Nasehat Syaikh Dr. Wa'il al-Homsi — Gaza Perkara yang Tidak Seharusnya Orang Gaza Abaikan… Ditulis oleh: Dr. Wa'il Ahmad Al-Homsi Pe...
Nasehat Syaikh Dr. Wa'il al-Homsi — Gaza
Perkara yang Tidak Seharusnya Orang Gaza Abaikan…
Ditulis oleh: Dr. Wa'il Ahmad Al-Homsi
Penduduk Jalur Gaza telah menjalani sebuah perang dahsyat, yang di zaman modern ini belum pernah ada perang yang sebanding dengannya dalam hal keganasan, kekejaman, dan intensitasnya. Itu adalah perang dalam arti sebenarnya: pembunuhan, penghancuran, pengusiran, teror, kelaparan, pengepungan, sedikitnya penolong, serta pengkhianatan yang belum pernah ada bandingannya…
Namun, meskipun demikian, aku menganggap perang ini sebagai nikmat, bahkan salah satu nikmat terbesar Allah bagi kita, sebab Allah sedang mendidik kita dan membentuk kita di bawah pengawasan-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa tanda-tanda nikmat ini, meski dalam bentuk yang disebutkan tadi, pasti sudah tampak bagi semua orang dan telah dirasakan oleh setiap jiwa — baik dalam sisi keimanan, pendidikan, sosial, ekonomi, bantuan kemanusiaan, maupun manajerial. Singkatnya, dalam seluruh aspek kehidupan dunia dan agama, sehingga tidak ada seorang pun yang hidup dalam perang ini yang pantas untuk mengabaikannya.
Di sini aku hanya memberikan isyarat, dan kubiarkan bagi setiap pembaca untuk mengerahkan akalnya, lalu menyimpulkan pelajaran-pelajaran yang terlintas dari apa yang tak selayaknya ia abaikan. Terlebih lagi, kita kini berada di ambang sebuah gencatan senjata — atau lebih tepatnya “istirahatnya seorang mukmin” — sebab tanah ini adalah tanah ribath dan jihad hingga Hari Kiamat.
Maka, wahai orang-orang mulia, hadirkanlah dalam benak kalian pelajaran dan ibrah dari hari-hari yang kalian jalani sekarang, agar bisa kalian ambil manfaatnya untuk hari esok. Sebab, orang yang merugi adalah yang tidak mengetahuinya dan tidak peduli padanya, sedangkan orang yang beruntung dan sukses adalah yang mengambil pelajaran dan ibrah dari apa yang telah ia alami.
Dan keberuntungan itu hanya bagi orang yang Allah beri taufik. Maka, ya Allah, berilah kami taufik menuju segala kebaikan, ilhamkan kami jalan petunjuk, lindungi kami dari keburukan jiwa kami, tetapkan kami di atas kebenaran dan sunnah, serta jangan Engkau timpakan fitnah kepada kami.
https://www.msf-online.com/%d9%85%d8%a7-%d9%84%d8%a7-%d9%8a%d8%b3%d8%b9-%d8%a7%d9%84%d8%ba%d8%b2%d8%a7%d9%88%d9%8a-%d8%a7%d9%84%d8%ac%d9%87%d9%84-%d8%a8%d9%87/
***
Saya ingin mengingatkan setiap orang agar senantiasa menjaga hatinya. Jangan sampai hati kita tertutup atau meredup tanpa disadari—hingga cahaya iman padam, lalu ia terbalik arah tanpa kita sadari. Saya sampaikan ini di saat kebenaran yang mestinya jelas dan tidak terbantahkan, justru bagi sebagian orang kini dianggap salah. Nilai-nilai yang dulu diyakini sebagai prinsip yang tak tergoyahkan, kini berubah di mata mereka.
Kita hidup di tengah pertempuran besar, sebuah episode sejarah antara ahlul Haq (orang-orang yang membela kebenaran) di Gaza, melawan ahlul bathil (orang-orang yang membawa kebathilan) —Yahudi, Amerika, dan para pendukung mereka yang munafiq. Anehnya, justru ada yang mencela jihad rakyat Gaza, bahkan sampai membenarkan kejahatan manusia2 ahlul bathil yang keji itu.
Sikap seperti ini, kalau tidak menyeret pelakunya pada kekafiran, maka paling tidak akan menjerumuskannya dalam kefasiqan dan pengkhianatan. Karena itu wahai hamba-hamba Allah, jagalah hati kalian sebelum tertutup kegelapan yang akan memadamkan cahayanya, menggantikannya dengan noda, fitnah, dan kemunduran.
Peganglah baik-baik apa yang saya sampaikan ini, jadikan pedoman bagi hati kalian, agar hati kalian tidak menjadi wadah fitnah dan kesesatan. Anggaplah ini nasihat tulus, timbangan yang adil, dan cahaya penuntun di jalan iman—yang membedakan antara yang jujur dan yang dusta, antara mukmin dan munafik, antara yang baik dan yang buruk. Inilah beberapa poinnya:
1. Salah satu ikatan iman terkuat adalah loyalitas dan permusuhan karena Allah: berpihak kepada orang-orang beriman dan memusuhi musuh-musuh agama. Hari ini, penduduk Gaza adalah simbol orang-orang beriman yang wajib kita dukung, sementara Yahudi kriminal adalah musuh agama, bahkan musuh paling berbahaya yang wajib kita lawan.
2. Loyalitas kepada orang beriman tidak cukup diucapkan dengan kata-kata, tapi harus diwujudkan dengan tindakan. Barang siapa mendukung Gaza, ia harus menolong mereka dengan segala yang mampu ia lakukan. Sebab seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya—tidak boleh mengkhianati, membiarkan, atau menzhaliminya.
3. Demikian pula permusuhan terhadap musuh agama bukan hanya sekadar ucapan. Ia harus ditunjukkan lewat sikap nyata: melawan Yahudi, berlepas diri dari mereka, memusuhi siapa pun yang berpihak kepada mereka, mendoakan kebinasaan mereka, membenci mereka, dan mendukung siapa saja yang mengangkat senjata melawan mereka.
4. Yahudi adalah kaum paling rusak: pembunuh para nabi, pengkhianat janji, penyebar kerusakan di muka bumi. Mereka tidak menghormati perjanjian dengan kaum beriman. Maka setiap ajakan untuk mendekat atau berdamai dengan mereka hukumnya haram, dan setiap tangan yang meraih ke arah mereka harus ditepis.
5. Perang kita dengan Yahudi adalah perang aqidah, bukan sekadar konflik politik. Ini perang panjang yang tidak akan usai sampai yang terakhir dari mereka binasa bersama al-Masih al-Dajjal. Jika Netanyahu berani menyebut agresinya sebagai misi spiritual dan agama, mengapa kita menutup telinga seakan-akan tak mendengarnya? Ini adalah perang iman melawan kufur. Maka tanyakan pada dirimu sendiri, di barisan mana engkau berdiri?
6. Kezhaliman Yahudi hari ini tidak akan terjadi tanpa pengkhianatan rezim-rezim Arab. Pengkhianatan mereka sudah begitu jelas: membantu dan mendukung musuh melawan umat Islam. Para penguasa itu telah tenggelam dalam kekufuran, meski mengaku Muslim. Karena itu, setiap Muslim, terlebih para ulama, wajib berlepas diri dari mereka, dan mengingatkan tentang kewajiban menolong Gaza serta memusuhi musuh-musuhnya. Anehnya, ada para dai dan ulama besar yang sudah bertahun-tahun berbicara di hadapan umat, tapi di manakah hasilnya? Tidakkah lahir dari umat mereka satu pun yang berjiwa seperti Abu Bashir—yang membakar semangat perang—lalu diikuti Abu Jandal dan para lelaki tangguh lainnya? Jika kalian tidak menyiapkan kader dan pejuang untuk hari-hari semacam ini, lalu selama ini apa yang kalian lakukan?
7. Kewajiban setiap Muslim hari ini adalah mengamalkan hal-hal di atas, masing-masing dari posisinya, dengan kesungguhan. Persiapkan diri secara mental, fisik, dan iman, karena saat konfrontasi semakin dekat dari hari ke hari. Siapa yang tidak mengisi dirinya dengan apa yang semestinya dikerjakan, ia akan terjerumus dalam kesibukan sia-sia, bahkan mungkin sibuk dengan hal-hal yang menguntungkan musuhnya.
Inilah beberapa poin yang sempat saya sebutkan secara singkat, untuk dijadikan cermin bagi setiap hati. Jika hati menerimanya, pujilah Allah dan bersiaplah menjadi prajurit agama ini di pos-pos yang Allah bukakan. Tapi jika hati menolaknya, maka ketahuilah ada kegelapan yang telah menutupi hati itu sesuai kadar penolakannya. Segeralah bertaubat sebelum hati itu benar-benar terbalik, seperti gelas yang ditelungkupkan: tidak bisa menampung kebaikan, tidak mengenal yang baik, dan tidak menolak yang buruk kecuali menurut hawa nafsunya. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
Penutup: Saya yakin, dengan izin Allah, tidak lama lagi penderitaan Gaza akan berakhir. Allah akan menolong wali-wali-Nya di sana dengan cara yang tak pernah disangka, di luar jangkauan siapa pun.
والحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وعنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
https://www.facebook.com/share/1HkLTDs31u/
***
Pesan Untuk Umat Islam
Ditulis oleh: Dr. Wa'il bin Ahmad Al-Homsi
Wahai umat Islam — (para ulama dan pemimpin, individu maupun kelompok, sipil maupun militer, pemerintah dan rakyat, laki-laki maupun perempuan) — berbekallah untuk diri kalian, takutlah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kalian pasti akan berjumpa dengan-Nya...
Kita kini hampir memasuki hari ke-600 dari perang yang kita jalani di Gaza. Dalam perang ini, musuh bersama para pendukungnya telah mengerahkan segala kemampuan, harta, dan persenjataan mereka untuk menghapus Gaza. Aku menyeru kalian, wahai umat Islam, atas nama agama kalian — bukan demi kami, melainkan demi kalian sendiri. Bukan untuk menolong kami, karena Allah-lah penolong kami dan Dia sebaik-baik penolong. Bukan untuk memberi makan kami, karena Allah-lah pemberi rezeki kami dan Dia sebaik-baik pemberi rezeki. Bukan pula untuk menjaga kami, karena Allah-lah pelindung kami dan Dia sebaik-baik pelindung. Aku menyeru kalian wahai umat Islam, bukan karena belas kasihan kepada kami, tetapi karena belas kasihan kepada diri kalian sendiri.
Apa alasan kalian kelak di hadapan Rabb kalian jika kalian berpaling dari kewajiban yang telah dibebankan atas kalian? Apakah kalian rela menjadi seperti orang-orang munafik yang tertinggal dan enggan berjuang?
Barang siapa jujur dalam tekad perjalanannya, Allah akan mudahkan jalan baginya untuk sampai. Dan barang siapa lamban, mencari-cari alasan, maka tidak akan ia dapatkan kecuali kehinaan di dunia dan siksa neraka di akhirat.
“Sekiranya mereka benar-benar ingin keluar (berjihad), niscaya mereka menyiapkan persiapan untuk itu...” (QS. At-Taubah: 46).
Wahai umat Islam, tidakkah kalian membaca surah At-Taubah — surah yang membongkar dan mempermalukan kaum munafik? Tidakkah kalian membaca ayat-ayat tentang jihad? Tidakkah kalian menghitung-hitung hari perjumpaan itu?
Hati-hatilah, wahai umat Islam, jangan berdalih dengan alasan takut fitnah, karena tiadalah fitnah yang lebih besar daripada meninggalkan konfrontasi melawan musuh. Waspadalah, jangan sampai keadaan kalian sama seperti mereka yang berkata:
“Izinkan aku (untuk tinggal) dan janganlah engkau menjadikan aku terjerumus dalam fitnah...” Ketahuilah, sesungguhnya mereka telah jatuh ke dalam fitnah itu!" (QS. At-Taubah: 49).
Wahai umat Islam, janganlah kalian tertipu dengan retorika kaum munafik meski mereka mengaku berilmu dengan dusta, dan jangan pula tertipu dengan ucapan para tiran meski mereka berbicara tentang maslahat dengan kefasikan dan kedurhakaan. Bukankah dahulu imam mereka, Fir‘aun yang celaka itu, berkata:
“Biarkan aku membunuh Musa, biarlah ia memanggil Rabbnya, sesungguhnya aku khawatir ia akan mengubah agama kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (QS. Ghafir: 26).
Setiap Fir‘aun pasti ada Musa yang menenggelamkannya. Setiap kebatilan pasti ada kebenaran yang akan menghancurkannya. Dan setiap kezaliman pasti ada pedang keadilan yang akan merobohkannya. Maka, wahai umat Islam, di barisan mana kalian berdiri?
Masa netralitas telah berlalu. Yang tersisa hanyalah dua kubu: kejujuran, iman, dan pahala — atau dusta, kemunafikan, dan dosa. Tidak ada yang ketiga. Ada dua barisan: barisan iman tanpa kemunafikan, atau barisan kufur tanpa iman.
Jalan kemuliaan dan kejayaan akan dibangun oleh lelaki sejati. Sedangkan jalan kehinaan dan kerendahan hanya dilalui oleh mereka yang hanya berstatus “jantan” tanpa jiwa.
Wahai umat Islam, apakah kalian ridha dengan kehidupan dunia dibanding akhirat?
Apakah harta dan kesibukan dunia telah membuat kalian lebih mencintainya daripada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya?
Hati-hatilah! Itu adalah sifat orang fasik, dan itu berarti kalian sedang melemparkan diri kalian sendiri ke dalam kehancuran agama.
Wahai umat Islam, iman tanpa jihad bagaikan tubuh tanpa ruh, bagaikan fatamorgana yang disangka air oleh orang yang kehausan.
Wahai umat Islam, jika ketertinggalan kalian dari kewajiban karena putus asa dan hilang harapan, maka demi Allah, sesungguhnya kami melihat pertolongan Allah lebih dekat daripada dekat itu sendiri. Pertolongan Allah menyertai kami, ketenangan-Nya turun kepada kami. Dan barang siapa Allah menjadi wali dan penolongnya, maka siapa yang dapat mengalahkannya?
Wahai umat Islam, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur. Tidak sepantasnya bagi orang beriman untuk berpaling dari jihad di jalan Allah, atau merasa diri lebih berharga daripada saudara-saudaranya.
Wahai umat Islam, jika kita tidak mampu menjadi bagian dari generasi awal para Muhajirin dan Anshar, maka setidaknya jadilah kita orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dalam membela agama ini.
Wahai umat Islam, bacalah kembali surah Al-Anfal dan At-Taubah. Perbaruilah iman kalian di dalam hati, bersihkan ia dari noda kemunafikan dengan amal dan ucapan. Berbekallah untuk diri kalian, dan takutlah kepada Allah yang kelak akan kalian jumpai. Jika kalian lakukan itu, maka yakinlah kabar gembira akan datang kepada kalian wahai orang-orang beriman yang jujur — kabar gembira di dunia berupa kemuliaan, kemenangan, dan kekuasaan; serta kabar gembira di akhirat berupa keberuntungan masuk surga Firdaus yang penuh kenikmatan.
Maka sungguh beruntunglah orang yang bertekad bulat untuk melangkah, menjual jiwa dan hartanya kepada Allah, Rabb semesta alam. Baginya surga-surga yang kekal, sebagaimana dijanjikan dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an oleh Rabbul ‘Alamin. Dan siapakah yang lebih menepati janji selain Allah? Maka bergembiralah, wahai orang-orang beriman yang jujur, dengan transaksi ini, karena di dalamnya ada kemenangan besar dan keuntungan agung.
Celakalah mereka yang rela dan bergembira menjadi bagian dari orang-orang yang tertinggal, membenci berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang merugi dengan kerugian yang nyata.
“Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab. Dia melindungi orang-orang saleh. Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman sebagai pelindungnya, maka sesungguhnya golongan Allah itulah yang pasti menang.” (QS. Al-Maidah: 55-56).
“Dan hanya milik Allah-lah kemuliaan, milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun: 8).
https://www.msf-online.com/%d8%b1%d8%b3%d8%a7%d9%84%d8%a9-%d8%a5%d9%84%d9%89-%d8%a3%d9%85%d8%a9-%d8%a7%d9%84%d8%a5%d8%b3%d9%84%d8%a7%d9%85/
COMMENTS