Wawancara dengan Syaikh Sholah Abdul Fatah Al Kholidi (Maret 2021)

Media Haiah Ulama Palestina mewawancarai Syaikh Sholah Abdul Fatah Al Kholidi, seorang alim pakar tafsir Al Qur'an yang memiliki peran b...

Media Haiah Ulama Palestina mewawancarai Syaikh Sholah Abdul Fatah Al Kholidi, seorang alim pakar tafsir Al Qur'an yang memiliki peran besar dalam dakwah Islam dan perjuangan Palestina. Berikut petikan wawancara nya:


Selamat datang, Tuan Guru dan saudara kami Syaikh Dr. Ṣholāḥ. Kami ingin memulai dengan meminta Anda — untuk memperkenalkan diri kepada kami dan para pembaca — mohon ceritakan sedikit tentang diri Anda dan secara ringkas riwayat hidup Anda?

Nama saya Ṣholāḥ ʻAbdul Fattāḥ al-Kholidi. Saya dosen universitas berpangkat Guru Besar (Professor) dan bergelar doktoral dalam bidang tafsir dan ilmu al-Qurʼān. Saya telah mengajar sebagai dosen universitas selama 35 tahun.

Saya asli dari kota Jenin, di utara Tepi Barat Palestina, dan saat ini tinggal di kota Suwaylih di Amman, Yordania.

Adapun riwayat hidup saya:

Saya lahir di kota Jenin pada tanggal 1 Desember 1947 M, bertepatan dengan 18 Muharram 1367 H. Saya menempuh pendidikan tingkat I'dad (tingkat menengah) di sana, lalu menyelesaikan kelas tiga I'dad dan kelas satu sekolah menengah di Institut Ilmiah Islam di Nablus. Kemudian saya diberangkatkan dalam rangka beasiswa ke Al-Azhar untuk memperoleh ijazah tawjihi dan sertifikat Al-Azhar; saya lalu berangkat ke Al-Azhar pada tahun 1965 dan memperoleh tawjihi Al-Azhari pada tahun berikutnya 1966, lalu menyelesaikan gelar Sarjana Syariah pada tahun 1970, kemudian kembali dan menetap di Yordania.

Saya meraih gelar magister pada tahun 1980 dengan tesis berjudul “Sayyid Qutb dan Penggambaran Keindahan al-Qurʼān”, dan meraih doktor pada tahun 1984 dari Universitas Imam Muhammad bin Suʻūd al-Islāmiyyah di Riyadh dengan disertasi berjudul “Fi Ẓhilāl al-Qurʼān: sebuah kajian dan penilaian”.

Di Yordania saya bekerja di Kementerian Wakaf dari tahun 1971 hingga pensiun tahun 1990. Selama tahun-tahun itu saya bertugas di Kementerian Wakaf sebagai muballigh (penceramah agama), kemudian sebagai Direktur Wakaf al-Tafīlah, lalu Wakil Direktur Wakaf al-Salt, kemudian mengajar di Fakultas Ilmu-ilmu Islam di ʻAbdali, Amman — sebuah fakultas yang memberikan gelar diploma — dan menjadi dekan fakultas itu pada dua tahun terakhir saya bekerja di Kementerian Wakaf. Saya pensiun pada tahun 1991.

Setelah itu saya mengajar di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin dari tahun 1991 sampai tahun 1998. Setelah fakultas itu dilebur ke Universitas Balqaʼ Applied, saya menjadi dosen di sana sampai tahun 2008. Kemudian tahun 2008 didirikan Universitas Ulumul Islam Internasional dan saya menjadi pengajar di fakultas Ushuluddin hingga tahun 2015 ketika kontrak saya tidak diperpanjang. Setelah itu saya memberi kuliah sebagai dosen tidak tetap di beberapa universitas antara lain Universitas Yordania, Universitas al-Bayt, dan Universitas Yarmouk. Secara keseluruhan, total pengalaman saya sebagai dosen universitas mencapai 35 tahun, alhamdulillāh.

Di samping kuliah dan pengajian yang saya berikan, saya juga menjadi imam dan khatib di Masjid ʻAbdurraḥmān ibn ʻAuf di Suwaylih selama kurang lebih 15 tahun. Dalam karier saya juga pernah menjabat Direktur Persatuan Pemelihara al-Qurʼān di Amman untuk suatu periode, namun saya mengundurkan diri karena alasan pribadi, kemudian Allāh membuka pintu bagi saya untuk menulis buku—alhamdulillāh.

Saya telah menulis banyak buku, alhamdulillāh; sebagian besar berkaitan dengan al-Qurʼān. Hingga kini buku-buku saya yang dicetak berjumlah 54 judul, dan saya masih terus menulis dan menyusun karya-karya baru, alhamdulillāh.

Saat ini saya sepenuhnya mengabdikan waktu di rumah untuk menulis, menyusun penelitian, dan memberi ceramah serta pengajian di pusat-pusat al-Qurʼān, klub, dan berbagai lembaga lainnya. Alhamdulillāh Allāh memudahkan saya untuk berkhidmah pada al-Qurʼān —suatu kehormatan besar— dan saya memohon kepada Allāh agar menutup hidup saya dengan iman, dan menjemput saya sebagai seorang Muslim yang shaleh, teguh, dan istiqāmah.

Apakah Anda memiliki kenangan di Palestina?

Ya. Saya keluar dari Palestina pada tahun 1965 ketika usia saya 18 tahun —saat itu saya sudah pemuda dewasa— dan saya mengingat semuanya tentang Palestina: Jenin dan sekitarnya. Jenin adalah kota Kanaan; nama itu disebutkan sebelum kelahiran orang Israel pertama dalam catatan sejarah, yaitu Yaʻqūb bin Isḥāq bin Ibrāhīm, semoga Allah mencurahkan shalawat kepada mereka.

Bulan setelah kelahiran saya pada tahun 1947, orang-orang Yahudi menduduki kota Jenin seperti yang diceritakan orangtua saya. Kemudian tentara Irak datang dan bertempur melawan Yahudi serta membebaskan kota itu; pasukan Irak sampai di pinggiran Haifa dan berniat membebaskan Haifa, namun Raja ʻAbdullāh I dan ʻAbduIlāh di Baghdad menghentikan tentara Irak untuk maju membebaskan Palestina. 

Kenangan saya tentang Palestina adalah bahwa rakyat Palestina adalah rakyat pejuang dan para lelaki di sana adalah pejuang. Kami disusui sejak kecil dengan susu nasionalisme dan revolusi —sejak kami masih kecil hingga remaja. Sekolah tempat saya belajar di Jenin bernama Madrasah Ḥiṭṭīn, dan setiap kali saya masuk sekolah saat SD dan SMP saya teringat Ḥiṭṭīn dan Pertempuran Ḥiṭṭīn dan pembebasan Baitul Maqdis oleh Ṣholāḥuddīn untuk Palestina. Nafas kami sehari-hari berbicara tentang Palestina dan pembebasannya. Bahkan saat kami pergi —pada masa gencatan senjata tahun 1948 batasnya dekat Jenin di kawasan al-Jalma— kami singgah di sana berdiri di gerbang memandang Palestina yang diduduki dan mengingat kewajiban membebaskannya.

Rumah kami di Jenin terletak di puncak gunung yang tinggi bernama Jabal Abū Ẓuḥair; ketika berdiri di puncak gunung itu, saya bisa melihat “Marj Ibn ʻĀmir” — dataran Palestina yang indah, menakjubkan dan luas. Setiap hari saya berdiri di puncak itu memandang Marj Ibn ʻĀmir musim panas dan musim dingin, menikmati keindahan dan kegagahannya, sementara orang-orang Yahudi mendudukinya. Kami hidup dengan benci terhadap Yahudi dan kewajiban ribaṭh (menjaga perbatasan) dan kewajiban jihad untuk membebaskan Palestina. Kami tumbuh dengan niat itu, mengenal para pemimpin kami, ulama-ulama pejuang yang ribath. Hingga sekarang kami tetap dengan niat ribaṭh dan jihad —kewajiban berkontribusi membebaskan seluruh Palestina, Palestina yang utuh— semoga Allāh memperlihatkan pembebasannya pada masa kami sebelum kami menemui-Nya dan menjemput kami dalam keadaan teguh, tak goyah, dan tak berpaling dari komitmen itu.

Palestina terprogram dalam nafas dan denyut jantung saya sejak membuka mata hingga saat ini, dan saya memohon kepada Allāh agar menjemput saya sebagai orang yang setia pada perjuangan, pada kesucian tempat-tempat suci, dan pada tanah kami yang diberkahi.

Kami ingin mengetahui beberapa upaya dan aktivitas Anda terkait Al-Aqsha, Al-Quds, dan Palestina — serta siapa audiens yang Anda tuju pada kegiatan tersebut?

Seperti yang saya katakan, Al-Aqsha, Al-Quds, Palestina, dan kewajiban berjihad untuk membebaskan seluruh tanah Palestina merupakan bagian dari hidup saya — nafas dan denyut nadi saya terprogram pada hal itu, Alhamdulillāh. Betapapun yang kami lakukan, tetap terasa kurang; perkara ini adalah perkara utama umat Islam dan kewajiban setiap Muslim, dan tidak boleh suatu perkara lain didahulukan darinya. Al-Aqsha, Al-Quds, Palestina adalah urusan pertama kita semua dan kita harus terus-menerus mengingatnya. Meski saya jauh dari Palestina selama puluhan tahun —lebih dari 60 tahun— ia tidak pernah meninggalkan imaji, memori, pikiran, dan cita-cita saya.

Semua upaya saya —yang sebenarnya kontribusi sederhana, semoga diterima Allāh— berupa pelajaran, ceramah, seminar di berbagai pusat, masjid, sekolah, universitas, dan politeknik; di sana saya selalu berbicara tentang Al-Aqsha, Al-Quds, kewajiban membebaskan Palestina, pentingnya membenci kaum Yahudi penjajah, menjelaskan kebusukan dan kejahatan mereka, serta keharusan membebaskan Palestina dari mereka. Setiap aktivitas yang saya lakukan biasanya saya awali dengan pembicaraan tentang hal itu.

Allāh memudahkan saya menulis sejumlah buku tentang Palestina, antara lain: buku “Karakteristik Yahudi melalui Al-Qurʼān” sekitar tahun 1987—salah satu judul dalam seri “Topik al-Qurʼān”—dan buku “Kebenaran-Kebenaran Qurʼani tentang Persoalan Palestina” yang mengalami beberapa cetakan dan diterjemahkan ke beberapa bahasa. Asal-usulnya adalah bab-bab dan artikel saya di majalah Filastīn al-Muslimah pada era tahun 1980-an dan 1990-an. Saya juga menulis artikel-artikel di berbagai majalah tentang Al-Aqsha, Al-Quds, dan kewajiban pembebasan Palestina. 

Kini saya aktif di media sosial seperti Facebook dan WhatsApp membahas hal ini; itu memang cara saya berbicara. Bahkan halaman Facebook saya beberapa kali ditutup oleh manajemen Facebook yang pro-Zionis karena saya berbicara tentang jihad dan kejahatan kaum Yahudi—halaman itu sampai ditutup permanen dan dilarang dibuka kembali. Saya terus berbicara tentang itu, khususnya tentang kewajiban membebaskan Palestina dan haramnya normalisasi dengan Yahudi; saya tekankan bahwa normalisasi adalah dosa dan pengkhianatan yang dilarang oleh agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sasaran pembicaraan saya adalah seluruh umat, di semua segmennya. Saya berbicara kepada jamaah masjid melalui pelajaran dan khutbah Jumat—kepada pria dan wanita, muda dan tua—meskipun saya dilarang berkhotbah sejak 1993 pada masa Perjanjian Wadi Araba. Di perguruan tinggi saya berbicara kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi — kaum muda adalah pilar perubahan. Dalam semua kegiatan saya, baik ceramah, seminar, konferensi, tulisan, maupun media sosial, target saya adalah semua Muslim, muda dan tua, agar mereka mengetahui kewajiban mereka terhadap pembebasan Palestina: kewajiban jihad, ribaṭh (menjaga perbatasan, haramnya normalisasi dengan Yahudi, dan larangan melepaskan sekecil apapun dari tanahnya. Saya terus-menerus membicarakan masalah ini; saya tak akan bosan membahasnya agar orang tidak melupakan persoalan ini sampai tiba waktu pembebasan, insyāʾ Allāh.

Dunia kini menghadapi berbagai masalah dan musibah seperti pandemi COVID-19 dan lain-lain; di antara segala bencana itu, di manakah posisi persoalan Palestina dalam perhatian dunia, dan apakah peran para ulama dalam menjaga agar persoalan ini tetap hidup dalam perhatian masyarakat?

Benar, zaman kita penuh keanehan dan masalah. Allāh menguji manusia dengan COVID—wabah global ini adalah tanda dari tanda-tanda Allāh—dan semua orang hidup pada tantangan berat di tingkat negara, masyarakat, kelompok, partai, dan keluarga; banyak masalah yang sulit dipecahkan.

Namun kita harus tahu bahwa persoalan Palestina harus tetap menjadi persoalan utama bagi setiap Muslim dan Muslimah di mana pun berada, bahkan persoalan bagi setiap manusia di muka bumi ini, karena dua hal: 

Pertama: kesucian persoalan ini — tanah itu tanah yang diberkahi, tanah yang paling suci setelah Makkah dan Madinah; padanya ada kebaikan, sejarah masa lalu yang penuh berkah, dan masa depannya penuh penentuan yang akan berujung pada runtuhnya Dajjal di sana dan binasanya Ya’juj dan Ma’juj di Palestina; tempat itu adalah kelahiran Yesus Kristus menurut orang-orang Nasrani dan Isra Mi'raj Rasulullah ﷺ menurut kaum Muslimin.

Kedua: bahaya Zionisme bagi seluruh dunia — mereka adalah kanker yang ingin menguasai dunia. Mereka hendak memulai dari Palestina untuk merusak dan menghancurkan dunia. Oleh karena itu kita harus menyampaikan pesan ini kepada semua orang dan memperingatkan mereka akan bahaya Zionis secara esensial. Sifat inti karakteristik Zionis adalah perusakan dan kerusakan: mereka menyebarkan kerusakan moral, pelacuran, narkoba, penindasan, pembajakan negara-negara dan penjarahan—semua itu, pada pokoknya, berakar pada Zionis.

Di sinilah peran kita, khususnya para pemilik ilmu dan pemikir: mengajak orang lain untuk menata prioritas menghadapi masalah-masalah tersebut, menetapkan persoalan Palestina sebagai prioritas pertama, dan membuka mata mereka bahwa ini adalah bahaya langsung yang paling mengancam mereka dan kemanusiaan. Jika kita memutuskan kekuatan Zionis dan menghentikan ancaman mereka terhadap dunia, maka dunia di masa depan akan berterima kasih kepada kita.

Allāh mengetahui kekuatan yang ada pada kita, khususnya pada penduduk Palestina. Allāh mengetahui bahwa orang-orang yang sanggup menyingkirkan bahaya Zionis dari dunia adalah kaum Muslimin di tanah Palestina; fakta bahwa dunia tak mampu menghadapi bahaya ini telah mempertemukan kita dengan kaum Yahudi di Palestina agar kita yang menghadapi mereka. Sebenarnya rakyat Palestina adalah salah satu bangsa yang paling gigih—mereka tak mudah menyerah. Memang ada orang-orang lemah dan antek musuh, tetapi mereka tidak signifikan.

Kita mesti meyakinkan dunia bahwa menyingkirkan bahaya Zionis akan memperlemah masalah-masalah lain; kita harus meyakinkan dunia, khususnya bangsa-bangsa Arab, bahwa kalian berada dalam bahaya jika tak memikirkan Palestina, Al-Aqsha, dan ancaman Zionis. Lebih jauh, iman kalian — wahai kaum Muslimin — tidaklah sempurna selama kalian tidak memikirkan menghadapi bahaya itu.

Namun di tengah meluasnya krisis—khususnya di negara-negara dunia Islam—apa prioritas bagi penduduk negeri-negeri itu: apakah urusan negeri mereka sendiri atau persoalan Palestina?

Seperti saya katakan, persoalan utama adalah Palestina, dan kita harus memusatkan perhatian pada persoalan ini sehingga menjadi hal yang biasa dan utama bagi seluruh dunia. Sebagaimana kita ketahui banyak negara Islam mengibarkan slogan “kami dahulu” — dan itu adalah slogan-slogan rasis berbahaya — padahal seharusnya mereka berkata: Al-Aqsha dan Al-Quds dahulu. Ini bukan fanatisme, karena bahaya Zionis adalah bahaya bagi negeri-negeri mereka, bagi pemerintahan dan tahta mereka; orang-orang Zionis menginginkan mereka, tahta dan negeri mereka.

Saya tidak melihat pertentangan antara membela persoalan Muslim di negeri mereka dan membela persoalan Palestina; justru kita harus menolong Muslim di mana pun. Muslimlah yang diuji dengan berbagai musibah, dan nyawa Muslim dianggap paling murah, karena mereka tidak punya khalifah yang menaungi, membela, dan melindungi mereka; bahkan para pemimpin mereka berkhianat dan berkonspirasi dengan Yahudi dan Amerika melawan mereka. “Gembala musuh domba” seperti kata penyair ʻUmar Abu Risha: serigala tidak disalahkan atas serangannya bila gembalanya adalah musuh domba. Para pemimpin kita di dunia Islam adalah gembala-gembala pengkhianat yang menyerahkan bangsa kepada Yahudi, Amerika, dan Salibis—oleh sebab itu kaum Muslimin hidup dalam tragedi ini.

Karena itu kita, para ulama dan dai, harus menolong dan menyelamatkan kaum Muslimin, bekerja memberi bantuan dan perlindungan, serta mengangkat persoalan mereka. Hal ini tidak menafikan bahwa persoalan pertama adalah Palestina; ketika Muslim melihat dukungan dan pembelaan dari kita, mereka akan bergabung mendukung perkara Palestina kita dalam hak Islam dan keimanannya.

Tentang pendidikan jarak jauh di tengah pandemi Corona, bagaimana kita memanfaatkannya untuk menegakkan dan menguatkan persoalan Palestina?

Saya bekerja lebih dari 35 tahun di universitas dan memiliki pengalaman mengajar yang tinggi; saya tahu bahwa pengajaran tatap muka langsung saja sulit dan nyaris tidak mudah menarik perhatian serta mempengaruhi mahasiswa—apalagi pendidikan jarak jauh! Saya katakan ini tragedi; ia merusak pendidikan di seluruh dunia, bukan hanya di Yordania atau dunia Arab.

Namun demikian, kita harus memanfaatkan teknologi dan sarana pendidikan jarak jauh untuk membela Palestina. Kita harus memakai sarana iklan, media, dan propaganda terbaik untuk tujuan ini. Kita tahu bahwa media dan iklan adalah alat utama penyebaran gagasan, sama halnya cara mempromosikan barang dagangan—iklan yang menarik bisa membuat barang yang kurang baik menjadi laku. Musuh memahami pentingnya iklan dan media dalam melawan kebenaran dan mendukung kebathilan. Kaum Yahudi, sebagaimana diketahui, menguasai banyak sarana tersebut dan menggunakannya untuk memerangi kebenaran, agama, dan kaum Muslimin serta menyebarkan kebohongan—oleh karena itu kita, para ulama, harus memakai alat-alat dan teknologi itu dalam segala bentuknya, termasuk pendidikan jarak jauh. Media sosial yang dulu tidak ada kini tersebar luas dan sulit diawasi: WhatsApp, Facebook, Twitter, YouTube, dan lain-lain. Kita harus masuk ke sana, menguasainya dengan baik dan secara baik, lalu menyajikan kebenaran dengan cara menarik—karena orang tertarik pada gambar dan suara. Kita mesti menjadi “pedagang” yang menggunakan seni periklanan demi kepentingan Palestina untuk memasarkan perkaranya.

Berpidato di hadapan puluhan atau ratusan orang itu baik, tetapi yang sukses di ranah media adalah yang mampu menyajikan perkaranya dalam bungkus iklan menarik untuk ribuan orang di banyak tempat. Beberapa ulama dan penyiar kita sudah berpengaruh di media tersebut dan bisa menjangkau seluruh dunia—misalnya Doktor yang Mulia Dr. Ahmad Naufal dan analis Yāsir Zaʻātra—kita ingin semua orang memiliki kehadiran berpengaruh semacam itu.

Menggunakan sarana ini adalah kewajiban bagi setiap ulama, dai, dan pembaharu. Setiap warga Palestina yang mengusung solusi jihad untuk Palestina harus membentuk opini publik di dunia Arab dan dunia secara umum, serta menggunakan berbagai bahasa, bukan hanya Arab, untuk menunaikan tugas membela urusan Palestina dan agama. Pahalanya di sisi Allah berlipat; ini bagian dari bentuk pengabdian—mereka yang menyebarkan kesadaran dan kebenaran lewat media tidak hanya memberi manfaat bagi diri sendiri tetapi bagi jutaan orang.

Apakah mungkin disusun rencana praktis untuk menyelamatkan umat dari masalah dan tantangan yang dihadapinya?

Bisa—tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan; yang penting para pembaharu sepakat menyusun rencana praktis. Sayangnya masalah umat sangat banyak dan para pengambil keputusan tidak mampu menyelesaikannya; bahkan mereka sering menjadi penyebab bertambahnya masalah. Kita yakin bahwa tidak ada solusi kecuali penerapan Islam. Gerakan Islam pernah mengusung slogan “Islam adalah solusi”; karenanya upaya para aktifis, dai, dan pembaharu harus diarahkan pada penerapan Islam di lapangan. Ketika itu, semua masalah umat akan terselesaikan. Ini mensyaratkan kerja di medan nyata, bukan sekadar teori—meskipun musuh tak mengizinkan kerja serius untuk menerapkan Islam. Pengalaman Mesir dan Dr. Muhammad Mursi bukanlah hal yang jauh dari kita: ketika Islamis mencoba menerapkannya secara praktik, dunia berkonspirasi menjatuhkan mereka. Namun yang diperlukan adalah ketulusan kepada Allah dan dakwah bagi-Nya, disertai pengorganisasian kerja dan pengorbanan upaya untuk mengembalikan pemerintahan Islam ke realitas—meskipun jalannya panjang, berat, penuh duri, darah, dan serpihannya. Namun keyakinan kita bahwa Islam pada akhirnya akan menang dan berkuasa dengan izin dan jaminan Allah.

Ada banyak perpecahan di antara kaum Muslim, dan yang paling sulit adalah perpecahan antara para ulama dan gerakan-gerakan Islam — apa jalan keselamatannya?

Benar, ada perpecahan yang sangat tajam, dan hal ini menyulitkan pekerjaan dan menghadapi tantangan serta masalah umat. Sebenarnya hampir sulit menjumpai para ulama yang bersatu pada satu hal, demikian pula gerakan-gerakan Islam dan para aktifis Islam dan para pendakwah — ini termasuk yang tersulit yang dihadapi kaum Muslim hari ini. Padahal perbedaan itu sesuatu yang alamiah di antara Muslim dan di antara ulama serta di antara para pendakwah dan aktifis; mustahil mengumpulkan semua orang pada satu garis dan satu pemikiran. Namun haruslah dipahami bahwa perbedaan itu hanya berada dalam lingkup pemikiran, tidak sampai menyerang hati, tidak sampai menimbulkan permusuhan, kebencian, perpecahan, dan permusuhan terhadap sesama kita.

Salah satu akibat dari perselisihan dan permusuhan ini adalah hilangnya kerja sama dan koordinasi yang diperlukan untuk bekerja demi Islam. Karena itu para pemimpin gerakan-gerakan Islam, pembuat programnya, dan pendidik-pendidiknya harus mendidik kaum muda dalam gerakan-gerakan mereka pada ajaran dan akhlak Islam serta pada pentingnya kerja sama di antara mereka dan saling menumbuhkan cinta dan kasih sayang.

Bahkan di dalam satu gerakan saja kini kau dapat menemukan perbedaan-perbedaan mendalam dan tajam, dan contoh-contohnya banyak; ini sendiri merupakan tragedi. Yang harus diketahui semua orang adalah bahwa perpecahan dan permusuhan itu menggembirakan musuh dan menyenangkan mereka, sehingga kita dapati mereka berusaha agar perselisihan itu terus berlangsung dan makin meluas. Sayangnya beberapa aktifis dalam gerakan-gerakan tersebut, entah karena kebodohan atau ketidaktahuan, turut secara sadar maupun tanpa sadar memperdalam tajamnya perselisihan itu, padahal mereka semua mengetahui bahaya Zionis dan Salibis yang mengancam mereka dan seluruh umat.

Adakah manfaat jika para ulama dan pendakwah berpartisipasi dalam lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif pada negara mereka, dan pada tingkat apa partisipasi itu bisa efektif dan produktif?

Sebenarnya rezim-rezim dan penguasa-penguasa itu memiliki program dan kurikulum yang hendak mereka terapkan pada rakyatnya, dan program-program itu berbeda dari program para pendakwah, gerakan Islam, dan para pembaharu. Karena itu partisipasi pada level kepemimpinan tidak ada gunanya. Yang dimaksud kepemimpinan di sini misalnya menjadi menteri dalam rezim tersebut — bila seorang ulama atau pendakwah menjadi menteri, ia akan ikut melaksanakan kurikulum dan rencana rezim, serta memikul tanggung jawab rezim sepenuhnya. Rezim tidak akan mengizinkannya menerapkan program reformisnya jika ia mau menerapkannya, karena ia akan menjadi seperti paku yang mengganjal roda. Peristiwa partisipasi Partai Pembangunan di Maroko dalam pemerintahan bukanlah hal yang jauh; partai itu bercitra Islam hanya dari segi rasa, namun terlibat dalam semua keburukan hingga menjadi pendukung normalisasi dengan Yahudi — itu adalah hasil partisipasi dengan rezim yang tidak menerapkan syariat. Mereka hanya ingin ulama atau pendakwah menjadi budak, bukan tuan / majikan; jadi partisipasi semacam itu merugikan mereka dan mereka takkan mendapat kebaikan apa pun darinya.

Adapun partisipasi di luar itu, misalnya di tingkat legislatif dan yudikatif — seperti menjadi wakil di parlemen, dan kehadiran gerakan-gerakan Islam di parlemen melalui pemilihan rakyat dengan programnya sendiri — ini tidak terlarang selama gerakan itu berpegang pada program dan manhajnya. Namun saya tidak melihat banyak manfaat atau dampak positif yang besar dari hal itu; oleh karena itu tidak perlu partisipasi luas gerakan-gerakan Islam di parlemen dan tak perlu menambah jumlah wakil mereka. Cukup jumlah kecil sebagai partisipasi simbolis untuk membuktikan eksistensi, bukan sebagai jalan perubahan. Tujuan partisipasi semata adalah agar parlemen menjadi mimbar dakwah untuk memperkenalkan program gerakan dan posisinya, serta agar wakil-wakilnya menunaikan kewajiban amar maʻruf nahi munkar. Cukup dua atau tiga wakil saja, bukan tiga puluh. Bahwa parlemen bisa mengubah rezim — itu tak mungkin. Gerakan Islam di Yordania pernah ikut pengalaman parlemen pada tahun 1989 dengan 29 wakil, namun mereka tidak mampu mengubah program rezim. Begitu pula pengalaman gerakan Islam di Mesir yang berhasil meraih mayoritas parlemen bahkan sampai ke tingkat kepresidenan dan pemerintahan, tetapi gagal setelah konspirasi dunia menjatuhkan mereka.

Masih ada yang bertanya: apakah pembebasan Palestina mungkin, dan apa tanda-tandanya?

Bukan hanya mungkin, melainkan pasti; itu benar-benar akan datang dan saya tidak meragukannya, sebagaimana saya tidak meragukan keberadaan diri saya sendiri. Pembebasan Palestina adalah hal yang pasti karena itu adalah sunnatullah. Yang saya harapkan adalah pembebasan itu terjadi dalam masa hidup kita sebelum kita bertemu Allah. Syaikh mufassir Bassam Jarrar mengatakan pembebasan akan terjadi dalam dua tahun; ia optimis. Saya tidak sehebat optimismenya, tetapi saya tegaskan bahwa pembebasan itu pasti karena Allah akan menolong para mujahidin karena mereka bersifat rabbaniyah, dan para mujahid dan para murobith ada di Palestina — di Gaza, di Tepi Barat, dan di wilayah tahun 1948.

Keberadaan Yahudi di tanah Palestina adalah keberadaan singkat/ sementara. Saya telah membahas hal ini dalam buku saya “Kebenaran-Kebenaran Qur’ani tentang Persoalan Palestina” dan saya katakan bahwa al-Qur’an menjelaskan bahwa masa hidup orang Yahudi di Palestina itu singkat melalui ayat-ayat di surat al-Baqarah, Ali Imran, al-Isra’, al-Aʻraf dan lainnya; keberadaan mereka hampir punah. Bahkan Netanyahu, perdana menteri Zionis, pernah berkata baru-baru ini dalam sebuah konferensi bahwa ia tidak menjamin Israel akan hidup seratus tahun.

Namun sayangnya yang memperpanjang masa keberadaan Yahudi di Palestina adalah para agen dan pengkhianat Arab yang melakukan normalisasi dan bersekutu dengan Zionis sejak awal pendudukan, serta berperan sebagai pengawal keamanan Israel — terutama keempat negara yang mengelilingi Israel, yang anehnya huruf pertama nama masing-masing negara membentuk kata “SALAM” (Suriah-Lebanon-Mesir, dalam bahasa Arab). Merekapun memberi keamanan, perlindungan, dan dukungan bagi Yahudi; mereka ibarat polisi bagi Zionis.

Tanda-tanda pembebasan ada dan banyak. Salah satu yang paling menonjol sekarang adalah bahwa Allah menjadikan Gaza mercusuar jihad dan mercusuar pembebasan: dengan pemudanya, para penghafal al-Qur’an, para murabith di terowongan-terowongannya, dan rakyat Palestina yang mendukung program jihad — ini adalah tanda besar, dan Allah tidak akan meninggalkan mereka. Juga adanya gerakan Islam yang kuat di wilayah tahun 1948, dipimpin oleh Al Murabith Syaikh Ra'id Sholah dan saudara-saudaranya yang akarnya kuat di sana, serta adanya para penjaga Masjidil Aqsha, para penuntut ilmu, dan para mujahid — semuanya merupakan tanda-tanda dekatnya pembebasan, insya Allah.

جزاكم الله خيراً فضيلة الشيخ الدكتور صلاح الخالدي وبارك الله فيكم.
Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan, Syaikh Dr. Ṣholāḥ al-Kholidi, dan semoga Allah memberkahi Anda.

Haiah Ulama Palestina
Maret 2021
https://palscholars.org/interviews/%D9%85%D9%82%D8%A7%D8%A8%D9%84%D8%A9-%D8%AF-%D8%B5%D9%84%D8%A7%D8%AD-%D8%A7%D9%84%D8%AE%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%8A/

COMMENTS

Nama

Afghanistan,22,Aksi,1,Artikel,65,Buletin Kabar Dunia Islam,1,Data Kebiadaban Israel,5,Daulah Utsmaniyah,1,Doa,8,Dokumenter Perjuangan Palestina,13,Dukungan Untuk Palestina,12,Dukungan untuk Perjuangan Palestina,53,Duta Besar Palestina,3,Ebook,30,Fatwa Boikot,8,Film Dokumenter Palestina,11,Hamas,25,Ikhwanul Muslimin,7,Isi Buku,4,Israel,4,Isu Syiah,4,Kajian,14,Karya Ilmiah,7,Kisah Syuhada,1,Laporan Strategis Palestina,3,Lembaga Kemanusiaan,1,Membongkar Hoaks,2,Menjawab Syubhat,4,Palestina-Diaspora,2,Palestina-Jalur Gaza,11,Palestina-Tepi Barat,3,Survei,3,Thaliban,22,Tulisan Ustadz Budi Ashari,67,Ulama-Ustadz-Akademisi,111,Ustadz Budi Ashari,67,Video,61,Wawancara,3,
ltr
item
Ya-Aqsha Media: Wawancara dengan Syaikh Sholah Abdul Fatah Al Kholidi (Maret 2021)
Wawancara dengan Syaikh Sholah Abdul Fatah Al Kholidi (Maret 2021)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK5JW-U8a7LT_UsfJ_CZIKtOTxwWdSvffs6zoUGDYg8_SeAk04vi9HAJszwQn2DQ7thQVHeOdpEPMNIsWzSTdEG_GJxWSL6JTFV50x5ug0s9qA-lzXvqBd0t5jr_uv2QlOH9falltkFadUH0BsELvuga65aurV0316H-nco_sZWQq6D7g-Y4YCl2IEa-22/w426-h640/wawancara%20dengan%20Syaikh%20Sholah%20Abdul%20Fatah%20Al%20Kholidi.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK5JW-U8a7LT_UsfJ_CZIKtOTxwWdSvffs6zoUGDYg8_SeAk04vi9HAJszwQn2DQ7thQVHeOdpEPMNIsWzSTdEG_GJxWSL6JTFV50x5ug0s9qA-lzXvqBd0t5jr_uv2QlOH9falltkFadUH0BsELvuga65aurV0316H-nco_sZWQq6D7g-Y4YCl2IEa-22/s72-w426-c-h640/wawancara%20dengan%20Syaikh%20Sholah%20Abdul%20Fatah%20Al%20Kholidi.jpg
Ya-Aqsha Media
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/09/wawancara-dengan-syaikh-sholah-abdul.html
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/09/wawancara-dengan-syaikh-sholah-abdul.html
true
1607972164486125252
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content