Afghanistan Melawan Hegemoni Dolar, Langkah Strategis Menuju Kemitraan Finansial Timur ✍ Oleh: Muslimyar Dalam sebuah langkah yang menandai ...
✍ Oleh: Muslimyar
Dalam sebuah langkah yang menandai perubahan penting dalam arah kebijakan ekonomi regional, Pemerintah Imarah Islam Afghanistan mulai mengambil langkah nyata untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada dolar Amerika. Strategi baru ini ditujukan untuk memperkuat kemandirian finansial dan ekonomi negara, di tengah terus berlanjutnya tekanan Barat dan sanksi ekonomi Amerika Serikat.
Kebebasan Ekonomi dari Hegemoni Finansial Barat
Dalam pernyataan resmi, Pelaksana Tugas Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Haji Nooruddin Azizi, menegaskan bahwa pemerintah Afghanistan telah memulai pembicaraan teknis tingkat lanjut dengan Moskow dan Beijing. Tujuannya adalah untuk menggunakan mata uang lokal — rubel Rusia dan yuan Tiongkok — menggantikan dolar dalam perdagangan bilateral.
Langkah ini bukan sekadar manuver teknis, melainkan bagian dari visi strategis untuk mematahkan dominasi finansial Barat yang selama ini dijadikan senjata politik dan instrumen sanksi.
Azizi menjelaskan, volume perdagangan antara Rusia dan Afghanistan memang masih terbatas, sekitar 300 juta dolar per tahun, namun inisiatif ini bisa membuka jalan untuk memperluas kerja sama, khususnya karena kedua negara sama-sama menghadapi tekanan sanksi Barat. Dengan Tiongkok, perdagangan bahkan sudah melampaui 1 miliar dolar, sehingga penggunaan yuan dalam transaksi dianggap realistis dan memungkinkan.
Dolar sebagai Senjata… dan Afghanistan Melawan
Langkah ini merupakan respons atas kebijakan Amerika yang menggunakan dolar sebagai senjata ekonomi — mulai dari pembekuan lebih dari 9 miliar dolar aset bank sentral Afghanistan hingga pembatasan transfer dan transaksi internasional.
Kondisi ini sempat mengguncang stabilitas ekonomi pasca-penarikan pasukan AS, namun pemerintah Afghanistan menerapkan kebijakan moneter ketat yang berhasil menekan inflasi dan menstabilkan mata uang lokal. Bahkan, nilai tukar afghani sempat menguat, dari 75 afghani per dolar menjadi 68 afghani per dolar dalam beberapa pekan terakhir.
Kemitraan Strategis di Luar Orbit Barat
Transformasi ini bukan hanya soal pembenahan ekonomi, melainkan juga pergeseran geopolitik. Afghanistan kini berupaya mempererat hubungan dengan kekuatan Asia yang sedang naik, seperti Rusia dan Tiongkok, sembari mengurangi ketergantungan pada Barat.
Di saat perbankan Rusia lumpuh oleh sanksi Amerika dan Eropa, Kabul berusaha menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang tidak terkena embargo, sehingga perdagangan tetap bisa berlangsung tanpa hambatan.
Langkah ini adalah bagian dari visi lebih luas Imarah Islam Afghanistan untuk membangun ekonomi nasional yang mandiri dan kokoh, dengan membuka diri ke Timur dan memperkuat integrasi regional bersama negara-negara yang memiliki tantangan dan kepentingan strategis serupa.
Makna dari Perubahan Ini
Bagi sejumlah pengamat, langkah Afghanistan bisa menjadi awal runtuhnya dominasi dolar Amerika dalam perdagangan regional, terutama di negara-negara yang terjebak sanksi Barat. Selain itu, kebijakan ini memperkuat kemampuan Afghanistan melindungi ekonominya dari guncangan sistem keuangan global, serta membuka peluang baru bagi pembangunan dan integrasi.
Kesimpulannya, keputusan Kabul untuk beralih menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan dengan Rusia dan Tiongkok bukan sekadar upaya kemerdekaan finansial, melainkan tanda jelas dari reposisi strategis yang bertujuan mewujudkan kedaulatan ekonomi dan kemerdekaan politik sejati.
Afghanistan, yang berhasil bertahan secara militer menghadapi invasi asing, kini bertekad membangun kemandirian ekonomi yang tak kalah kokoh dari kemenangan politiknya.
Majalah Ash Shumud, Imarah Islam Afghanistan, edisi 234, Dzulhijjah 1446.
COMMENTS