Wahai Rakyat Irak: Beginilah Palestina Jatuh!! - Syaikh Hussain Bin Mahmud

Wahai Rakyat Irak: Beginilah Palestina Jatuh!! Oleh: Syaikh Husein bin Mahmud (Pejuang Afghanistan) 23 Ramadhan 1423 H Kata-kata ini saya tu...

Wahai Rakyat Irak: Beginilah Palestina Jatuh!!

Oleh: Syaikh Husein bin Mahmud (Pejuang Afghanistan)

23 Ramadhan 1423 H

Kata-kata ini saya tujukan kepada rakyat Irak yang muslim, dan kepada bangsa-bangsa muslim lainnya di belakang mereka—yang sedang dimainkan oleh tangan-tangan tersembunyi dan digiring menuju medan pembantaian dalam keadaan mata tertutup, setelah menaruh kepercayaan kepada pemimpin yang menjanjikan mereka padang rumput yang subur!

Penduduk Arab yang jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa, tiba-tiba didatangi oleh gerombolan Yahudi pengecut yang kini mencengkeram jantung umat ini—sementara mereka hanya menyaksikan!! Pasukan-pasukan Arab yang besar mengelilingi Palestina, lengkap dengan persenjataan berat, namun dikalahkan oleh gerombolan hina itu, dan hanya dalam beberapa hari mengalami kekalahan paling memalukan dalam sejarah!!

Kata-kata ini adalah potongan dari kisah tanah yang diberkahi, kisah sebuah sandiwara konyol, yang para pelakunya adalah para pemimpin negara-negara Arab—mereka yang dulu dielu-elukan oleh rakyatnya—sementara mereka menyerahkan tempat Isra’ Rasulullah ﷺ kepada para keturunan kera dan babi…

Inilah kisah tragedi sejarah yang menimpa umat Islam!

Kata-kata ini adalah kesaksian seorang lelaki yang menyaksikan langsung masa kelam itu, lalu menuliskan jeritan hati kaum Muslimin dengan air mata bercampur darah, agar menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

Kata-kata ini ditulis oleh tangan Syaikh Mujahid Abdullah Azzam رحمه الله.

Saya sampaikan kepada kalian, agar kalian mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu, dan tidak terseret oleh slogan-slogan atau teriakan-teriakan semu, supaya kalian tidak menjadi penonton baru dalam sandiwara konyol ini, yang aktor utamanya adalah para pemerintah Arab, produsernya adalah negara-negara Barat, dan sutradaranya adalah otak-otak Yahudi.

Syaikh Mujahid Abdullah Azzam رحمه الله berkata:

(Dan semua yang berada di dalam kurung siku [..] adalah dari saya, dan hanya sedikit. Sisanya adalah murni perkataan Syaikh Abdullah Azzam رحمه الله.)

[Peran Pemerintah Yordania dalam Kejatuhan Palestina]

Adapun rakyat Palestina, mereka telah berjuang dengan gagah berani dan memberikan pengorbanan besar dalam membela tanah mereka. Mereka telah mempersembahkan 12.000 syuhada. Saya akan menyebutkan satu contoh: Kota Ludd dan Ramla—selama enam bulan, penduduknya berjaga-jaga menghadapi gerombolan Yahudi; para lelaki berjaga di malam hari, dan para wanita berjaga di siang hari.

Hingga akhirnya datanglah tentara Yordania dan mengambil alih wilayah yang garis depannya sepanjang 48 km, lalu mereka menempatkan hanya 150 prajurit dan satu perwira untuk menjaga seluruh garis depan tersebut.

Namun, komandan wilayah tersebut adalah seorang berkebangsaan Inggris bernama Mr. Lash—salah satu komandan pasukan Yordania yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Glubb Pasha, juga berkebangsaan Inggris. Lalu dikeluarkan putusan hukuman mati bagi siapa pun dari warga sipil yang tertangkap membawa senjata.

Maka, pada hari terakhir dari gencatan senjata pertama, pasukan Yahudi menyerbu Ludd dan Ramla, dan pertempuran hanya berlangsung dua jam, hingga kedua kota itu jatuh.

Yordania mengirim beberapa tank secara terang-terangan, namun para prajurit mereka mundur dari Masjid Al-Aqsha, dan tempat lainnya. Mereka memasuki pertempuran pada hari Senin pukul 11, dan pada Selasa sore mereka mengumumkan:

“Kami terpaksa mundur ke garis pertahanan kedua.”

Saya (Syaikh Abdullah Azzam) saat itu mengira “garis pertahanan kedua” itu berarti mundur dari Kota Tua ke Sha’afat, atau ke Beit Hanina, atau Syaikh Jarrah. Ternyata, yang mereka maksud dengan garis pertahanan kedua adalah pegunungan Salt!

Masjid Al-Aqsha jatuh pada tahun 1967, dan pasukan Yahudi masuk ke dalamnya, dan saya saat itu berada di Tepi Barat. Saya mendengar mereka masuk sambil berteriak-teriak: “Muhammad sudah mati! Tinggal anak-anak perempuan!”

Lalu Moshe Dayan mendeklarasikan di dalam Masjid Al-Aqsha: “Dari Urshalim (Yerusalem) menuju Yatsrib (Madinah)!!” Dari Yerusalem ke Madinah!!

Betapa hina dan malunya umat Islam: Masjid Al-Aqsha bisa direbut tanpa ada 200.000 atau 300.000 Muslim yang gugur di dalamnya?! Bahkan tidak ada 10 orang yang gugur di dalamnya!

Amman, Irbid, dan kota-kota lain hancur, lalu kembali diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT): “Selamatkan rakyat Palestina!”

Maka datanglah: Al-Bahi Al-Adgham (Tunisia), Ja’far An-Numairi (Sudan), Saad Ash-Shabah (Kuwait—saat itu Menteri Luar Negeri, kini Perdana Menteri). Mereka datang ke Yordania saat terjadi pengeboman, mereka mencoba menghubungi raja, perdana menteri, gubernur militer (salah satu dari keluarga Al-Majali), tapi tidak ada gunanya. Mobil-mobil mereka diserang dengan senapan mesin, mereka hampir tewas terbunuh. Di tengah jalan, mereka melihat tentara Yordania mengeluarkan para pejuang yang terluka dari rumah sakit, lalu menggilas mereka dengan tank-tank! Numairi kembali ke negaranya, lalu mengadakan konferensi pers, dan menyerang Yordania, rajanya, dan seluruh sistemnya…

Kemudian, (di Yordania) memiliki sebutir peluru pun dianggap kejahatan, dan pemiliknya akan diseret ke pengadilan militer. Setelah itu, khutbah Jumat mulai dilarang, kemudian kajian-kajian agama juga dilarang. Selanjutnya, mereka memeriksa para guru muslim di Kementerian Pendidikan dan memecat mereka dari militer. Kemudian, tentara Yordania dibersihkan dari orang-orang Islam, dan setelah itu tidak ada lagi seorang muslim pun yang diberi jabatan di tempat mana pun.

Lalu, apa yang bisa engkau lakukan?!

Engkau tidak punya peluru, tidak punya senjata, seperti kambing—itulah keadaan dunia Arab secara umum, kecuali yang dirahmati Allah.

Kami benar-benar menyesal.

Dari tahun 1970 hingga 1979, kami kembali ke buku-buku. Kami membahas jihad hanya di atas kertas, kami menulis tentang jihad di atas meja-meja makan, sambil menyantap mansaf, qataif, dan kunafah (makanan khas Palestina).

Namun, bagi siapa yang pernah merasakan manisnya jihad, maka api kerinduan itu tidak akan padam, dan akan terus membakar jiwanya dengan rindu yang membara kepada jihad.

[Begitulah Pemerintah Mesir “membela” tanah yang diberkahi]

Tentara Mesir mulai bergerak. Mereka mengumumkan: “Kami akan memerangi Israel dan siapa pun yang mendukungnya (termasuk Amerika)” — demikian dikatakan dalam konferensi pers. Lalu muncullah slogan-slogan seperti: “Laparlah, wahai ikan-ikan!” “Akan kami lempar mereka ke laut!” “Ummu Kultsum akan bernyanyi untukmu di Tel Aviv!!”.

Tentara pun bergerak, lalu berdiam di Sinai selama sebulan penuh, dan media mengguyur mereka dengan lagu-lagu: “Ummu Kultsum bersamamu di medan tempur”, “Abdul Halim bersamamu dalam pertempuran”… dan seterusnya. Sayangnya, tak pernah sekali pun terdengar, “Allah bersamamu dalam pertempuran.”

Laporan disampaikan kepada Presiden Abdul Nasser bahwa serangan pada hari Senin tidak berdampak apa-apa dan tidak mengubah apapun. Tentara yang ada di padang pasir bahkan tidak membuat parit pertahanan. Seharusnya setiap tentara menggali parit, tapi tak satu pun dibuat.

Seseorang pernah bertanya pada Presiden, “Apakah Anda akan benar-benar memerangi Israel?” 

Ia menjawab, “Kamu kira kami benar-benar akan berperang? Ini semua hanya demonstrasi politik!”

Radio-radio menyuarakan slogan: “Bertempurlah demi musim semi, demi kehidupan, demi para pecinta hidup,” bukannya menyampaikan firman Allah: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan surga sebagai balasannya. Mereka berperang di jalan Allah, mereka membunuh dan terbunuh…”

Media malah menyuarakan: Ummu Kultsum bersamamu dalam pertempuran, Abdul Halim dan Syadiah juga bersamamu (nama-nama penyanyi Mesir) — bukannya mengatakan: Allah bersamamu di medan tempur, atau mengajarkan doa para sahabat: “Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan kami melampaui batas dalam urusan kami, dan teguhkan kaki-kaki kami, dan tolonglah kami atas kaum kafir.”

Dalam konferensi tingkat tinggi negara-negara Arab, terungkap bahwa Abdul Nasser terlibat langsung dalam konspirasi. Ia terkena stroke di tengah sesi konferensi dan meninggal dunia pada hari yang sama. Padahal ia sendiri adalah ketua konferensi, ia berbicara keras: “Bagaimana bisa mereka berbuat begini?!” Namun setelah fakta terbongkar bahwa ia-lah otak di balik serangan terhadap para pejuang, ia pun langsung tersungkur, dan mati dalam keadaan hina — di dunia dan akhirat.

Setelah kematiannya, seluruh kepala negara kembali ke Mesir untuk menghadiri pemakamannya — kecuali Raja Faisal. Ia menolak hadir karena mengetahui keterlibatan Nasser dalam konspirasi itu. Ia tidak pernah datang kembali, bahkan tak mengunjungi kuburannya.

Tentara Mesir — tentara terbesar di dunia Islam — dua kali digerakkan ke Sinai, tapi kemudian ditarik kembali dan senjata-senjata mereka ditinggalkan di Sinai untuk diambil oleh Yahudi. Selama sepuluh tahun, mereka mempersenjatai Yahudi dua kali — dari darah rakyat Mesir yang mati kelaparan.

Pada tahun 1967, tentara digerakkan kembali, dan Nasser dalam konferensi pers sambil merokok menjawab, “Kami akan memerangi Yahudi dan siapa pun yang mendukung mereka, bahkan jika Amerika berada di belakang mereka.”

Ketika ditanya: “Apakah kalian sudah menyiapkan parit-parit di Sinai?”

Ia menjawab, “Kamu kira kami mau perang beneran? Ini semua cuma demonstrasi politik!”

Lalu datanglah Shalah Nasser, Direktur Intelijen Mesir saat itu — tugas utamanya adalah memburu kaum Muslimin di Mesir dan di dunia Islam.

Ketika kekalahan terjadi, mereka menuduh Shalah sebagai biang kekalahan. Ia membela diri: “Bukan saya penyebabnya, melainkan Presiden! Kami telah mengirim laporan bahwa serangan akan dilakukan hari Senin, dan pukulan pertama akan diarahkan ke angkatan udara. Tapi dia hanya masuk kantor dan keluar sambil sibuk mengotak-atik lirik lagu Abdul Halim Hafiz: ‘Demi musim semi, demi kehidupan, demi pecinta kehidupan… tembaklah!’”

Pada malam sebelum serangan, tanggal 5 Juni, Nasser menerima telepon dari Duta Besar Amerika jam 7 malam. Dalam pidato pengunduran dirinya, ia berkata: “Duta besar Amerika menelepon saya dan berkata: Jangan menyerang!” Kemudian pukul 3 pagi, Duta Besar Rusia juga meneleponnya dan berkata hal yang sama. Seolah mereka membangunkan dia untuk shalat subuh atau tahajud!!

Namun malam itu, 400 perwira AU Mesir sedang berpesta, mabuk-mabukan dari sore hingga jam 4.30 pagi. Pesta itu dipimpin oleh penasihat staf angkatan udara Mesir — seorang Yahudi bernama Baruch Nadel (1954–1967). Panglima AU saat itu, Shidqi Mahmud, juga ikut hadir.

Nadel berkata: “Saya khawatir para pilot kembali ke barak dan bangun saat serangan dimulai jam 5 pagi. Lalu saya punya ide: Saya pisahkan antara perwira pria dan wanita, dan saya katakan: Kalian para wanita adalah pesawat Mirage Israel, dan kalian para pria adalah pesawat MiG Mesir. Mari kita lihat bagaimana MiG Mesir menerkam Mirage Israel…” Dan mereka pun berpesta pora, mabuk dan berzina sampai jam 4.30 pagi. Mereka baru sadar diri setelah dzuhur, ketika semua pangkalan udara Mesir telah hancur total — dari selatan hingga utara Mesir.

[Lihat buku: “Pesawat-pesawat Jatuh di Fajar Hari” karya Baruch Nadel.]

Saya (Abdullah Azzam) berada di Tepi Barat saat itu. Yahudi telah merebut kota kami dan Masjid Al-Aqsa. Yahudi sempat menangkap pesan telegram dari Abdul Nasser kepada Raja Hussein jam 11 siang hari Senin: “Apakah kita masuk perang sekarang? Bagaimana kondisi pertempuran di tempatmu?”

Dijawab: “Kami telah menembak jatuh dua pertiga pesawat musuh, dan pesawat kami sedang terbang di atas Tel Aviv. Semangat, wahai Paduka Raja!”

Tandatangannya: “Salma” — itu nama sandi Nasser. Bukan “Aslam”, tapi “Salma”! Bahkan tidak ditemukan nama lelaki untuknya...

Nasser lalu berdiri mengumumkan pengunduran dirinya sambil menangis, lalu rakyat dikerahkan untuk berdemonstrasi menuntut agar dia tetap menjabat — cukup bayar 1/4 junaih (pound Mesir) per orang! Mereka dikumpulkan dalam bus-bus sosialisme itu dan Nasser pun menangis, “Saya ditelepon oleh dubes Amerika dan Rusia, saya tanggung akibatnya…”

Rakyat pun keluar pada tanggal 9–10 Juni memintanya kembali menjabat. Kekalahan pun dijadikan kemenangan: “Kemenangan rakyat 9–10 Juni yang membawa kembali Nasser ke kursi kekuasaan.”

Wartawan Mesir, Muhammad Hassanain Haikal, menyebut bahwa ini adalah “keberanian dan harga diri” Nasser. Padahal ekonomi Mesir tahun 1967 ambruk total, pound Mesir tak laku di mana-mana. Namun dalam Konferensi Tinggi itu, Nasser tidak mau “meminta bantuan” dengan mulutnya. Tapi Perdana Menteri Yordania, Saad Jum’ah, membantahnya dalam majalah “Al-Hawadits” di Beirut: “Ya, benar dia tidak meminta dengan mulutnya, tapi saya hadir sendiri di konferensi itu. Dia sujud di kaki Raja Faisal ingin menciumnya, dan berkata: ‘Rakyat saya kelaparan, kami butuh tepung!!’”

Saya (Abdullah Azzam) telah mendengar cerita ini setahun sebelum Saad Jum’ah mengumumkannya — dari seorang jurnalis Muslim. Awalnya saya tak percaya. Saya katakan: “Mana mungkin Nasser melakukan hal itu?”

Ia menjawab: “Wahai Abdullah, anakmu yang kecil saja malu untuk melakukan sebagian dari apa yang mereka lakukan!”

Sebanyak 800 tank Mesir hanya dijalankan dari gudang ke Sinai sejauh kurang dari 300 km. Namun hampir semuanya dihancurkan oleh Yahudi. Sebanyak 440 dihancurkan, 360 yang masih bagus dijual ke Rumania setelah dipamerkan kepada para tokoh Palestina dari Tepi Barat di pesisir Yafa. Sementara radio menyuarakan: “Ummu Kultsum akan menyanyi untukmu di Tel Aviv.”

Yahudi menangkap banyak tentara Mesir. Seandainya mereka mau, mereka bisa menawan seluruh pasukan Mesir. Tapi mereka membiarkan sebagian melarikan diri hingga ke pinggir Terusan Suez.

Di Tel Aviv, para tahanan Mesir ditanya: “Kalian sekarang di mana?” Mereka jawab: “Kami tidak tahu.” Lalu dijawab: “Kalian sekarang di Tel Aviv, dan Ummu Kultsum akan menyanyi untuk kalian di sini!” Dan radio pun dinyalakan: Ummu Kultsum menyanyi di Tel Aviv.

Gerakan Islam di Mesir dihantam habis. Sayyid Quthb telah dihukum mati sembilan bulan sebelum kekalahan. 17.000 orang dijebloskan ke penjara dengan hukuman kerja paksa seumur hidup. Keputusan dikeluarkan: Tidak boleh ada satu pun dari gerakan Islam yang dibebaskan, meski masa tahanannya sudah habis. Mereka langsung dipindahkan ke tahanan administratif.

Para Mujahidin dijadikan tahanan. Raja Farouk memerintahkan agar pasukan-pasukan pemuda jihad di Palestina dipecah belah. Yang paling berbahaya adalah Batalion Ahmad Abdul Aziz yang mengepung pemukiman Yahudi di Yerusalem. Negara-negara Arab khawatir Ahmad Abdul Aziz akan membebaskan kota itu, maka Raja Farouk mengirim Shalah Salim untuk membunuhnya. Mereka sangat geram karena tahu Ahmad pernah bertemu Hasan Al-Banna, dan kembali dari pertemuan itu dengan rasa putus asa terhadap semua negara Arab dan militernya. Pasukannya pun diceraiberaikan. Yang tersisa hanyalah satu kelompok kecil di wilayah Mar Elias, berjumlah 300 personel di bawah 12 perwira, dipimpin oleh Husein Hijazi. Lalu tentara Yordania mengirim tujuh orang yang dipimpin satu sersan untuk mengambil alih wilayah itu, lalu menyerahkannya kepada Dayan. Husein Hijazi menolak, ia akhirnya ditangkap dan dipenjara di Hebron dengan tuduhan mata-mata Mesir.

Adapun batalion Ikhwanul Muslimin yang berada di selatan — Gaza, Beersheba, dan Negev — Raja Farouk memerintahkan penangkapan mereka. Karena tidak ingin bentrok dengan tentara Mesir, mereka pun menyerah dan dibawa dalam keadaan diborgol ke penjara Thour di Kairo. Pengadilan para Mujahidin Palestina digelar lima tahun kemudian di Kairo.

Pada tahun 1954, Abdul Nasser membentuk Mahkamah Revolusi yang diketuai Jamal Salim dan beranggotakan Anwar Sadat dan Al-Shafi’i.

Pertanyaannya hanya satu: “Apakah kamu ikut serta dalam Perang Palestina?”

Jika jawabannya “Ya”, maka hukumannya telah disiapkan: hukuman mati atau kerja paksa seumur hidup.

Akhirnya dieksekusi mati: Muhammad Farghali (wakil Ikhwan di Palestina), Abdul Qadir Audah (wakil ketua gerakan), Yusuf Thal’at, Hindawi Duwayr, Mahmud Abdul Lathif, dan Ibrahim Al-Tayyib. Keputusan hukuman mati mereka: karena berjihad di Palestina dan ikut bertempur!

[Begitulah Pemerintah Suriah Membela Tempat Isra’ Rasulullah ﷺ]

Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah berkata: Aku melihat bagaimana rezim Nushairiy (Alawi) itu bekerja. Aku membaca dalam buku “Al-Mu’amarah wa Ma’rakat al-Mashīr” karya Sa’ad Jum’ah, Perdana Menteri Yordania saat terjadinya Peristiwa Nakbah, bahwa Yordania pernah meminta perlindungan udara dari komando wilayah (al-qiyādah al-quthriyah) Suriah. Mereka (Suriah) meminta waktu sejam. Setelah sejam, Yordania kembali menghubungi — mereka minta waktu lagi. Dan hingga hari ini, Yordania masih menunggu perlindungan udara itu.

Kata Sa’ad Jum’ah: Kemudian kami mendapat kabar pasti bahwa Israel telah mengirim pesan kepada duta besar salah satu negara besar (Amerika) di Damaskus: “Israel bersimpati pada eksperimen sosialisme Alawi. Jika Suriah diam, maka Israel tidak akan menyentuhnya.”

Duta besar itu mengirim pesan itu ke pemimpin Suriah, dan mereka menjawab: “Kami setuju untuk tidak menyerang Yahudi!”

Akibatnya, tiga brigade yang tadinya disiapkan untuk menyerang Suriah, malah ditarik ke Tepi Barat dan menguasainya.

Cucu Winston Churchill berkata: “Sungguh aneh, saat tank-tank Israel sedang menanjak menuju Dataran Tinggi Golan, artileri Suriah justru sibuk menghantam gubuk-gubuk kosong dan jerami kering — membakarnya — sementara membiarkan tank-tank Israel mendaki tanpa gangguan.”

Saat tank-tank mereka mundur, salah satu rantai tank rusak (karena tidak mendapat satu tembakan pun!), sopirnya memutar meriam dan menembaki tank-tank Israel. Ia menghancurkan enam tank dan menghambat laju Israel selama delapan jam! Lalu bagaimana jika seluruh tank Israel ditembaki? Bagaimana jika seperempatnya saja diserang? Bahkan sepersepuluhnya pun cukup untuk menghentikan mereka!

Surat kabar militer Suriah sebulan sebelum perang menulis, dalam artikel yang ditulis Ibrahim Ikhlāsh: “Allah, kapitalisme, imperialisme, dan semua nilai yang pernah berkuasa di masyarakat dulu — kini hanyalah boneka yang diawetkan di museum sejarah.” (Maha Tinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang agung).

Golan itu mustahil bisa jatuh kecuali diserahkan secara langsung, tangan ke tangan. Gunung-gunungnya tinggi, penuh parit-parit pertahanan. Seandainya pesawat-pesawat terus membombardir selama enam bulan pun, tak akan mampu menghancurkan satu parit pun!

Dalam seluruh pertempuran di perbatasan — Suriah, Mesir, dan Yordania — jumlah korban Yahudi tak sampai 500 orang. Sementara dalam pertempuran Jaji yang kami hadiri saat Ramadan, jumlah tentara Rusia yang terbunuh berkali lipat dari korban Yahudi. Kenapa? Karena di sini terjadi perlawanan! Di sana tidak!

Gubernur Quneitra saat itu adalah Abdul Halim Khaddam (yang kemudian menjadi Menlu Suriah). Ia memerintahkan pasukannya untuk mundur dan keluar dari kota itu. Ia pun “diganjar” jabatan Menteri Luar Negeri sebagai hadiah karena turut dalam konspirasi!

Duta besar Suriah di PBB berkata: “Yahudi telah menguasai Quneitra.” Namun Duta besar Israel membantah: “Kami belum menduduki Quneitra!” Adakah kehinaan yang lebih besar dari ini?!

Bayangkan! Dubes Suriah mengatakan: “Mereka sudah sampai Quneitra,” tapi pihak Israel mengatakan: “Belum!” Alangkah hinanya!

Sami Al-Jundi (mantan Dubes Suriah di Prancis) berkata: “Kami belum pernah menyaksikan kehinaan seburuk ini di hadapan PBB sepanjang hidup kami. Utusan kami berkata: Yahudi telah sampai. Lalu utusan Yahudi berkata: Belum. Kami belum sampai!”

Mengapa? Karena Hafizh al-Asad — yang disebut oleh Menteri Agama Suriah sebagai orang yang “menunaikan shalat malam dan wali Allah” — telah menerima 93 juta lira sebagai bayaran untuk menyerahkan Golan!

Berapa juta riyal itu?! Dengan sekerat makanan dari neraka, kehormatan bangsa dijual!

[Konspirasi Salibis Barat dan Timur, serta kaum Munafik Arab bersama Yahudi melawan Islam dan para da’i Muslim]

Ditulis oleh Syaikh Mujahid Abdullah Azzam rahimahullah: Saat Yahudi kalah pada tahun 1948, mereka meminta negara-negara Barat untuk menekan negara-negara Arab agar menekan rakyat Palestina supaya menerima gencatan senjata. Rakyat Palestina pun tertipu dan menerima gencatan, hingga kapal-kapal senjata pun mengalir deras ke Israel, lalu mereka melanjutkan agresinya.

Tujuh negara Arab tidak keluar dari Palestina sampai mereka memastikan bahwa negara Yahudi benar-benar berdiri. Panglima tertinggi gabungan tujuh negara Arab di Palestina saat itu adalah Glubb Pasha, seorang Inggris. Namun tantangan terbesar di depannya adalah para pemuda Islam dari Mesir, Suriah, Irak, dan Yordania yang datang untuk berjihad. Mereka dikhianati oleh negara-negara Arab. Mereka dikepung tank-tank Arab dan diberi dua pilihan: bertempur (lalu mati), atau menyerah dan dipindahkan dari medan kehormatan ke penjara-penjara gelap.

Setiap kali Israel ingin maju dan memperluas wilayahnya, selalu ada negara-negara Arab yang ditugasi untuk memukul gerakan Islam di wilayah tersebut:

Tahun 1955, gerakan Islam di Mesir dihancurkan oleh Abdul Nasser — dan beberapa bulan kemudian Israel maju.

Tahun 1966, Sayyid Quthb dan para sahabatnya digantung atas tuduhan “pengkhianatan” — dan sembilan bulan kemudian Israel kembali menyerang.

Kini, setiap kali mereka ingin memperluas, menandatangani perdamaian, atau mengambil lompatan baru — laporan akan dikirim ke lingkaran politik sekitar Israel dari kalangan Arab:

“Di militer kalian ada orang-orang ekstremis, berjenggot, fanatik. Bersihkan tentara kalian dari mereka! Bersihkan kementerian luar negeri, media, pendidikan, dan kampus dari para orang yang fanatik itu!”

Ustadz Hasan Al-Banna pernah mengirim telegram kepada Liga Arab dalam pertemuan KTT di Aley (Lebanon). Ia berkata: “Aku ingin masuk Palestina dengan 10.000 pasukan bersenjata. Izinkan aku!”

Tiba-tiba dunia gempar.

Tiga dubes — dari Amerika, Prancis, dan Inggris — langsung bertemu di Fayid, dan memutuskan pembubaran Jamaah Ikhwanul Muslimin pada 6 Desember 1948. Lalu para anggota Ikhwan ditahan, kecuali Hasan Al-Banna yang berada di luar penjara. Dua bulan kemudian, ia dibunuh.

Dua hari setelah pembunuhan Hasan Al-Banna, ditandatangani Perjanjian Rhodes. Mesir mengakui berdirinya negara Yahudi. Sepuluh hari kemudian, Yordania pun mengakui. Sebulan kemudian, Suriah pun mengakui — karena Suriah (katanya) selalu “revolusioner”… (sarkasme).

Miles Copeland, dalam bukunya "The Game of Nations" mengatakan: “Abdul Nasser adalah taruhan terbaik kami. Ia memberi lebih dari 90% apa yang kami harapkan:

  • Ia menghancurkan gerakan Islam, 
  • Tidak memerintah dengan Al-Qur’an dan Sunnah, 
  • Mengosongkan Al-Azhar dari isinya,
  • Menjaga keselamatan Israel,
  • Dan tidak pernah menyentuh perbatasannya.”

Gerakan Islam dihancurkan tahun 1949 agar Israel bisa berdiri. Dihancurkan lagi tahun 1955 agar Israel bisa maju hingga Terusan Suez. Sayyid Quthb dan sahabatnya dieksekusi 1966 agar Israel bisa maju tahun 1967. Karena itu, setiap kali akan ada penjualan, pengkhianatan, atau kehancuran bagi umat ini, gerakan Islam pasti jadi korban lebih dulu.

Negara-negara Arab berkumpul di Khartoum untuk menentukan sikap terhadap Israel. Sa’ad Jum’ah menceritakan:

“Kami berkumpul tiga hari tanpa hasil. Ruang konferensi penuh wartawan, reporter TV, dan media dari seluruh dunia — mereka menanti apa yang akan kami katakan.

Lalu seseorang berkata: ‘Katakan saja: Tidak! Tidak! Tidak!’

Lahirlah tiga ‘Tidak’:

  • Tidak untuk perdamaian
  • Tidak untuk penyerahan
  • Tidak untuk negosiasi.”

Itu hanya untuk menenangkan wartawan, terjadi di menit-menit terakhir! Agar mereka segera membubarkan diri.

'Hadiah' untuk rakyat

Setelah kekalahan, justru yang ditindas adalah kami — para Islamis. Kekuasaan berubah jadi rezim militer di seluruh negeri. Orang-orang memukul kami, dan kami tak bisa melawan.

Kami bertanya: “Apa salah kami, wahai manusia? Kalian telah menghilangkan Palestina, lalu kalian balas dendam pada kami!”

Pemerintahan di Yordania, Suriah, dan Mesir berubah menjadi diktator militer. Perdana Menteri menjadi penguasa militer tertinggi. Siapa pun bisa diadili di pengadilan militer. Alih-alih memberi rakyat ruang bernapas, mereka dicekik sampai mati.

Lalu datanglah Partai Ba’ath dan berkata:

“Sebenarnya Suriah tidak kalah! Tujuan Israel bukan mengalahkan Suriah, tapi mengalahkan Partai Ba’ath dan kepemimpinan nasional!”

“Karena Ba’ath masih ada, maka kami belum kalah. Kami yang akan mengembalikan tanah itu!”

Maka tentara-tentara pengecut itu malah dipuja, dihormati, diberi pangkat! Yang dihukum adalah para mujahid. Yang diberi penghargaan adalah para pengecut dan pecundang!

Para pemuda bersemangat tinggi yang ikut perang gerilya (fida’iyyīn) untuk mencuci noda aib yang menempel di dahi kita hingga Hari Kiamat, semua dibantai. 

Siapa pun yang ikut jihad: dibunuh, dipenjara, atau disembelih.

Bahkan membawa sebutir peluru pun jadi kejahatan yang layak diseret, dicabut rambut dan kakinya!

Penyembelihan para Fida’i (Pejuang Gerilya Palestina)

Organisasi Fatah — walaupun banyak penyimpangan dan kebobrokan — pada saat itu menyebabkan ketakutan besar bagi Israel. Yahudi tidak pernah meninggalkan perbatasan, siang dan malam mereka berjaga untuk mencegah para pejuang fida’i menyusup masuk. Lalu mereka (Israel) berkata: "Kami siap berdamai dengan kalian; kami akan mundur dari Tepi Barat, asalkan kalian menyerang para fida’i."

Maka para fida’i pun diserang di Yordania dengan tank, pesawat tempur, dan artileri berat. Saking hebatnya serangan, sebagian fida’i melarikan diri ke wilayah Israel dan berkata: “Kami di pihak kalian!”

Ada juga yang lari ke Suriah — mereka dikejar dan diusir dari Suriah.

Lalu mereka lari ke Lebanon. Di sana, mereka dikumpulkan, tapi dikatakan: "Mereka ini mengganggu kami dan sering menyusup dari perbatasan Lebanon." Maka mereka pun dikeluarkan dari Lebanon, dan pecahlah perang antara kaum Maronit (Nasrani) dan para fida’i, antara kaum Muslimin dan kaum Nasrani. Dalam satu hari, kaum Muslimin berhasil menguasai separuh wilayah Lebanon. Seandainya mereka diberi waktu dua atau tiga hari lagi, mereka pasti telah menyempurnakan penaklukan Lebanon untuk Islam.

Tapi saat itulah Hafizh al-Asad menerima perintah dari Amerika: “Masuklah dan selamatkan sekutu-sekutu kami!”

Ia pun bertanya: “Apakah kalian mengizinkan saya masuk?”

Dijawab: “Silakan.”

Lalu ia masuk dan menyerang para fida’i, menyembelih rakyat Palestina di Tel al-Zaatar, dan mengangkat kaum Nasrani ke atas!

Namun sandiwara ini belum selesai!

Mereka berkata: "Masih ada pejuang Palestina dan para fida’i di tangan kalian. Habisi mereka!"

Tapi mereka menjawab: "Kami sudah tidak mampu melakukan lebih dari ini."

Maka dikatakan: "Kalau begitu, jika kalian tidak sanggup, biarkan kami yang masuk ke Lebanon!"

Akhirnya, negara-negara Arab pun ikut campur dengan dalih ‘menyelamatkan para mujahidin Palestina’.

Bagaimana cara mereka ‘menyelamatkan’?

“Kami akan jadi mediator agar Yahudi mengizinkan kalian keluar tanpa senjata.”

Lalu mereka dikeluarkan tanpa senjata — ke mana?

Sebagian ke Tunisia. Sebagian ke Aljazair. Sebagian ke Yaman Utara.

Mereka pergi, meninggalkan anak-anak dan perempuan, yang kemudian diserbu oleh kaum Nasrani dan dibantai seperti kambing di Sabra dan Shatila dan tempat lainnya.

Lalu mereka berkata: “Kami sudah selesai dengan orang-orang Palestina. Kembalikan kepada kami Tepi Barat.”

Namun dijawab: “Tidak.”

Faktanya, para fida’i adalah kartu pemenang di tangan negara-negara Arab, tapi Yahudi terus menghasut mereka: 'Bakar mereka! Habisi mereka!' Dan mereka pun membakar habis kartu itu…

"(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu..." (QS. Al-Hasyr: 16)

Setelah mereka menyembelih para pejuang fida’i di segala tempat, walaupun memang para fida’i itu punya kekurangan, kerusakan, dan kesalahan, mereka adalah orang-orang yang dizhalimi, yang membela kehormatan mereka, darah mereka, tanah mereka, dan wanita-wanita mereka. Tapi negara-negara Arab berkata kepada mereka: “Siapa pun yang menembakkan satu peluru ke arah Israel, akan kami tembak dengan sepuluh peluru di punggungnya!”

Kekalahan dan Kehinaan

Sungguh, suatu umat yang dikalahkan dan dihina oleh penguasanya sendiri, tidak akan mampu menghadapi musuh-musuhnya di medan perang. Siapa pun yang tumbuh dalam kehinaan, ketakutan, dan tak sanggup berkata sepatah pun — bahkan dari atas mimbar Rasulullah ﷺ di dalam masjid —maka ia tak akan pernah memiliki kemuliaan atau keberanian untuk menghadapi musuh-musuh Allah di medan laga dan kancah para pemberani.

Generasi telah dibesarkan dalam kehinaan, dan inilah filosofi mereka:

“Ciumlah anjing dari mulutnya agar kamu dapat kebutuhanmu!”

Apa?!

Bagaimana bisa menerima kehinaan dari yang najis?

Maksudnya: hinakan dirimu sekuat mungkin agar bisa mendapat dua dirham. Sebanyak isi kantongmu, sebegitulah nilai dirimu.

Itulah filsafat pengecut dan kehinaan yang telah ditanamkan kepada generasi ini. Padahal pada masa Islam dahulu, tidak seperti itu. Yahudi, ketika melihat fida’i masuk ke wilayah mereka, mereka gemetar siang dan malam.

[Selesai ucapan sang Syaikh rahimahullah... Ini adalah potongan dari tulisan Syaikh Mujahid Abdullah Azzam rahimahullah, dari buku-bukunya berikut ini: “Hamas dan Akar Sejarahnya”, “Kenangan Palestina”, “Konspirasi Global terhadap Islam”, dan “Di Bawah Naungan Surat At-Taubah.”]

Sungguh, fakta-fakta sejarah inilah yang muncul ke permukaan (dan yang tersembunyi jauh lebih besar dan berat!) Telah ditulis oleh tangan para sejarawan untuk memperlihatkan kepada dunia betapa kejinya konspirasi yang telah menyerahkan Palestina ke tangan Yahudi najis — mereka menginjak kehormatannya dan menodai bumi suci Allah dengan tangan-tangan mereka yang kotor.

Aku sampaikan kata-kata ini agar umat Islam tidak menggantungkan harapannya kepada selain Allah. Aku sampaikan ini untuk berkata kepada umat Islam:

“Satu-satunya harapan — setelah Allah سبحانه وتعالى — adalah kalian! Kalianlah harapan untuk membebaskan negeri kalian dari najis Yahudi dan Nasrani! Mereka yang menyerahkan Al-Aqsha kepada Yahudi, tidak akan ragu untuk menyerahkan negeri Islam lainnya kepada kaum Salibis!”

Pilihlah untuk dirimu: Menang dan syahid. Atau menjadi korban konspirasi baru —dibantai, dinodai kehormatanmu, diusir dari negerimu, dan kau dan anak-anakmu dibuang ke berbagai negeri. Saat itu, air matamu tak akan berguna apa-apa!

Wahai rakyat Irak: Kami tidak percaya dengan semua teriakan, slogan, dan tangisan yang kita lihat di televisi untuk membela para Ba’athis (pengikut Partai Ba’ath). Kami tahu ini hanya sandiwara. Kami tahu bahwa kalian membenci dan memusuhi Partai Ba’ath yang murtad. Kalianlah yang paling tahu apa yang dilakukan sang thaghut itu terhadap kalian!

Wahai kaum Sunni Irak: Kalianlah target sebenarnya. Bukan yang lain!

Wahai kaum Muslimin Kurdi di Irak: Kumpulkan senjata! Gali parit-parit kalian! Bersiaplah untuk bertemu musuh!

Kami tidak percaya bahwa rahim-rahim wanita kalian telah mandul dari melahirkan sosok seperti Shalahuddin Al-Ayyubi!

Kepada Kaum Muslimin di Setiap Tempat

Sesungguhnya ini adalah sandiwara yang sama! Kehendak Yahudi, kekuatan Nasrani, dan eksekusi dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan — dan siapa korbannya…?!

Kalianlah korbannya! Kalianlah korbannya jika kalian tidak membaca sejarah!

Perintah-perintah Yahudi disampaikan melalui tangan-tangan kaum Nasrani— untuk menyempitkan ruang gerak para dai, ulama, para mujahidin, lembaga-lembaga Islam, dan segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan Islam.

Dan pemerintah-pemerintah segera berlomba-lomba mengeksekusinya:

Seorang mujahid ditangkap, yang lain dibunuh, seorang dai dibungkam, yang lain dijebloskan ke penjara, kurikulum-kurikulum Islam diperangi, simbol-simbol keislaman dihapuskan, kefasikan dan kemaksiatan disebarluaskan, manusia dijauhkan dari agama dan dibuat sibuk dengan segala sesuatu selain agama...

Kaum Muslimin dilarang berjihad, agar orang-orang kafir leluasa membantai penduduk negeri-negeri Islam! Kaum Muslimin dilarang menyumbangkan harta mereka kepada para mujahidin, agar para mujahidin kehabisan peluru dan mati dalam keadaan terkepung! Bahkan berdoa untuk para mujahidin dan pejuang ribath pun dilarang…!

Negeri-negeri Islam dijajah!

Kehormatan umat dinodai!

Tapi umat malah disibukkan dengan: persoalan asuransi, boleh tidaknya wanita menyetir mobil, penghalalan riba dari bank-bank, perdebatan tentang boleh tidaknya wanita menjadi pemimpin tertinggi, debat kusir antara Sunni dan Rafidhah (Syiah), mencaci maki Ikhwanul Muslimin, menyerang Wahabi, Dll.

Dan siapa pun di antara para munafik yang dibayar untuk meniupkan isu, umat pun mengikutinya, dan teralihkan dari jihad di jalan Allah dan dari mendukung para mujahidin…!

Para munafik sangat ahli dalam membuat kita sibuk dari memikirkan nasib kita sendiri. Dan kita pun sangat ahli dalam terjatuh ke dalam perangkap mereka dan tunduk kepada rencana mereka. Semua ini hanya agar Amerika bisa menguasai negeri-negeri kita, dan agar Yahudi menguasai saudara-saudara kita, dan agar mereka bisa meluaskan wilayah mereka di atas puing-puing wilayah kita!

Yahudi tak pernah berubah. Nasrani pun tetap sama. Namun yang berubah adalah sebagian kaum munafik, yang semakin keras memerangi agama ini, dan rela menjual segala yang berharga demi mencari ridha orang-orang kafir!

Wahai Kaum Muslimin:

Kembalilah kepada Allah! Demi Allah, harta kalian tak akan berguna, tentara kalian tak akan berguna, pemerintah kalian pun tak akan menolong kalian! Jeritan dan tangisan kalian tak akan menyelamatkan kalian! Dewan Keamanan dan PBB pun tidak akan peduli pada kalian —karena mereka semua dikuasai oleh musuh-musuh kalian! Maka bersenjatakanlah dengan keimanan, kemudian dengan apa pun bentuk senjata modern yang kalian mampu miliki. Bertawakallah kepada Allah, dan bersiaplah menghadapi pertempuran berikutnya! Karena negeri kalian tidak lebih mulia di sisi Allah dibandingkan Baitul Maqdis, jika kalian tidak kembali dan bertobat kepada-Nya, serta tidak memohon pertolongan hanya kepada-Nya semata.

"Jika Allah menolong kalian, maka tak ada satu pun yang bisa mengalahkan kalian. Namun jika Allah meninggalkan kalian, maka siapa yang bisa menolong kalian setelah itu? Maka hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman bertawakal." (QS. Ali ‘Imran: 160)

Sumber: https://paldf.net/f/node/67016

COMMENTS

Nama

Afghanistan,22,Aksi,1,Artikel,65,Buletin Kabar Dunia Islam,1,Data Kebiadaban Israel,5,Daulah Utsmaniyah,1,Doa,8,Dokumenter Perjuangan Palestina,13,Dukungan Untuk Palestina,12,Dukungan untuk Perjuangan Palestina,53,Duta Besar Palestina,3,Ebook,30,Fatwa Boikot,8,Film Dokumenter Palestina,11,Hamas,25,Ikhwanul Muslimin,7,Isi Buku,4,Israel,4,Isu Syiah,4,Kajian,14,Karya Ilmiah,7,Kisah Syuhada,1,Laporan Strategis Palestina,3,Lembaga Kemanusiaan,1,Membongkar Hoaks,2,Menjawab Syubhat,4,Palestina-Diaspora,2,Palestina-Jalur Gaza,11,Palestina-Tepi Barat,3,Survei,3,Thaliban,22,Tulisan Ustadz Budi Ashari,67,Ulama-Ustadz-Akademisi,111,Ustadz Budi Ashari,67,Video,61,Wawancara,3,
ltr
item
Ya-Aqsha Media: Wahai Rakyat Irak: Beginilah Palestina Jatuh!! - Syaikh Hussain Bin Mahmud
Wahai Rakyat Irak: Beginilah Palestina Jatuh!! - Syaikh Hussain Bin Mahmud
Ya-Aqsha Media
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/07/wahai-rakyat-irak-beginilah-palestina.html
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/
https://ya-aqsha.blogspot.com/2025/07/wahai-rakyat-irak-beginilah-palestina.html
true
1607972164486125252
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content