1. Kesaksian Sahabatnya, Syaikh Muhammad AS Al-Ghoul Saudaraku tercinta, Abu Yahya Humam Khalil al-Hiyyah, teman seperjuangan dalam menuntut...
1. Kesaksian Sahabatnya, Syaikh Muhammad AS Al-Ghoul
Saudaraku tercinta, Abu Yahya Humam Khalil al-Hiyyah, teman seperjuangan dalam menuntut ilmu syar’i.
Aku tak pernah lupa saat-saat kita berdiri lama di jalan, berjam-jam membahas masalah ilmu setelah keluar dari majelis guru kita. Engkau selalu lebih bijak dariku, lebih lapang dada, dan lebih sabar.
Aku tahu betapa besar cintamu pada jihad. Engkau selalu menjadi yang terdepan, menjadi teladan seorang penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh sekaligus seorang mujahid. Sering aku berkata dalam hatiku: “Syahadah itu memang pantas untuknya.”
Aku pun selalu bertanya-tanya, bagaimana mungkin ia meraih syahid yang selalu diidamkannya, sementara ia berada di luar Gaza (di Qatar)? Tetapi ketika Allah mengetahui ketulusan niatmu, Dia tidak menghendaki kecuali menutup hidupmu dengan husnul khatimah—syahid di jalan-Nya.
Engkau telah pergi menghadap Allah dengan wajah yang ridha, sebagai pembela Islam.
Ya Allah, janganlah Engkau haramkan aku dari kebersamaan dengannya di surga.
Hatiku hancur oleh rasa kehilangan…
Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku syahadah di jalan-Mu.
https://www.instagram.com/p/DOY_LfZEhgW/
Note: Syaikh Muhammad AS Al-Ghoul, pemuda cerdas dari Gaza yang kuliah S1-S3 di Indonesia. Sejak di Gaza, sebelum ke Indonesia, beliau sudah hafal Al-Qur'an dengan sanad yang bersambung ke Rasulullah. Di Indonesia beliau sering mengisi ceramah dan safari dakwah tentang tema Palestina dan Al Qur'an. Serta sering menjadi imam shalat tarawih saat ramadhan, maupun shalat lainnya. Rekaman ceramah dan bacaan merdu tilawahnya bisa disimak di YouTube. Beliau pun penulis produktif yang sudah 7 buku karyanya diterbitkan.
Dengan gugur nya Syaikh Humam bin Khalil al-Hayyah, menambah daftar anak Dr. Khalil al-Hayyah yang telah gugur syahid dalam perjuangan jihad membebaskan Palestina dan Masjidil Aqsha.
***
2. Kesaksian Teman Seperjuangannya
Humam bin Khalil al-Hayyah
Pemuda ini tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga pejuang yang telah mempersembahkan para syuhada dan melahirkan para mujahid.
Aku mengenalnya sejak kecil sebagai seorang hafizh Al-Qur’an, dengan sanad bersambung hingga Rasulullah ﷺ. Ia menekuni ilmu syar’i sejak duduk di bangku sekolah dasar di Madrasah Darul Arqam.
Ia dikenal dengan keteguhan agamanya; seorang penceramah, da’i, dan khatib yang fasih.
Di samping kecemerlangannya dalam studi, ia lulus dari universitasnya dan bekerja sebagai guru.
Ia melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar magister.
Kemudian ia meninggalkan pekerjaannya untuk tetap berada di sisi ayahnya; menjadi penyimpan rahasianya sekaligus pencatat informasinya.
Ia sebenarnya sudah dijadwalkan untuk membahas disertasi doktoralnya beberapa bulan lagi.
Ia adalah seorang mujahid yang selalu berada di barisan terdepan di medan perjuangan; penuntun dan pembimbing bagi saudara-saudaranya, serta teguh menjaga hukum-hukum Allah.
Ayahnya, Dr. Khalil Al-Hayyah, melihat pada dirinya sosok pendidik, ulama, dan pemimpin sejak kecil. Ia selalu mendukungnya dalam setiap tahap kehidupannya, dan merasa bahagia ketika mendengarkan nasihat-nasihatnya. Bahkan ketika hendak pergi menunaikan shalat Jumat, ia berkata: “Mari kita shalat di belakang Syaikh Humam.”
Semoga rahmat Allah tercurah atasmu, wahai syahid, mujahid, guru, sekaligus pendidik.
#الصياد
https://t.me/Shareunit/7846
***
3. Kesaksian Sahabat dan Teman Seperjuangannya
Allah Ta‘ala berfirman:
“Dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman dan menjadikan sebagian dari kalian sebagai para syuhada.” (QS. Ali ‘Imran: 140).
Humam, tahukah kalian siapa Humam?!
Ia seorang hamba yang taat, zuhud, mujahid, berakhlak sopan, lembut, penuh wibawa, tegas dalam kebenaran, pemilik cita-cita dan semangat tinggi, penuntut ilmu yang tekun. Kami mengira seakan ia adalah seorang sahabat Rasulullah di zaman ini.
Humam adalah sahabat dalam kesendirian maupun kebersamaan, teman perjalanan, penghibur hati.
Ketika kami bertemu, kami tak pernah bosan satu sama lain meski duduk berjam-jam. Pernah beberapa kali kami duduk bersama dari shalat Isya hingga azan Subuh, mengingat Gaza dan kenangan-kenangannya, majelis ilmu, pembahasan fikih, tadabbur Al-Qur’an, dan persoalan pemikiran.
Ia adalah sahabat yang setia, jujur dalam janji, penuh cinta, dermawan, rendah hati, namun tetap memiliki izzah dan harga diri. Ia selalu bangga dengan agamanya dan jihadnya, serta berusaha mengangkat kejayaan agama dan umatnya.
Sejak awal pertempuran Thufan al Aqsha, ia selalu berkata kepadaku:
"Sudah terlewat bagi kita. Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana kita bisa meraih syahid sementara kita berada di luar Gaza."
Dan kini, syahadah itu datang menjemputmu sebagaimana engkau selalu berusaha menjemputnya, wahai kekasih. Engkau benar, dan engkau telah mendahului.
Semoga Allah merahmati kekasih hati, Abu Yahya 💔, meninggikan derajatnya di surga Firdaus yang tertinggi, serta mengumpulkan kita bersamanya di jalan ini dalam keadaan jujur, tanpa mengganti dan tanpa mengubah.
Ya Allah, kabulkanlah. 🤲
عبد الرحمان زكي حمد
https://www.facebook.com/share/1NSnDY3rQq/
***
4. Kesaksian Dosen Pembimbing Disertasi Doktoralnya, Dr. Muhammad Humam
Tentang syahid Humam bin Khalil al-Hayyah
👇
Telah beruntunglah engkau wahai Abu Yahya.
Selamat atas derajat kesyahidan yang tinggi, insya Allah, saudaraku tercinta, mujahid Humam al-Hayyah, Abu Yahya.
Semoga Allah menerima amalmu, jihadmu, ilmumu, kerja kerasmu, kesabaranmu, dan keteguhanmu.
Aku diberi kehormatan membimbingmu dalam penulisan disertasi doktoral di Universitas Tripoli yang berjudul “Kajian Fikih Kontemporer tentang Jihad Iqtiham dan Inghimas (dengan mengambil model dari Pertempuran Thufan al-Aqsha)”.
Aku juga sempat berkomunikasi denganmu akhir-akhir ini terkait pencetakan disertasi saudaramu, sang komandan syahid Usamah al-Hayyah, yang berjudul “Prinsip-Prinsip Perang Militer: Kajian Tematik dalam Cahaya Sunnah Nabi”. Saat ini karya itu sedang dicetak dan insya Allah akan segera diterbitkan.
Engkau dan saudaramu telah menghimpun seluruh kebaikan: menggabungkan jihad dan fikihnya, antara ilmu dan amal. Dan aku meyakini, itu merupakan salah satu bentuk taufik serta pilihan Allah yang sangat agung bagi kalian berdua.
د. محمد همام
https://www.facebook.com/share/17JSVaksF8/
***
5. Kesaksian Sahabat nya
Humam adalah bayangan ayahnya, penyimpan rahasianya, rekan pemikirannya, belahan jiwanya, dan penghibur langkah-langkahnya. Ia bekerja bersamanya di kantor, sebagai asisten administratif, sekaligus kunci hati ayahnya.
Setiap orang yang ingin mempermudah urusannya dengan sang ayah pasti mendatangi Humam. Ia menggantikan posisi saudaranya, syahid Usamah, di sisi ayahnya, sehingga selama sepuluh tahun penuh ia senantiasa mendampinginya, dari Gaza ke Turki dan Doha, hingga saat syahadah dan pertemuan dengan Sang Maha Kuasa.
Ibunya yang mulia, Ummu Usamah, berkata: “Pada pagi 7 Oktober, ia menangis sambil berkata: ‘Kita sudah tertinggal, Ibu. Bagaimana kita bisa menyusul menjadi syahid, para pemuda sudah lebih dulu mendahului kita.’
Maka aku menjawabnya: ‘Engkau kini berada di pos besar bersama ayahmu, dan engkau adalah sisa yang kami miliki setelah banyak anak dan cucu telah berpulang.’”
Ibunya menghubunginya pada hari pengeboman, memintanya untuk datang makan siang bersama. Namun ia meminta maaf karena sibuk di kantor. Itulah akhir yang dijanjikan, syahadah yang telah tertulis untuknya.
Humam benar-benar orang yang mulia. Seorang lelaki dari kalangan kekasih Allah. Malu bila di hadapan saudara-saudaranya, santun di majelis mereka, fasih bertutur kata, indah dalam penyampaian. Ia adalah Al-Qur’an yang berjalan di muka bumi.
Kehilangan Abu Usamah terhadap dirinya sangatlah besar, namun demi Allah, penghiburan kita dalam dirinya juga agung. “Wahai Abu Yahya, hanya untuk orang sepertimu, seharusnya para wanita menangisi kepergiannya…”
Semoga Allah merahmati Humam yang pemberani dan dermawan itu.
https://www.facebook.com/share/19NT2pEDxP/
***
6. Kesaksian Rekan Keluarganya
Sambil tersenyum, beliau berkata kepadaku:
☝️“Aku telah menganugerahkan kepada suamiku gelar doktor dalam kesabaran.”☝️
Aku bertanya, “Bagaimana bisa begitu, wahai Ibu?”
Maka beliau menjawab:
Aku kirimkan anak pertamaku untuk syahadah (gugur di jalan Allah), lalu kuhadiahkan kepadanya gelar sarjana dalam kesabaran.
Kemudian putraku yang lain gugur pada tahun 2008 saat berjuang di medan pertempuran, maka kuhadiahkan kepadanya gelar magister dalam kesabaran.
Lalu anakku yang ketiga syahid setelah dibunuh oleh penjajah pada tahun 2021, maka kuhadiahkan kepadanya gelar doktor dalam kesabaran… lalu beliau tersenyum.
Saat itu aku melamun dalam pikiranku: dari mana datangnya kekuatan, keteguhan, dan pengorbanan luar biasa yang dimiliki para ibu kita? Untuk apa mereka rela mempersembahkan buah hati mereka dengan hati yang ridha?
Beliau pun melanjutkan:
“Ketika syahidnya #ريم_الرياشي (Reem al-Riyashi) dengan melaksanakan operasi perlawanan; keesokan harinya diadakan pawai besar para perempuan menuju rumah Syaikh syahid Ahmad Yasin… Semua orang bertanya kepadanya: ‘Mengapa dia (yang diberi kehormatan syahid) dan bukan kami?’.”
Dalam perang ini… ketika kami ditinggalkan sendirian menghadapi pengkhianatan besar—kecuali segelintir yang memikul kehormatan umat ini—aku benar-benar menyadari: kalau bukan karena ruh pengorbanan dan keteguhan ini, niscaya kita sudah tenggelam dalam kekalahan. Namun Allah bersama kita, Maha Agung, Maha Besar.
Dan inilah sebuah teladan dari seorang “Khansa Palestina” yang mempersembahkan putra pertama, kedua, ketiga, bahkan cucu-cucunya dengan hati yang ridha. Dialah bibi kita: Umm Usamah al-Hayyah.
Semoga Allah menjaganya, meneguhkan hatinya, dan menerima pengorbanannya. ☝️💚
—Dikutip dari: Mahmud Haniyah—
#Khansa_Palestina
#Perempuan_Palestina
https://www.facebook.com/share/1F7idZL42n/
COMMENTS