IX, hal. 458 (5642), (15596,15597). Ibnu Hibban (7301), Al-Baghawi (4006). Ath-Thabrani, Al-Jâmi‟ (13422), Ar-Rib‟i, Fadhâ'il asy-Syâm hal: 8. (Shahih)]

“Milik Allah lah negeri Syam. Nabi Saw. menisbatkan Syam kepada dirinya sendiri (dalam hadis diatas), ini menunjukkan bahwa negeri Syam memiliki tempat yang agung di hati Nabi Saw. Maka merupakan kehormatan besar yang diberikan oleh Nabi Saw. kepada negeri yang terdapat raja agama dan tiang kitabnya". [Ibrahim Al-Ali, Al-Ardh Al-Maqdisiyyah baina al-Mâdli wa al-Hâdlir wa al-Mustaqbal, Filistin li al-Muslimah, hal 46-47]

Anjuran Nabi Saw. untuk tinggal di negeri Syam adalah bukti keutamaannya. Al-Manawy berkata, Tinggallah di negeri Syam” dikatakan (maksudnya) adalah Mutlak karena ia sebagai padang mahsyar (pengumpulan) dan mansyar (penghamburan). Juga dikatakan maksudnya adalah; pada akhir zaman, karena pasukan Muslimin akan berkumpul di sana ketika urusan agama sudah kacau dan kerusakan mendominasi. 

Penulis buku Al-Kasyaf mengatakan, "Allah telah menjadikan bumi Syam dengan dihiasi keberkahan, dan seharusnya seperti itu, karena ia adalah tempat diutusnya para nabi dan tempat diturunkannya wahyu dan kedudukan mereka hidup dan mati." [Al-Manawy, Faidh Al-Qadîr, vol. 4, hal.342]

33. Penduduk Syam adalah Cambuk Allah di Bumi

43. Dari Muhammad bin Ayub bin Maisarah bin Hilbis berkata: saya mendengar bahwa ayahku mendengar Khuraim bin Fatik Al-Asadi berkata: “Penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi, Allah akan membalas kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan sebagaimana yang Dia kehendaki dengan mereka, dan haram bagi kaum munafik mengalahkan kaum Mukmin, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan kesengsaraan, kemarahan, atau kesedihan.” [Ahmad, Mausuah al-Hadîtsiyyah (16065), Penahqiq berkata bahwa ini adalah atsar yang dhoif (lemah). Ayub bin Maisarah tidak meriwayatkan darinya selain dua dan perawi selainnya tsiqah, tetapi Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqât, dan di-tsiqah-kan oleh adz-Dzahabi dalam Al-Mîzân. Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabîr, vol.4, hal 249 (4163). Al-Haitsami, Majma' az-Zawa'id, vol. 10, hal. 60, ia berkata perawinya dipercaya. Al-Mundziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb, vol.4 hal.63 (4535). Dishahihkan al-Albani dalam Manâqib As-Syâm. Ibnu Taimiyah, hal.86. Ibnu Abi Ashim, Al-Âhâd wa Al-Matsâni, (1048-1049). Al-Fasawi, Al-Ma'rifah wa At-Tarîkh, vol.2 hal.302. (Shahih)]

34. Berihram dari Baitul Maqdis 

Sabda beliau: “Barang siapa yang berihram untuk umrah dari Baitul Maqdis...” adalah dalil bolehnya mendahulukan berihram sebelum sampai miqat. [Hasyiah Ibnu Majah, vol.3, hal. 461]

44. Dari Ummu Salamah istri Nabi Saw. Ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang berihram untuk haji atau umrah dari Masjidil Aqsa menuju Masjidil Haram, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang, atau wajib baginya surga. (Abdullah ragu yang mana yang disabdakan Nabi Saw.).” [Abu Dawud, As-Sunan (1741), Tuhfatul Asyrâf (18253). Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah (3001). Ad-Daruquthni, Sunan ad-Dâruquthni (2685-2687). Abu Ya'la, Musnad Abu Ya'lâ (7009). Al-Baihaqi, Syu'abu al-Îmân (4026), Al-Mundziri mengatakan dalam Targhîb wa Tarhîb, HR. Ibnu Majah dengan Sanad shahih. (Sahih)]

Abu Dawud berkata: "Semoga Allah merahmati Waki' yang berihram dari Baitul Maqdis menuju Makkah."

35. Jibril a.s. Mengikat Buraq di Baitul Maqdis

45. Dari Ibnu Buraidah dari bapaknya berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika kami sampai di Baitul Maqdis, Jibril berkata* (menunjuk) dengan jarinya dan hancurlah dengan itu batu lalu mengikatkan Buraqnya dengannya.” [At-Tirmidzi, Al-Jâmi‟ ash-Shahîh (3132). At-Tirmidzi berkata, hadis ini Hasan Gharib. Al-Hakim, Al-Mustadrak (3370), dia mengatakan hadis ini shahih sanadnya tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, padahal Abu Tamilah dan Zubair riwayat yang tsiqah... (Hasan Gharib)] 
*kata“Qâla” di sini bermakna menunjuk, orang Arab menyebut “al-qaul” bermakna “al-kalâm”, Hâsyiah at-Tirmidzi, Al-Jâmi‟, vol.5, hal.281. 

36. Keluar Menuju Baitul Maqdis

46. Dari Al-Arqam berkata, saya datang kepada Rasulullah Saw. untuk pamit dan aku ingin keluar menuju Baitul Maqdis, maka Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, “Mau ke mana kamu?” Aku menjawab, “Ke Baitul Maqdis,” beliau bertanya, “Apa yang membuatmu ingin ke sana? Apakah perniagaan?” Aku berkata, “Bukan, aku ingin shalat di sana.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat di sana lebih baik dari 1000 shalat”. [Al-Hakim, al-Mustadrak (6130), dia mengatakan hadis ini sanadnya sahih tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dan disepakati oleh adz-Dzahabi dalam buku At-Talkhîs, ia mengatakan, Hadis ini shahih. (Shahih)]

37. Baitul Maqdis dan Gelar Abu Bakar As Sidiq

47. Dari Aisyah r.a. berkata: “Ketika Nabi Saw. diperjalankan (Isra' Mi'raj) ke Masjidil Aqsha, orang-orang membicarakan hal itu hingga ada orang-orang yang murtad karenanya, maka orang-orang yang beriman dan membenarkan itu mengabarkan kepada Abu Bakar, lalu mereka berkata, “Apakah engkau bersama temanmu yang mengaku bahwa ia diperjalankan malam ini ke Baitul Maqdis?” Dia menjawab: “Apakah ia berkata seperti itu?” Mereka berkata, “Ya”. Abu Bakar berkata: “Jika ia memang berkata seperti itu maka ia benar.” Mereka berkata: “Apakah engkau membenarkannya bahwa ia pergi ke Baitul Maqdis malam ini dan tiba (di Mekkah) sebelum waktu pagi? Ia menjawab: “Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan lebih jauh dari itu, aku membenarkannya tentang kabar langit (wahyu) di waktu siang ataupun malam.” Karena itulah dinamai Abu Bakar Ash-Shiddiq. [Al-Hakim, al-Mustadrak (4406), dia mengatakan hadis ini sanadnya shahih tapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dan disepakati oleh adz-Dzahabi dalam At-Talkhîs, ia mengatakan, Hadis ini shahih. (Shahih)]

38. Baitul Maqdis dan Nasakh Al-Quran 

48. Dari Ibnu Abbas r.a., “Sesungguhnya yang pertama dinasakh (dihapus) dari al-Quran adalah kiblat. Dan itu ketika Nabi Saw. hijrah ke Madinah yang penduduknya sebagian besar adalah Yahudi, Allah memerintahkan nabi untuk menghadap kiblat ke Baitul Maqdis maka orang Yahudi bergembira, maka nabi menghadap Baitul Maqdis sekitar 10 bulanan. Rasulullah Saw. menginginkan kiblat nabi Ibrahim a.s. karenanya dia senantiasa berdoa dan melihat ke langit, maka turunlah firman Allah Swt: “Sungguh Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit” sampai ayat: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu (Ka'bah).” Maka heranlah orang-orang Yahudi dan mereka mengatakan: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblat (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka berkiblat kepadanya?” Maka Allah Swt. menurunkan ayat: “Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.” “Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.” Ibnu Abbas berkata, “Dan untuk membedakan orang yang yakin dengan orang yang ragu dan bimbang.” Allah Swt. berfirman, “Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.” Bermakna pemindahan itu sangat berat bagi orang yang ragu kecuali bagi orang yang khusyu‟ yaitu orang yang membenarkan apa yang diturunkan Allah Swt. (Al-Quran).” [Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi Al-Kubrâ (2289-2290). (Hasan)]

39. Baitul Maqdis dan Hadis Paling Mulia bagi Syam

49. Dari Abu Dzar Al-Ghifari r.a., dari Rasulullah Saw. sebagaimana beliau meriwayatkan dari Rabbnya Swt. bahwa Dia berfirman: “Wahai hambaku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepadaKu sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepadaKu, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang Aku miliki, kecuali hanya seperti sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.” [Muslim, Shahih Muslim (2577). Ahmad, Al-Musnad Vol.5, hal.160. An-Nawawi, Riyâdhu ash-Shâlihîn (113), hal.95. (Shahih)]

Diriwayatkan dari Imam Ahmad perkataan: “Tidak ada hadis yang lebih mulia bagi penduduk Syam dari pada hadis ini.” Dan Sa'id mengatakan: “Abu Idris jika menyampaikan hadis ini sampai berdiri di atas lututnya. [An Nawawi, Riyâdhu ash-Shâlihîn, hal.95]

40. Doa Nabi Saw. untuk Penduduk Baitul Maqdis

50. Dari Abu Imran dari dzul ashabi bahwasanya dia berkata: “Ya Rasulullah, jika kami diuji setelah engkau meninggal maka ke mana engkau perintahkan?” maka Rasulullah menjawab: “Pergilah ke Baitul Maqdis, semoga Allah memberimu keturunan yang senantiasa pergi dan kembali ke masjid itu”. [Ahmad, Al-Mausû'ah (16632), dia mengatakan sanadnya lemah karena lemahnya Utsman bin Atta yaitu Ibnu Abu Muslim Al-Khurasani, dan terdapat perbedaan pendapat mengenainya, selainnya perawinya tsiqah, namun demikian Abu Imran – seorang Anshar dan penduduk Syam – adalah Sulaim bin Abdullah. Abu Hatim mengatakan tentangnya: orang saleh. Al-Hafidz dalam At-Taqrîb mengatakan: ia orang yang shadûq (jujur), juga disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam At-Tsiqât. Dikeluarkan At-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabîr (4238). Ibnu Atsir, Asadul Ghâbah, vol.2, hal.170. Al-Baghawi, As-Sunnah (4010). Ibnu Jauzi, Fadhâ'il al-Quds, hal. 93. Dhiya' Al-Maqdisi, Fadhâ'il Bait al-Maqdis, hal. 38. ia mengatakan sanad ini lebih utama untuk benar. Al-Haitsami, Majma‟ Az-Zawâ'id, vol.4, hal.7 (Hasan)]

*** 

Penutup 

Puji syukur kepada Allah atas segala kemudahan yang diberikan kepada saya dalam mengumpulkan hadis-hadis ini, tentang Baitul Maqdis ini dan sekitar Baitul Maqdis. Untuk menjelaskan kesuciannya agar saya memperkenakan kepada kaum Muslimin akan keutamaan Baitul Maqdis, sehingga setiap Muslim merespon cepat kewajiban yang harus dilakukan untuk Baitul Maqdis, bekerja keras untuk membersihkannya dan tidak membiarkan Zionis menodainya dan membuat kerusakan di sana. Sesungguhnya kedudukan al-Quds dalam agama dan hati umat manusia sudah sangat terkenal. Dalam karya yang kecil ukurannya ini tetapi besar maknanya, kita temukan bahwa berdasarkan hadishadis shahih, Baitul Maqdis merupakan permulaan peradaban, tempat turunnya ajaran langit secara bergantian dari generasi ke ke generasi, tempat persinggahan dan dakwah para nabi, dan menjadi tempat tinggal bagi banyak Sahabat Rasulullah Saw. Maka ia merupakan tempat yang disucikan bagi kaum Muslimin, karena sesungguhnya di tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk menyucikan diri dari dosa. (Ibnu Al-Atsir, an-Nihâyah fi al-Gharîb min al-Hadîts, vol. 4, hal. 23. ) Adapun keyakinan Ahlussunnah tentang Baitul Maqdis adalah, negeri mahsyar (perkumpulan) dan mansyar (penghancuran), negeri Isra` Mi‟raj, kiblat pertama, masjid kedua dibangun di atas muka bumi, dan masjid ketiga yang sangat diperintahkan untuk mengunjunginya. Seluruh hati kaum Muslimin terpaut dengannya hingga mereka berhasil mengembalikannya ke pangkuan umat Islam, sehingga menjadi pusat ilmu dan sumber peradaban. Sudah banyak penulis sebelum saya, sudah puluhan jumlahnya karya yang mengangkat tema Baitul Maqdis. Atas dasar keinginan saya untuk ikut serta mengambil bagian dalam keutamaan ini. Karya ini saya upayakan dengan teliti dalam mengumpulkan hadis-hadis yang shahih saja, sebagian saja ada yang derajatnya hasan, saya menjauhi hadis dha‟if. Saya memohon kepada Allah semoga karya ini bermanfaat kepada para pembaca. Ini hanyalah sedikit usaha, jika ada kebaikan maka itu datangnya dari Allah, dan jika ada keburukan maka itu datannya dari saya pribadi dan syetan, semoga Allah mengampuni saya. 

*** 

Daftar Pustaka 

Al-Quran al-Karim Al-Bukhari, al-Imam al-Hafizh Abu Abdillah Ismai‟il, Shahîh al-Bukhâri, , El-Maktabah elAshriyyah, Beirut, cet. I, 1997 Muslim, al-Imam Abu al-Hasan bin al-Hajjaj anNaisaburi, Shahîh Muslim, Dar el-Hadits, Kairo, cet. I, 1991. Al-Asy‟ats, al-Imam Sulaiman bin al-Azdi, Sunan Abî Dâwûd, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. I, 1998 Muhammad, al-Imam Abu Isa bin Surah, Sunan atTirmidzî, Dar el-Kutub el-Arabiyyah, Beirut Al-Qazwaini, al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah, Dar el-Marefah, Beirut, cet. I, 1996 An-Nasa`i, al-Imam al-Hafizh Ahmad bin Syuaib, Sunan An-Nasa`i, Dar el-Marefah, Beirut, cet. II, 1992 Asy-Syaibani, al-Imam Ahmad bin Hanbal, AlMusnad, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1993 Ahmad, al-Imam, Musnad al-Imam Ahmad (alMausû‟ah al-Hadîtsiyyah), Mu`assasah arRisalah, Beirut, cet. I, 1999 Ad-Daruquthni, al-Imam Ali bin Umar, Sunan adDâruquthnî, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1996 Ad-Darimi, al-Imam Abdullah bin Abdurrahman, Sunan ad-Dârimi, Dar el-Kitab el-Araby, Beirut, cet. I, 1987 Malik bin Anas, Imam Dar al-Hijrah, al-Ashbahi, AlMuwaththa`, Mu`assasah ar-Risalah, Beirut, cet. II, 1993 Hibban, Ibnu, Shahîh Ibnu Hibbân, Mu`assasah arRisalah, Beirut, cet. II, 1993 Khuzaimah, al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq, an-Naisaburi, Shahîh Ibnu Khuzaimah. Muhammad, al-Imam al-Hafizh, bin Hafizh Abdullah an-Naisaburi, Al-Mustadrak, Dar elKutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1991 Al-Albani, Muhammad Nashir ad-Din, Silsilatu alAhâdîts ash-Shahîhah, Maktabah el-Ma‟arif, Riyadl, cet. I, 1995 Ath-Thabrani, al-Hafizh Sulaiman bin Ahmad, AlMu‟jam al-Kabîr, Mathba‟ah az-Zahra`, Mosul, cet. II, 1986 Al-Asqalani, al-Imam al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bârî Syarh al-Bukhâri, Dar elMa‟refah, Beirut Yaqut al-Hamawi, al-Imam Syihabuddin, Mu‟jam alBuldân, Dar el-Kutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1997 Al-Jazari, al-Imam Majdu ad-Din Muhammad bin alAtsir, An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts, Dar elKutub el-Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1997 Abu Ya‟la al-Mushili, al-Imam Ahmad bin Ali, Musnad Abî Ya‟lâ, Dar el-Mamon li el-Turats, 2008 Al-Baihaqi, al-Imam al-Hafizh Abu Bakar Ahmad bin al-Husain, Sunan al-Baihaqi. Al-Haitsami, al-Imam Ali bin Abi Bakr, Majma‟ azZawâ`id wa Manba‟ al-Fawâ`id Ibnu Taimiyah, Syaikh al-Islam Taqiyuddin, Manâqib asy-Syâm wa Ahlih, Ar-Rib‟i, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Shafi, Fadlâ`il asy-Syâm wa Dimasyqa, alMaktab al-Islami, Beirut, cet. I, 1405 Al-Hamadzani, Ibnu Faqih, Mukhtashar Kitâb alBuldân, An-Nawawi, al-Imam Muhyiddin Yahya bin Syaraf, Riyâdlu ash-Shâlihîn, Dar Ibnu al-Jauzi, Beirut, cet. I, 1421

***

Link download:

COMMENTS

Nama

Afghanistan,22,Aksi,1,Artikel,65,Buletin Kabar Dunia Islam,1,Data Kebiadaban Israel,5,Daulah Utsmaniyah,1,Doa,8,Dokumenter Perjuangan Palestina,13,Dukungan Untuk Palestina,12,Dukungan untuk Perjuangan Palestina,53,Duta Besar Palestina,3,Ebook,30,Fatwa Boikot,8,Film Dokumenter Palestina,11,Hamas,25,Ikhwanul Muslimin,7,Isi Buku,4,Israel,4,Isu Syiah,4,Kajian,14,Karya Ilmiah,7,Kisah Syuhada,1,Laporan Strategis Palestina,3,Lembaga Kemanusiaan,1,Membongkar Hoaks,2,Menjawab Syubhat,4,Palestina-Diaspora,2,Palestina-Jalur Gaza,11,Palestina-Tepi Barat,3,Survei,3,Thaliban,22,Tulisan Ustadz Budi Ashari,67,Ulama-Ustadz-Akademisi,111,Ustadz Budi Ashari,67,Video,61,Wawancara,3,
ltr
item
Ya-Aqsha Media: (Isi Buku) Hadis Arbain Maqdisiyah - Syaikh DR Muraweh Mosa Nashr
(Isi Buku) Hadis Arbain Maqdisiyah - Syaikh DR Muraweh Mosa Nashr
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_QkDhkbQYkOJS_ASud7K0LqWedCoYN_QsiVSBJ7N6iFFxZSOy0REU-PlK8EDXJp_Sbj1d7UVnlE0l7YqE7TVotT9lsw0eMH5Xj-k13hP4UnI9xdq4ko5edTvcFDk3_Naluv_OVMnbkIZ3IWfsonxx6_WSRTAtN2fMt3pC4L0lFUkZqeRgYNE2mZjAK6pm/w426-h640/Cover%20Buku%20HADIS%20ARBAIN%20MAQDISIYAH.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_QkDhkbQYkOJS_ASud7K0LqWedCoYN_QsiVSBJ7N6iFFxZSOy0REU-PlK8EDXJp_Sbj1d7UVnlE0l7YqE7TVotT9lsw0eMH5Xj-k13hP4UnI9xdq4ko5edTvcFDk3_Naluv_OVMnbkIZ3IWfsonxx6_WSRTAtN2fMt3pC4L0lFUkZqeRgYNE2mZjAK6pm/s72-w426-c-h640/Cover%20Buku%20HADIS%20ARBAIN%20MAQDISIYAH.png
Ya-Aqsha Media
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/05/isi-buku-hadis-arbain-maqdisiyah-syaikh.html
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/05/isi-buku-hadis-arbain-maqdisiyah-syaikh.html
true
1607972164486125252
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content