Kecerdasan Tak Lazim: Sistem terowongan Gaza yang sangat rumit Bagaimana mungkin, meski memiliki kemampuan militer yang begitu besar, pihak ...
Kecerdasan Tak Lazim: Sistem terowongan Gaza yang sangat rumit
Bagaimana mungkin, meski memiliki kemampuan militer yang begitu besar, pihak pendudukan tetap gagal menemukan para tawanan mereka, padahal mereka menguasai sebagian besar Jalur Gaza?
Jawabannya terletak pada kota-kota bawah tanah yang dibangun dengan peralatan sederhana, namun dengan perencanaan jenius yang mampu meruntuhkan kesombongan tentara terkuat di dunia.
Bagaimana kota-kota bawah tanah ini dibangun?
Awalnya menggunakan peralatan tangan yang sangat sederhana, lalu berkembang menjadi jaringan rekayasa yang kompleks.
Dinding-dindingnya diperkuat dengan semen dan besi lokal, sistem ventilasi yang tradisional tapi efektif, ruang komando, gudang senjata, bahkan koridor yang cukup lebar untuk memungkinkan satuan penuh bergerak.
Perencanaannya tidak acak—para ahli musuh menyebutnya sebagai “kekacauan yang terorganisir.”
Kadang terowongan dibuat semi-permukaan dengan titik-titik tempur di lapisan atas; kadang dua atau tiga lantai ke bawah; bahkan terkadang dibuat lapisan palsu untuk menyesatkan sensor.
Ada yang terbuka ke dalam rumah, ada yang ke jalan; sebagian sejajar dengan jalan, sebagian melintasinya, dan sebagian dibuat melingkar. Pintu masuk dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan, dan setiap terowongan yang pernah dipakai untuk memindahkan tawanan akan langsung ditutup permanen setelahnya.
Setiap batalion atau brigade memiliki peta dan kompas sendiri agar para pejuang tidak tersesat dalam labirin ini. Hingga kini, meski berbagai upaya dilakukan pihak pendudukan, tak satu pun peta jaringan ini pernah bocor. Tingkat kebocoran = nol.
Kegagalan teknologi canggih:Pihak pendudukan dan sekutunya telah mengerahkan segala sesuatu— Satelit, radar darat, sensor seismik, drone dengan pencitraan termal dan radar penembus tanah (GPR), bahkan algoritma kecerdasan buatan yang mencoba memodelkan jaringan terowongan.
Namun bencana yang kini dibicarakan para analis mereka adalah ini: tidak ada pola yang tetap.
Kadang terowongan dibuat sejajar, kadang berpotongan, dan kadang sama sekali tanpa logika teknik apa pun.
Hasilnya? Gambar yang kabur, data yang saling bertentangan, dan ketidakmampuan total untuk menyusun peta yang bisa diandalkan.
Ditambah lagi: terowongan-terowongan itu sangat dalam, mencapai puluhan meter di bawah tanah.
COMMENTS